Ternyata Sang Sepupu Adalah Dalang Penganiayaan Santri Ponpes di Kediri Hingga Tewas Pemicunya Salat

- Terungkap biang kerok atau dalang dibalik pembunuhan santri di Pondok Pesantren Al Hanifiyyah, ternyata sepupu korban sendiri. Sosok pelaku itu berinisial AF (16) rupanya masih memiliki ikatan saudara dengan Bintang Balqis Maulana (14), santri yang tewas di Kediri. Hal ini pun dibenarkan oleh kuasa hukum tersangka, Rini Puspitasari soal AF merupakan sepupu korban. Adapun awal mula penganiayaan itu terjadi, berawal dari AF yang...

Ternyata Sang Sepupu Adalah Dalang Penganiayaan Santri Ponpes di Kediri Hingga Tewas Pemicunya Salat

TRIBUNSUMSEL.COM - Terungkap biang kerok atau dalang dibalik pembunuhan santri di Pondok Pesantren Al Hanifiyyah, ternyata sepupu korban sendiri.

Sosok pelaku itu berinisial AF (16) rupanya masih memiliki ikatan saudara dengan Bintang Balqis Maulana (14), santri yang tewas di Kediri.

Hal ini pun dibenarkan oleh kuasa hukum tersangka, Rini Puspitasari soal AF merupakan sepupu korban.

Adapun awal mula penganiayaan itu terjadi, berawal dari AF yang merasa kesal dengan sikap korban yang dianggapnya susah dinasihati.

Nasihat itu terutama berkenaan dengan perilaku korban yang tidak mengikuti aktivitas pesantren.

"Mungkin karena ada ikatan keluarga akhirnya menasihati. Terutama soal salat jemaah, tapi saat dinasihati jawabnya (korban) enggak nyambung," ujar Rini Puspitasari, dikutip dari TribunKediri.com, Kamis (29/2/2024).

Hal lain yang membuat AF jengkel, masih kata Rini, karena korban pernah mengadukan AF ke orang tuanya.

Adapun aduan itu tentang korban yang merasa masih sakit di pesantren tetapi tetap disuruh bekerja.

Padahal yang dimaksud pelaku bekerja adalah piket membersihkan kamar seperti menyapu maupun tugas yang lainnya.

"Dia merasa korban ngadu-ngadu yang enggak benar. Katanya disuruh kerja padahal itu piket," ujar Rini.

Baca juga: Pesan Terakhir Bintang Sebelum Tewas Dianiaya Senior di Ponpes Kediri, Ngeluh Sakit dan Ketakutan

Kendati begitu, saat AF mengklarifikasi korban perihal aduan itu, dia merasa tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan.

Serangkaian sikap korban itu akhirnya membuat AF hilang kesabaran dan terjadilah pemukulan.

"Akhirnya emosi. Lalu dipukul. Dipukul itu ternyata meninggal itu," lanjut Rini.

Rini menambahkan, pelaku sendiri tidak menyangka akibat pemukulan itu korban meninggal dunia.

"Pelaku enggak sampai berpikir akibat dari perbuatannya itu si korban meninggal," ucapnya.

Jenazah BBM dipulangkan ke kampung halamannya di Banyuwangi, Jumat (25/2/2024).

Adapun empat tersangka penganiayaan Bintang Balqis Maulana hingga tewas itu adalah para senior di pesantren tersebut, yakni AF (16), MN (18), MA (18), dan AK (17).

Baca juga: Pengakuan Gus Fatih Pengasuh Ponpes Al Hanifiyyah Saat Terjadi Penganiayaan Santri Diluar Prediksi

Keluarga Tak Menyangka Sepupu Ikut Terlibat

Sementara ditempat lain, Buwasan (73) kakek dari Bintang Balqis Maulana tak menyangka cucunya tewas dianiaya oleh cucunya yang lain.

Dia mengaku tak menyangka cucunya tewas dianiaya oleh cucunya yang lain.

Saat ini Buwasan hanya bisa pasrah meski bingung dan tidak bisa berbuat banyak.

Melansir dari Tribunjatim.com, Rabu (28/2/2024) Bintang dan AF adalah sama-sama cucu Buwasan.

Dia harus menerima kondisi cucunya yang meninggal dunia dan dipenjara.

"Ndak kuat saya mas, ini musibah yang tidak pernah saya sangka-sangka. Ya Allah," ungkap Buwasan.

Sementara itu, Suyanti, ibu kandung Bintang merasa sangat terpukul dengan kejadian tersebut.

Sebab, salah satu pelaku adalah sepupu korban sendiri berinisial AF (16).

Baca juga: Profil Ponpes Al Hanifiyyah Kediri, Tempat Santri Dianiaya Hingga Tewas, Tak Ada Izin Operasional

Suyanti mengatakan, selama mondok, AF diberi amanah untuk menjaga Bintang.

Apalagi, AF masih kakak atau saudara tua Bintang Balqis Maulana.

Tak hanya itu, Suyanti juga kerap menitipkan uang jajan kepada AF untuk Bintang.

"Saya juga minta tolong ke AF ini untuk jaga, kadang juga menitipkan uang ke dia," kata Suyanti.

Yang membuat keluarga Bintang kaget dan syok, AF mengakui ikut terlibat penganiayaan setelah didesak oleh pihak keluarga penyebab kematian Bintang.

"Dia ngaku sempat mukul Bintang di bagian-bagian tubuhnya," ujar Suyanti.

Baca juga: Terungkap Motif 4 Pelaku Penganiayaan Santri di Ponpes Kediri, Terancam Hukuman 15 Tahun Penjara

Motif Pelaku

Kasus penganiayaan yang mengakibatkan meninggalnya Bintang Balqis Maulana (14), santri Ponpes Al Hanifiyyah asal Banyuwangi diduga akibat kesalahan pahaman yang berakibat penganiayaan, sehingga santri tewas mengenaskan.

Hal itu disampaikan Rini Puspitasari,SH pengacara 4 pelaku penganiayaan santri kepada sejumlah wartawan, Rabu (28/2/2024).

Dijelaskan Rini, penganiayaan Bintang bermula setelah para pelaku mendengar dan mengetahui korban tidak ikut sholat berjamaah.

Beberapa hari sebelumnya Bintang baru sakit, namun tetap disuruh kerja. Kerja yang dimaksud adalah piket kebersihan.

Dengan maksud untuk memberikan nasehat dan bertanya, namun jawaban yang diberikan Bintang tidak nyambung sehingga mematik emosi 4 orang pelaku sehingga terjadi pemukulan pertama pada hari Selasa (20/2/2024).

Ternyata hari Rabu (21/2/2024) korban tidak ikut sholat lagi. Kemudian oleh pelaku korban disuruh sholat dan mandi, malahan dari kamar mandi korban malah telanjang.

Sehingga korban sempat dianiaya lagi karena saat ditanya jawaban yang disampaikan tidak sambung sehingga memantik emosi para pelaku.

Korban sempat diobati karena ada luka di pipinya, selanjutnya Jumat (23/2/2024) dini hari kondisi korban semakin bertambah pucat kemudian dibawa ke rumah sakit ternyata setelah diperiksa korban sudah meninggal dunia.

Selanjutnya kejadian itu dilaporkan kepada pengasuh dan setelah dimandikan kemudian dipulangkan ke Banyuwangi.

Dijelaskan Rini, ke 4 pelaku penganiayaan seluruhnya masih di bawah umur. Usia 16, 17 dan dua pelaku baru berusia 18 tahun di tahun ini.

Kronologi Peristiwa Penganiayaan

Berikut ini kronologi peristiwa Penganiayaan Santri di salah satu pondok pesantren di Kediri, Jawa Timur.

Korban menghubungi keluarga untuk meminta dijemput dari pesantren pada tanggal 19 Februari 2024.

Di tanggal 21 Februari 2024, korban didatangi dua orang pelaku di pesantren, guna meminta klarifikasi keluhan korban kepada orang tua tentang kondisi pesantren.

Pelaku kemudian menganiaya korban karena kesal dengan jawaban yang diberikan korban.

Beberapa saat kemudian datang dua pelaku lain yang ikut menganiaya korban.

Aksi kekerasan baru terhenti setelah korban diselamatkan santri yang lain. Diduga, bentuk penganiayaan sangat mematikan sehingga membuat korban meninggal dunia.

Korban terluka dengan cukup parah.

Korban sempat mendapatkan perawatan medis di pondok pesantren yang kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Umum Arga Husada, namun sayang nyawa korban tidak dapat diselamatkan.

Pelaku Sempat Bonceng Tiga Bawa Jasad Korban

Pelaku nekat membawa korban yang sudah menjadi mayat dengan bonceng tiga menggunakan motor.

Kepergian para pelaku sambil membawa mayat korban diduga tak diketahui pengurus pondok pesantren.

Bukan tanpa sebab, hal tersebut dilakukan para pelaku lantaran panik dengan kondisi Bintang.

Hal ini membuat para pelaku nekat membawa korban ke rumah sakit.

Sementara, berdasarkan hasil introgasinya kepada salah seorang tersangka yakni AF yang juga masih keluarganya, pelaku mengaku ketakutan lantaran korban tak sadarkan diri.

AF sempat berkilah kepada keluarga korban jika Bintang jatuh di kamar mandi.

Padahal, fakta sebenarnya yakni Bintang tewas usai dianiaya AF dan teman-temannya.

Diduga, sejak diatas motor, korban Bintang sudah meninggal dunia.    

Baca juga berita lainnya di Google News

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow