Transaksi Pembayaran Digital Diprediksi Tembus Rp2.908 Triliun pada 2025
Bisnis.com, JAKARTA – Pembayaran digital Indonesia diprediksi mencapai Rp2.908 triliun pada 2025, naik 16,7% dibandingkan tahun 2024 yang mencapai Rp2.491 triliun seiring dengan penetrasi internet Indonesia yang makin luas dan perubahan gaya hidup masyarakat.
Adapun, prediksi ini disampaikan dalam laporan “Indonesia Digital Economy Outlook 2025” yang dikeluarkan oleh Center of Economic and Law Studies (Celios).
“Kalau kita lihat di pembayaran digital, untuk tahun 2024 kita prediksikan untuk mencapai Rp2.491,68 triliun dan tahun depan itu mencapai hampir Rp3.000, tepatnya di Rp2.906 triliun,” kata Direktur Ekonomi Digital Celios, Nailul Huda dalam diskusi Indonesia Digital Economy Outlook 2025, Kamis (19/12/2024).
Baca Juga : BNI Jadi Bank dengan Inovasi Pembayaran Digital Terbaik di Sulsel
Huda menjelaskan kenaikan pembayaran digital di tahun 2025 dikarenakan adanya pola pembayaran yang berubah di masyarakat saat ini.
Sebab, saat ini masyarakat melalukan pembayaran secara digital dan sudah mulai meninggalkan pembayaran secara cash.
Baca Juga : : Menteri UMKM Minta Sanksi Tegas untuk Aktivitas Ilegal Pembayaran Digital
“Kita lihat di sini pun dengan Qris yang juga meningkat dalam beberapa tahun terakhir,” ujarnya.
Selain pembayaran digital, Celios juga melihat pada tahun 2025 perdagangan daring juga mengalami kenaikan menjadi Rp471,01 triliun dibandingkan 2024 yang berada diangka Rp468,64.
Baca Juga : : Masa Depan Pembayaran Digital, Bayar Tol Pakai Paylater hingga Transaksi Serba Nontunai
Meski mengalami kenaikan, Huda mengatakan bahwa kenaikan yang terjadi pada perdagangan daring di 2025 tidak terlalu signifikan.
Selain itu, Huda memprediksi adanya pertumbuhan transaksi pada sektor transportasi daring. Huda menyebut, pihaknya memprediksi transaksi transportasi daring tumbuh Rp12,66 triliun pada tahun 2025 atau naik sekitar 6% dibanding 2024 yang diketahui sebesar Rp11,94 triliun.
“Tapi transportasi daring ini tidak menghitung untuk pengantaran makanan, kita hanya menghitung untuk yang pengantaran orang,” ucap Huda.