Top! Lelang SRBI Tembus Rp296 Triliun pada Awal Januari 2024

BI mencatat lelang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) tembus Rp296 triliun pada awal Januari 2024.

Top! Lelang SRBI Tembus Rp296 Triliun pada Awal Januari 2024

Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mencatat lelang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) masing-masingnya mencapai Rp296 triliun dan US$896,50 juta hingga 16 Januari 2024.

Selain itu, Perry mengatakan instrumen SRBI juga telah secara aktif diperdagangkan di pasar sekunder, tercermin dari kepemilikan nonresiden yang mencapai Rp75,44 triliun. 

Lebih lanjut, BI mencatat lelang Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) yang diterbitkan sebagai instrumen moneter valas telah mencapai US$244 juta pada periode yang sama. 

Baca Juga : Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) Tarik Dana Asing Masuk Rp27,25 Triliun

“BI terus mengoptimalkan berbagai instrumen moneter pro-market yang telah diterbitkan selama tahun 2023, yaitu SRBI, SVBI, dan SUVBI untuk memperkuat upaya pendalaman pasar uang dan mendukung aliran masuk ke dalam negeri,” katanya dalam konferensi pers, Rabu (17/1/2024).

Perry mengatakan berbagai inovasi instrumen yang telah diterbitkan diharapkan dapat terus memperkuat ketahanan eksternal ekonomi Indonesia dari dampak rambatan global.

Baca Juga : : 2 Kali Lelang Sekuritas Rupiah (SRBI), BI Kantongi Rp37 Triliun

Lebih lanjut, dia mengungkapkan nilai tukar rupiah hingga 16 Januari 2-23 relatif stabil, tercermin dari depresiasi nilai tukar rupiah yang hanya sebesar 1,24% dibandingkan dengan posisi pada akhir Desember 2023.

"Perkembangan nilai tukar rupiah tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan mata uang regional lainnya, seperti ringgit Malaysia, baht Thailand, dan won Korea Selatan yang masing-masing tercatat melemah sebesar 1,95%, 2,82%, dan 3,24%,” katanya.

Ke depan, Perry mengatakan nilai tukar rupiah akan tetap stabil dengan kecenderungan menguat. Perkembangan ini akan didukung oleh meredanya ketidakpastian global, kecenderungan penurunan yield obligasi negara maju, dan menurunnya tekanan penguatan dolar AS. 

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow