Tantangan Zelensky ke Donald Trump,Ajak Mantan Presiden AS ke Garis Depan Perang Rusia-Ukraina

- Was-was terkait hasil Pemilihan Presiden di Amerika Serikat 2024, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menantang mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk terjun melihat medan perang Rusia-Ukraina. Sebelumnya, Donald Trump sempat mendesak pemerintah Amerika Serikat agar menghentikan pemberian bantuan ke Ukraina. Hal itu menurutnya membuat Amerika Serikat buang-buang anggaran dan tak memperhatikan kondisi...

Tantangan Zelensky ke Donald Trump,Ajak Mantan Presiden AS ke Garis Depan Perang Rusia-Ukraina

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Was-was terkait hasil Pemilihan Presiden di Amerika Serikat 2024, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menantang mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk terjun melihat medan perang Rusia-Ukraina.

Sebelumnya, Donald Trump sempat mendesak pemerintah Amerika Serikat agar menghentikan pemberian bantuan ke Ukraina.

Hal itu menurutnya membuat Amerika Serikat buang-buang anggaran dan tak memperhatikan kondisi warganya.

Mendengar desakan tersebut, tentu Zelensky cemas apabila bantuan perang dari Amerika Serikat berhenti, maka peperangan akan dimenangkan oleh Rusia.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Sabtu (17/2/2024) mengaku siap mengajak Donald Trump ke garis depan perang melawan Rusia.

Kekhawatiran tentang kelanjutan bantuan dari Barat ke Ukraina meningkat jika mantan presiden ke-45 Amerika Serikat (AS) itu kembali berkuasa di Gedung Putih.

Baca juga: Ancaman Trump ke Negara Anggota NATO yang Tunggak Bayar Iuran, Tak Akan Dibantu Jika Diserang Rusia

Baca juga: PD-nya Donald Trump Sebut Taylor Swift Tak Akan Pilih Joe Biden, Singgung UU Royalti Musik Digital

Saat menghadiri Konferensi Keamanan Munich, Zelensky berkata bahwa dia sudah mengundang Trump ke Ukraina karena menurutnya para pembuat kebijakan harus melihat perang yang sebenarnya.

“Kalau Trump mau datang, saya siap menemaninya ke garis depan,” kata Presiden Ukraina tersebut, dikutip dari kantor berita AFP.

“Saya pikir jika kita berdialog bagaimana menyelesaikan perang, kita harus menunjukkan kepada orang-orang pengambil keputusan tentang apa itu perang yang sebenarnya, bukan di Instagram. Perang yang sebenarnya,” kata Zelensky dalam bahasa Inggris.

Bantuan dari Barat ke Ukraina yang sudah mencapai miliaran dollar AS diragukan kelanjutan jangka panjangnya karena paket senilai 60 miliar dollar AS (Rp 939,25 triliun) masih tertahan di Washington akibat perselisihan Kongres.

Kemungkinan kembalinya Trump ke Gedung Putih juga semakin melemahkan prospek bantuan berkelanjutan dari AS untuk Ukraina.

Adapun Trump sudah menyuarakan penolakannya terhadap dukungan militer oleh Presiden Joe Biden untuk Ukraina.

Selama empat tahun menjabat sebagai presiden, Trump juga pernah menunjukkan kekagumannya terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin.

Baca juga: Desakan Donald Trump Minta Partai Republik Stop Beri Bantuan Ukraina, Suarakan America First!

Kemudian saat berkampanye bulan ini, Trump mengancam akan membiarkan Rusia menyerang negara anggota NATO yang tidak membayar iuran tahunan berupa anggaran belanja di sektor pertahanan.

Zelensky pada Desember 2023 mengatakan, jika Trump menjadi presiden akan berdampak sangat kuat terhadap jalannya perang Rusia-Ukraina.

Trump sejauh ini mendominasi survei nominasi presiden dari Partai Republik menjelang pemilihan presiden atau pilpres AS 2024, tetapi menghadapi beberapa dakwaan pidana yang membuatnya berisiko dipenjara.

Desakan Donald Trump Minta Partai Republik Stop Beri Bantuan Ukraina, Suarakan 'America First!'

 Menjadi kandidat calon presiden Amerika Serikat pada tahun 2024, Donald Trump mendesak Partai Republik agar berhenti memberikan bantuan terhadap Ukraina.

Memiliki pengaruh besar pada partainya, Partai Republik, Donald Trump kembali menggaungkan 'America First!'

Hingga kini, Donald Trump memiliki pengaruh luar biasa ketika ia berusaha mengubah kebijakan luar negeri AS.

Politisi Partai Republik ini mendesak partainya untuk menolak rancangan undang-undang yang mengaitkan langkah-langkah keamanan perbatasan terberat dalam satu generasi dengan bantuan Ukraina senilai $60 miliar (Rp 945 triliun).

"Jangan BODOH!!! Kita memerlukan RUU Perbatasan dan Imigrasi tersendiri." tulis Trump dalam postingannya di media sosial.

"Tidak boleh dikaitkan dengan bantuan luar negeri dengan cara atau bentuk apa pun!" lanjutnya.

Baca juga: SERUAN Joe Biden ke Israel, RS di Gaza Harus Dilindungi:Kini RS Al Shifa Jadi Kuburan seusai Diserbu

Baca juga: GERTAKAN MENGERIKAN Putin pada Biden Jika Amerika Coba-coba Menyerang Rusia: Lihat Aja Timur Tengah!

Dikutip dari AFP pada Selasa (6/2/2024), Joe Biden dan Donald Trump menawarkan pendekatan yang sangat berbeda terhadap Ukraina.

Partai Demokrat membantu sekutu pro-Barat untuk mengusir Rusia sangat penting guna memastikan dunia yang lebih aman.

Sementara pendahulunya (Donald Trump) mendorong kebijakan isolasionis atau “America First”.

Di dalam negeri, Biden telah mendesak kebijakan imigrasi yang manusiawi, namun Partai Republik menunjukkan statistik kekhawatiran terhadap migran mencapai rekor tertinggi yaitu 302.000 pada bulan Desember, sebuah lonjakan yang dianggap Trump sebagai isu utama dalam kampanyenya.

Tuntutan agar bantuan militer untuk Ukraina dikaitkan dengan reformasi imigrasi datang dari Partai Republik.

Sedangkan Trump ingin menyamakan krisis di perbatasan dengan kekacauan di luar negeri yang berulang kali ia klaim akan ia hindari.

Pada hari Minggu (4/2/2024), para senator meluncurkan paket pembatasan imigrasi bipartisan senilai $118 miliar yang telah menjadi komitmen Biden untuk ditandatangani menjadi undang-undang.

Hal ini terkait dengan paket bantuan luar negeri yang mencakup $60 miliar untuk Ukraina dan $14 miliar untuk Israel.

Kesepakatan itu memberikan pendanaan baru sebesar $20 miliar di perbatasan dan akan menjadi kemenangan besar bagi kelompok garis keras imigrasi.

Hal itu dikarenakan kesepakatan ini penuh dengan konsesi yang biasanya ditentang oleh Partai Demokrat.

Baca juga: SAAT Donald Trump Terpuruk, Putri Bungsu Berbunga-bunga Dilamar Miliarder, Lihat Cincin Lamaran, Wow

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden menolak keras usulan dari Donald Trump.

"Kami tidak punya cukup agen. Kami tidak punya cukup orang. Kami tidak punya cukup hakim." kata Biden yang frustrasi pada hari Senin ketika ditanya tentang prospek RUU tersebut.

"Anda tidak punya cukup orang di sini. Kami butuh bantuan. Mengapa mereka tidak memberi saya bantuan?" ujar Joe Biden lagi.

Meski demikian, Donald Trump memiliki pengaruh yang kuat terhadap Partai Republik yang memimpin Dewan Perwakilan Rakyat.

Bahkan telah berulang kali menyerukan agar partai tersebut membatalkan undang-undang tersebut dan menolak kemenangan politik Biden dan Partai Demokrat menjelang pemilu November.

"RUU ini adalah hadiah besar bagi Partai Demokrat, dan Harapan Kematian bagi Partai Republik," kata Trump pada hari Senin di situs Truth Social miliknya.

Beberapa anggota DPR dari Partai Republik di distrik-distrik yang dimenangkan oleh Biden telah menyuarakan kekhawatiran mereka akan meninggalkan perjanjian tersebut.

Terutama ketika partai tersebut berencana untuk memakzulkan Menteri Keamanan Dalam Negeri Alejandro Mayorkas minggu ini karena krisis perbatasan.

Namun kemenangan luar biasa Trump dalam kontes pencalonan awal dalam pemilihan pendahuluan presiden dari Partai Republik telah memperkuat dukungan terhadap pencalonannya, dengan lebih dari 150 anggota Kongres kini mendukungnya.

Artikel ini diolah dari Kompas.com

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow