Tak Semanis Anies,Pengamat Prediksi Nasib Ganjar Setelah Kalah Pilpres Seperti Layangan Putus

Laporan WartawanElga Hikari Putra- Berbeda dengan Anies Baswedan yang sudah dapat tawaran untuk maju Pilkada jika dipastikan kalah Pilpres, nasib Ganjar Pranowo usai Pilpres masih menjadi misteri. Pengamat politik dari Universitas Nasional, Selamat Ginting bahkan mengibaratkan nasib Ganjar setelah pilpres ini layaknya layangan putus yang tak tentu arahnya. Sebab, Ganjar tak mungkin maju kembali di Pilkada...

Tak Semanis Anies,Pengamat Prediksi Nasib Ganjar Setelah Kalah Pilpres Seperti Layangan Putus

Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra

TRIBUNJAKARTA.COM - Berbeda dengan Anies Baswedan yang sudah dapat tawaran untuk maju Pilkada jika dipastikan kalah Pilpres, nasib Ganjar Pranowo usai Pilpres masih menjadi misteri.

Pengamat politik dari Universitas Nasional, Selamat Ginting bahkan mengibaratkan nasib Ganjar setelah pilpres ini layaknya layangan putus yang tak tentu arahnya.

Sebab, Ganjar tak mungkin maju kembali di Pilkada Jawa Tengah karena sudah dua periode menjabat.

"Kalau misalkan Ganjar dimajukan ke Pilkada Jakarta tentu saya rasa ini bunuh diri, apalagi kalau lawannya Anies, karena ga mungkin bisa menandingi Anies di Jakarta," kata Ginting saat dihubungi, Selasa (19/3/2024).

Di sisi lain, bila melihat kritikannya terhadap pemerintahan Jokowi saat ini, hampir pasti juga Ganjar tidak akan diajak gabung dalam koalisi Prabowo-Gibran ke depannya.

"Jadi nasib Ganjar seperti layangan putus. Begitulah konsekuensi dari hukum besi politik," kata Ginting.

Menurut Ginting, nasib Ganjar ke depan hanya akan tergantung pada PDIP. Sebab, biar bagaimanapun Ganjar merupakan kader asli PDIP.

"Jadi bagaimana nasib Ganjar ke depan, ya kita kembalikan ke partainya apakah Ganjar akan dijadikan elit kembali, saya kira PDIP juga tidak akan menyiakan Ganjar begitu aja karena bagaimanapun Ganjar adalah kader asli PDIP," ujar Ginting.

Tapi masalahnya, lanjut Ginting, kecil kemungkinan Ganjar bisa maju kembali sebagai capres di 2029.

Sebab, di PDIP juga ada nama Puan Maharani yang sempat menjadi rivalnya di internal partai untuk dimajukan sebagai capres di 2024.

"Persoalannya adalah rivalitas juga di PDIP, Karena kita tahu PDIP awalnya mau nyalonin Puan tapi keputusannya mencalonkan Ganjar maka rivalitas Puan dan Ganjar masih akan terjadi tetapi yang memegang kendali PDIP kan tentu aja Puan daripada Ganjar," papar Ginting.

Sarankan Anies Ikut Pilkada

Sementara itu, terhadap Anies, Ginting menyarankan agar mau bersedia maju bertarung di Pilkada

Pasalnya, kata Ginting, dengan mendapatkan jabatan di pemerintahan, maka Anies berkesempatan untuk terus menaikan elektabilitasnya sampai Pemilu 2029 jika ia  masih ingin maju kembali sebagai capres.

"Harusnya Anies menyadari juga bahwa ini peluangnya terbuka lebar sehingga seharusnya dia menerima tawaran itu daripada terus menyesali kekalahan hasil pilpres," kata Ginting.

Selain di Pilkada Jakarta, Anies juga dilirik untuk maju di Sumatera Barat.

Menurut Ginting, kedua wilayah itu menjanjikan kemenangan cukup besar untuk Anies.

Di Jakarta, Anies punya modal karena pernah menjadi Gubernur selama satu periode.

Pada Pilpres 2024, perolehan suara Anies di Jakarta juga masih cukup tinggi kendati kalah tipis dari pasangan Prabowo-Gibran.

"Apalagi PKS sebagai parpol yang usung Anies di pilkada 2017 lalu kali ini menjadi pemenang di Jakarta pada Pemilu 202 sehingga peluang Anies untuk bisa dicalonkan oleh PKS yang kemudian didukung NasDem dan PKB itu terbuka lebar," papar Ginting.

Sedangkan di Sumatera Barat, Anies punya modal besar karena wilayah itu menjadi satu dari dua provinsi yang dimenanginya di Pilpres.

Kriteria PDIP

Nama Ganjar memang tidak dibicarakan pada isu Pilkada Jakarta layaknya Anies.

Bahkan, PDIP, partainya Ganjar, belum menentukan sosok yang akan diusung di kontestasi politik Jakarta tahun ini.

Hanya saja, Politikus PDIP yang juga Anggota DPRD DKI Jakarta, Gilbert Simanjuntak menegaskan, partainya tak akan mencalonkan nama yang hanya bermodalkan popularitas di media sosial.

"Kalau hanya mencari orang yang populer, misalnya artis, pemain medsos, yang kemudian hanya untuk menjadi terpilih, hanya untuk membuat kemudian menjadi pemimpin di DKI itu bukan konsep dari kenegarawanan PDI Perjuangan," kata Gilbert, Senin (4/3/2024).

Gilbert menuturkan, PDIP berfokus rekam jejak dan mengutamakan kemampuan dari calon yang akan diusungnya dalam hal menangani persoalan di Jakarta.

"Jadi kita lebih melihat apa persoalan yang mesti diselesaikan, baru kemudian kita cari kandidatnya. Artinya di sini perlu track record orang, kemampuan orang," ujar Gilbert.

Karenanya, Gilbert tak khawatir jika parpol lain mau mengusung nama yang punya popularitas tinggi untuk dimajukan di Pilkada Jakarta, seperti diantaranya Ridwan Kamil dari Partai Golkar.

"Kita tidak memperdulikan itu (popularitas). karena internal kita tidak melihat faktor itu. Variabel yang kita pertimbangkan adalah orang yang mampu bekerja," kata Gilbert.

Ia lantas mengungkit kembali momen Pilkada 2012 lalu saat PDIP mengusung Jokowi yang saat itu elektabilitasnya kalah jauh dari Fauzi Bowo selaku petahana.

Tetapi hasilnya, Jokowi justru bisa memenangi pertarungan di Pilkada Jakarta 2012 silam.

"Artinya dalam hal ini pertimbangannya adalah siapa kandidat yang baik," tuturnya.

Baca artikel menarik TribunJakarta.com lainnya di Google News

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow