13 Cara Mendidik Anak yang Keras Kepala agar Patuh dan Berhati Lembut Menurut Ahli

Cara mendidik anak yang keras kepala, menurut para ahli agar patuh dan berhati lembut yang bisa dipraktikkan sejak sekrang, pas untuk memulai semester genap.

13 Cara Mendidik Anak yang Keras Kepala agar Patuh dan Berhati Lembut Menurut Ahli

Anak yang memiliki sifat keras kepala seringkali menjadi tantangan tersendiri bagi para orang tua. Sifat tersebut terkadang juga melibatkan unsur-unsur emosional seperti, egois dan pemarah, Bunda.

Untuk memahami lebih dalam tentang bagaimana cara mendidik anak dengan kepribadian yang keras kepala, pahami ciri-ciri dan strategi cara mendidik yang dapat Bunda terapkan di rumah. 

Perlu Bunda ketahui bahwa anak dengan sifat keras kepala memiliki penyebab yang sangat bervariasi. Beberapa penyebabnya bersumber dari faktor genetik, lingkungan, ataupun pengaruh teman sebayanya. Penting untuk Bunda memperhatikan dan mencari lebih dalam penyebab apa yang menjadikan Si Kecil keras kepala. 

Adapun untuk memahami dan menemukan cara mendidik yang tepat untuk menghadapi anak dengan sifat keras kepala, Bunda bisa memulainya dengan memahami sisi psikologis anak dengan keras kepala, lho. Pemahaman ini menjadi langkah penting dalam memberikan pendekatan yang efektif. 

Dengan demikian, mendidik anak dengan sifat keras kepala memang bukanlah suatu hal yang mudah. Namun, dengan komunikasi efektif dan langkah-langkah konkret lainnya, Bunda dapat menemukan cara mendidik anak dengan keras kepala yang tepat. 

Nah, lantas apa saja ciri-ciri anak keras kepala? dan bagaimana cara mendidiknya? Berikut ini penjelasan dari beberapa pertanyaan Bunda yang bisa Bunda pahami dilansir dari laman Parents dan berbagai sumber. Simak penjelasan selengkapnya yuk, Bunda.

Baca Juga : Doa Melembutkan Hati Anak agar Tidak Keras Kepala, Penurut, Cerdas & Tidak Pemarah

Ciri-ciri anak keras kepala

Melansir laman Mom Junction, Bunda bisa mengenali anak-anak dengan sifat keras kepala melalui beberapa hal sebagai berikut: 

  • Anak seringkali menunjukkan bahwa mereka memiliki kebutuhan yang kuat untuk diakui dan didengarkan. Maka, kemungkinan besar mereka sering mencari perhatian
  • Anak berkomitmen dan bertekad kuat untuk melakukan apa yang mereka sukai
  • Anak bisa menjadi seseorang yang sangat mandiri
  • Pada umumnya semua anak sering bersikap tantrum, namun anak dengan keras kepala jauh lebih sering mengalaminya
  • Anak dengan keras kepala memiliki kualitas kepemimpinan yang kuat, sehingga tak jarang bisa menjadi sosok yang "gemar memerintah" 
  • Anak senang melakukan sesuatu sesuai dengan kecepatan mereka 

Cara mendidik anak yang keras kepala agar patuh dan berhati lembut

Bunda pastinya seringkali merasa kesulitan untuk menghadapi anak dengan sifatnya yang keras kepala, bukan? Alih-alih mengatasinya dengan cara yang keras, Bunda bisa melakukan beberapa tips atau cara di bawah ini untuk menghadapi anak dengan sifat keras kepala. Simak ya, Bunda. 

1. Berikan pilihan 

Perlu Bunda ketahui, anak dengan sifat keras kepala sangat sering mengatur dirinya sendiri. Oleh sebab itu, Bunda bisa memberi banyak kesempatan kepada anak untuk memiliki otoritas atas kehidupan mereka.

Seorang pelatih parenting yang berbasis di Madison, Wisconsin, Holly Nordenberg, mengatakan, "Biarkan mereka membuat pilihan yang tidak penting dalam skema besar seperti, apa yang akan dikenakan, warna cangkir apa yang akan digunakan, atau ayunan mana yang akan digunakan di taman,". 

Namun, penting untuk diingat bahwa dalam hal ini, kunci utamanya adalah mengarahkan pada pilihan terbaiknya, Bunda. Misalnya, ketika cuaca di luar dingin, Bunda bisa bertanya kepada anak apakah dirinya ingin memakai sweater merah atau sweater biru, jadi apapun keputusannya, anak akan mengenakan sesuatu yang menjadi pilihannya. 

2. Perlahan-lahan 

Dalam beberapa kasus, terkadang "keras kepala" sebenarnya bukanlah sikap keras kepala itu sendiri. Contohnya, ketika anak diminta melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu, bisa jadi mereka belum memiliki keterampilan untuk melakukannya, atau mereka merasa kewalahan dengan lingkungan sekitar dan belum mengetahui cara mengatasi emosi tersebut. 

Untuk itu, Bunda bisa mengatasinya secara tenang dan perlahan, atur napas terlebih dahulu, mulai ajukan pertanyaan, dan dengarkan apa yang anak katakan. Hal ini bisa menjadi kunci untuk mencari tahu apa yang tersembunyi dari perilaku anak, lho. 

3. Tetapkan harapan 

Meskipun Bunda bisa membiarkan anak untuk bebas menjadi dirinya sendiri dan memutuskan pilihannya, namun Bunda juga harus menetapkan beberapa aturan atau harapan. Pada dasarnya, aturan ini menjadi bagian dari kehidupan yang akan membantu anak memahami cara menjalani kehidupan di dalam suatu komunitas. 

Berdasarkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), peraturan tersebut berguna untuk menciptakan struktur dan membuat anak mengerti akan segala konsekuensi ketika peraturan tersebut dilanggar. Selain itu, Bunda juga bisa melibatkan anak dalam diskusi terkait aturan dan batasan, sehingga anak bisa tetap memiliki wewenang atas kehidupan mereka sendiri, namun memahami juga alasan dibalik ekspektasi atau aturan yang diberikan. 

4. Memberikan contoh 

Sebelum mendidik anak dengan sifat keras kepala, penting untuk Bunda menyadari terlebih dahulu apakah Bunda memiliki sifat keras kepala atau tidak. Pasalnya, apabila Bunda merespon suatu hal dalam keseharian dengan keras kepala, kemungkinan besar Si Kecil akan meniru atau mewarisinya, lho. 

Untuk itu, Bunda bisa melakukan beberapa langkah untuk mengatasi sifat keras kepala yang ada pada diri anak seperti, akui perasaannya, pastikan bahwa anak tahu perasaannya penting untuk divalidasi, bantu anak menemukan solusi, dan praktikkan teknik menenangkan diri ketika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai keinginan. 

5. Pilih pengalaman sebagai contoh 

Terkadang, beberapa anak harus melalui proses belajar yang bersumber dari pengalaman. Jadi, meskipun Bunda mencoba untuk menghentikan anak yang berkemauan keras melakukan sesuatu, kemungkinan besar mereka akan tetap melakukannya. 

Disarankan bagi Bunda untuk memberikan pengalaman berupa peringatan, bukan suatu arahan. Contohnya, ketika Bunda menyuruh anak untuk memakai jas hujan ketika hujan, tetapi anak tidak melakukan sehingga pakaiannya basah, anak akan mulai menyadari bahwa penting untuk mempertimbangkan apa yang Bundanya katakan. 

6. Cobalah untuk mendengarkan 

Pada dasarnya, komunikasi yang terjalin harus dilakukan secara dua arah. Artinya, apabila Bunda menginginkan Si Kecil mendengarkan apa yang Bunda katakan, maka Bunda harus mau mendengarkannya terlebih dahulu. Biasanya juga, anak dengan sifat keras kepala memiliki pendapat yang kuat dan cenderung siap untuk berdebat. 

Kemungkinan besar, anak yang keras kepala akan memberontak jika merasa tidak didengarkan. Untuk itu, Bunda bisa mendengarkan mereka dan melakukan percakapan secara terbuka tentang apa yang mengganggu mereka guna membantunya dalam pemecahan masalah yang efektif. 

7. Jalin hubungan dengan mereka, jangan memaksanya

Ketika Bunda memaksa Si Kecil untuk melakukan sesuatu, mereka akan cenderung memberontak dan melakukan segala sesuatu yang hanya ingin mereka lakukan. Biasanya perilaku tersebut disebut sebagai perilaku keinginan berlawanan, yang menjadi suatu ciri umum dari anak-anak dengan sifat keras kepala. 

Sebagai contohnya, memaksa anak yang berusia enam tahun yang bersikeras menonton televisi melewati batas waktunya untuk berhenti, tidak akan membantu, Bunda. Sebaiknya, duduklah bersama mereka dan tunjukkan rasa ketertarikan pada apa yang mereka tonton. Hal ini menunjukkan kepedulian Bunda terhadap apa yang mereka senangi, sehingga anak akan berusaha merespon kembali. 

8. Hormati mereka

Bunda bisa menunjukkan cara yang menggambarkan rasa menghargai dan dukungan pada Si Kecil, dengan memberikan tips-tips yang mudah mereka tangkap. Misalnya, tidak memaksakan kepatuhan terhadap arahan, terapkan aturan yang konsisten untuk semua anak Bunda, berempati dengan apa yang mereka rasakan atau ide-ide yang anak berikan, biarkan anak melakukan apa yang bisa mereka lakukan untuk dirinya sendiri, dan katakan apa yang Bunda maksud atau lakukan apa yang Bunda katakan. 

9. Bekerjalah dengan mereka 

Biasanya, anak yang keras kepala atau berkemauan kuat sangat sensitif terhadap cara Bunda memperlakukan mereka. Maka, Bunda bisa lebih memperhatikan dan berhati-hati terhadap nada bicara, bahasa tubuh, dan kosakata yang Bunda gunakan. 

Ada pun beberapa cara untuk mengatasinya seperti, ubahlah cara Bunda melakukan pendekatan kepada anak yang keras kepala, gunakan pernyataan yang baik dan perlahan, gunakan kegiatan yang menyenangkan untuk membuat anak melakukan sesuatu, dan mengatur waktu aktivitasnya, serta menantang anak untuk menyimpan mainannya lebih cepat dari yang biasanya anak lakukan. 

10. Bernegosiasi 

Melakukan kompromi atau bernegosiasi dengan anak-anak bisa menjadi salah satu cara untuk mengatasi perilaku anak yang keras kepala, lho Bunda. Terlebih lagi, apabila ingin anak mendengarkan Bunda, maka Bunda perlu mengetahui apa saja yang menghalangi mereka untuk mendengarkan yang Bunda katakan. 

Bunda bisa memulainya dengan mengajukan beberapa pertanyaan seperti, "apa yang mengganggu?", "apakah ada masalah?", atau "apakah kamu menginginkan sesuatu?", untuk membuat anak bisa secara terbuka mengungkapkannya. Namun, penting untuk diingat juga bahwa melakukan negosiasi bukan berarti Bunda harus menuruti apa yang menjadi keinginan anak. 

11. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan di rumah 

Pada dasarnya, anak-anak akan belajar melalui observasinya dan berdasar pada pengalaman mereka. Oleh karena itu, jika anak seringkali melihat orang tuanya terus-menerus bertengkar, anak akan belajar meniru hal tersebut, lho Bunda. Perselisihan yang terjadi antara kedua orang tuanya dapat menimbulkan lingkungan yang penuh tekanan di dalam rumah, sehingga dapat berpengaruh pula pada suasana hati dan perilaku anak. 

Berdasarkan pada sebuah penelitian, perselisihan dalam hubungan pernikahan dapat menyebabkan penarikan diri dari pergaulan, bahkan agresi pada anak-anak. Dengan demikian, sebelum Bunda berharap lebih pada perilaku anak, alangkah baiknya untuk merefleksikan diri dan pastikan Bunda mempraktikkan teladan yang positif. 

12. Pahami sudut pandang anak 

Agar Bunda lebih memahami perilaku anak dengan sifat keras kepala, Bunda bisa mencoba untuk melihat situasinya dari sudut pandangnya dan praktikkan empati. Tempatkan diri Bunda pada posisi Si Kecil dan bayangkan apa yang harus mereka alami untuk berperilaku seperti itu. Dengan begitu, Bunda akan semakin mengenal Si Kecil dan akan semakin baik pula dalam mengatasi sifat keras kepalanya. 

Penting untuk diingat bahwa berempati kepada anak tak hanya bisa dilakukan dengan menuruti tuntutannya saja, namun Bunda bisa lakukan dengan memahami kekecewaannya, kemarahan, atau rasa frustrasi yang dialami anak dan memberikan dukungan dengan bersikap tegas. 

13. Perkuat perilaku positif 

Selama mendidik anak, pastinya akan ada saat di mana Bunda merasa kebingungan tentang apa yang harusnya dilakukan terhadap anak yang keras kepala untuk mengendalikan amarah atau perilaku agresifnya. Tak jarang, sebagian Bunda bereaksi tanpa berpikir kembali dan menimbulkan sikap negatif terhadap masalah tersebut. 

Sebagai contohnya, apabila anak sering berkata "tidak" pada semua hal yang Bunda katakan, bisa jadi Bunda juga sering mengatakan hal tersebut, sehingga memperkuat perilaku negatifnya melalui contoh yang anak lihat. 

Adapun salah satu cara yang bisa Bunda lakukan untuk mengubah tanggapan negatif tersebut ialah permainan "ya", sebagai sebuah strategi cerdas yang telah direkomendasikan oleh terapis pernikahan dan keluarga, Susan Stiffelman. 

Pilihan Redaksi
  • 5 Tips Parenting Mudah Dilakukan agar Anak Mau Mendengarkan Orang Tua
  • 7 Cara Mendidik Anak Balita agar Tak Jadi Generasi Stroberi
  • Benarkah Unyeng-Unyeng Kepala Lebih Dari Satu Tanda Anak Keras Kepala?

Bunda, itulah penjelasan mengenai cara mendidik anak yang keras kepala. Semoga bermanfaat dan mampu melembutkan sifat keras kepala anak ya, Bunda. 

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow