Informasi Terpercaya Masa Kini

7 Tips Membesarkan Anak di Tengah Kesulitan Ekonomi, Utamakan Nilai Kesederhanaan

0 3

KOMPAS.com – Menghadapi kesulitan ekonomi merupakan tantangan besar bagi keluarga.

Menurut Psikolog Klinis Olphi Disya Arinda, M.Psi., Psikolog, kesulitan ekonomi kerap kali membuat orangtua kesulitan dalam membesarkan anak. 

“Memang kesulitan ekonomi itu salah satu tantangan ya di rumah tangga di manapun, mau di Indonesia atau di luar negeri sama saja sebenarnya,” ujarnya ketika diwawancarai Kompas.com, belum lama ini. 

Baca juga: Kesulitan Ekonomi Bisa Berakibat Ibu Kesulitan Memberikan Pola Asuh yang Optimal

Namun, kesulitan ekonomi tidak menjadi pembenaran bagi orangtua untuk melakukan pengabaian pada anaknya. 

Dengan pendekatan yang tepat, anak tetap bisa tumbuh menjadi individu yang tangguh dan sehat, baik secara emosional maupun mental. 

7 Tips membesarkan anak di tengah kesulitan ekonomi

Berikut adalah beberapa langkah penting untuk mendukung tumbuh kembang anak, meskipun dalam keterbatasan ekonomi:  

1. Membangun Komunikasi Terbuka dalam Keluarga

Komunikasi adalah kunci dalam menghadapi tantangan ekonomi. Orangtua perlu membangun dialog yang jujur dan terbuka, baik dengan pasangan maupun dengan anak.

“Sebelum kita bicara tentang anak, membesarkan anak. Kita perlu bicara dulu dalam pernikahan kita dengan pasangan,” kata Disya.  

Bersama pasangan, diskusikan apa yang menjadi tantangan masing-masing. Dengan saling memahami, beban emosional dapat terbagi, dan solusi lebih mudah dicapai.  

Misalnya, suami yang memahami kesulitan istri dalam mengurus rumah tangga. Juga istri yang memahami kesulitan suami dalam mencari nafkah. 

Baca juga: Peran Komunikasi Orangtua dalam Pembentukan Perilaku Anak

Untuk anak yang sudah cukup besar, libatkan mereka dalam percakapan tentang kondisi keluarga. 

“Apa sih yang membuat anak merasa takut dengan kondisi ekonomi yang seperti ini atau membuat anak merasa bersalah,” ungkap Disya. 

Misalnya, anak merasa takut tidak bisa menabung, takut tidak memiliki uang untuk bekal ke sekolah, atau merasa bersalah karena harus meminta uang untuk keperluan sekolah. 

Pahami apa yang dirasakan oleh anak, sehingga mereka merasa lebih tenang dan dihargai. 

2. Memberikan Perhatian dan Kasih Sayang

Kesulitan ekonomi bukan penghalang untuk tetap memberikan perhatian kepada anak.

Kasih sayang tidak memerlukan biaya, luangkan waktu untuk mendengarkan, bermain, atau sekadar berbicara dari hati ke hati. 

Perhatian yang tulus membuat anak merasa aman secara emosional, meskipun ada keterbatasan materi.  

“Nah ini hal yang masih bisa diupayakan, meskipun ada kesusahan ekonomi,” pungkas Disya. 

Baca juga: 5 Kebutuhan Emosional Anak yang Harus Dipenuhi, Orangtua Haru Tahu

3. Mengajarkan Nilai-Nilai dan Kreativitas

Gunakan situasi sulit ini untuk mengajarkan anak nilai kerja keras, kesederhanaan, dan kreativitas. 

“Mencari alternatif yang tidak kalah serunya, tidak kalah berharga, tidak kalah bagus,” jelas Disya. 

Contohnya, jika hiburan keluarga seperti berlangganan platform streaming perlu dikurangi, gantikan dengan aktivitas bersama yang kreatif, seperti bermain di luar, memasak bersama, atau membuat kerajinan tangan. 

Ajarkan anak bahwa kebahagiaan tidak selalu bergantung pada materi, melainkan pada kebersamaan dan kreativitas.  

Baca juga: Lebih Banyak Mainan Bikin Anak Kreatif? Belum Tentu…

4. Memanfaatkan Komunitas dan Dukungan Sosial

Keterbatasan ekonomi bisa diatasi dengan bantuan dari komunitas. Libatkan diri dalam kegiatan bersama tetangga atau kelompok lokal yang mendukung. 

Dalam komunitas, banyak solusi yang bisa ditemukan, seperti berbagi informasi, bertukar barang, atau mendapatkan bantuan moral yang dapat meringankan beban keluarga.  

“Ada hal-hal yang sebenarnya kita bisa lakukan bersama,” pungkas Disya.

Baca juga: 4 Alasan Kesulitan Ekonomi Sebabkan Trauma pada Anak, Pengabaian Salah Satunya

5. Ajarkan Nilai-nilai Kesederhanaan

Pastikan kebutuhan dasar anak seperti makan sehat, pendidikan, dan rasa aman baik secara finansial dan emosionalnya terpenuhi terlebih dahulu. 

Jika anak menginginkan sesuatu yang bersifat materi, seperti barang yang lebih mahal, ajak mereka berdiskusi. 

Jelaskan mengapa hal tersebut tidak bisa dipenuhi sekarang dan ajak mereka untuk menabung atau mencari alternatif yang lebih terjangkau. Dengan pendekatan ini, anak akan belajar nilai kesederhanaan dan perencanaan.  

Baca juga: 20 Langkah Sederhana Menuju Kebahagiaan Diri

Hindari tidak menjelaskan alasan mengapa anak tidak boleh membeli sesuatu, karena cenderung akan berdampak buruk. 

“Anak jadi tidak mengerti ‘Kenapa aku enggak boleh, kenapa teman-teman yang lain bisa aku tapi aku enggak bisa’,” jelas Disya.  

6. Ajarkan Menabung

Jika anak menginginkan sesuatu yang tidak bisa langsung diberikan, ajarkan mereka untuk menabung.

“Harganya segini ya, nah kita coba yuk menabung. Kira-kira berapa lama ya kamu bisa dapatkan?” tutur Disya. 

7. Fokus pada Koneksi Emosional, Bukan Materi

Anak cenderung menilai dunia dari apa yang dicontohkan orangtua. Jika orangtua terlalu fokus pada hal-hal materi, anak juga akan menganggap itu sebagai ukuran kebahagiaan. 

Sebaliknya, jika orangtua menunjukkan penghargaan pada hal-hal non-materi seperti kasih sayang, pujian, atau waktu bersama, anak akan belajar menghargai hal-hal yang lebih bermakna.  

“Jadi anak tidak fokus kepada hal-hal yang sifatnya materi, hanya agar dianggap atau divalidasi oleh orangtuanya,” tutup Disya. 

Leave a comment