Shogun Dapat Jutaan Penonton, Ini Sejarah Singkat Tokugawa Ieyasu, Sosok Sentral Drama Yang Tayang Di Disney+ Itu

Menarik untuk mengulik sosok Tokugawa Ieyasu, sosok utama yang digambarkan dalam serial Shogun (2024) yang dapat jutaan penonton.

Shogun Dapat Jutaan Penonton, Ini Sejarah Singkat Tokugawa Ieyasu, Sosok Sentral Drama Yang Tayang Di Disney+ Itu

Intisari-Online.com - Dalam waktu enam hari pertama penayangan, serial Shogun (2024) yang tayang di Disney+ sudah mendapatkan 9 juta penonton.

Tentu saja itu angka yang fantastis.

Serial Shogun diadaptasi dari novel James Clavell dengan judul sama, ceritanya berpusat pada awal berdirinya Keshogunan Tokugama.

Patron dari keshogunan ini adalah Tokugawa Ieyasu--yang terwujud dalam sosok Yoshii Toranaga yang diperankan oleh Hiroyuki Sanada.

Menarik untuk melihat riwayat singkat Tokugawa Ieyasu, siapa dia sebenarnya?

Tokugawa Ieyasu merupakan seorang shogun (penguasa militer) yang berkuasa di Jepang pada 1600 hingga keamtiannya pada 1605.

Dia mendirikan pemerintahan (Bakufu) Tokugawa yang terkenal di Jepang selepas Pertempuran Sekigahara pada 1603 hingga Restorasi Meiji pada 1868.

Rezimnya dikenal sebagai Zaman Edo, merujuk pada pusat pemerintahannya yang berada di Edo, sekarang Tokyo.

Keshogunan Tokugawa juga menjadi era shogun terakhir di Jepang.

Bersama mantan tuannya Oda Nobunaga dan Toyotomi Hideyoshi, Tokugawa merupakan sosok yang berperan dalam menyatukan Jepang.

Ieyasu lahir di Kastil Okazaki pada hari ke-26, bulan ke-12, pada tahun kesebelas Era Tenbun menurut penanggalan Jepang, atau 31 Januari 1543.

Dia merupakan putra Matsudaira Hirotada, seorang daimyo (penguasa feodal) Mikawa dan Kepala Klan Matsudaira, serta Putri Odai.

Ketika Ieyasu masih kecil, dia sempat ditangkap oleh Oda Nobuhide, ayah Nobunaga, dan diancam bakal dibunuh kecuali Hirotada memutus hubungan dengan Klan Imagawa.

Hirotada menolak dengan menegaskan dia memilih melihat putranya mati sebagai bentuk keseriusannya dalam menjalin persekutuan dengan Imagawa.

Pada akhirya Nobuhide tak membunuh Ieyasu, melainkan menjadikannya tawanan selama tiga tahun di Kuil Mansho-ji di Nagoya.

Tatkala Ieyasu berusia enam tahun, ayahnya tewas dibunuh oleh salah satu pengikutnya yang disuap oleh Klan Oda.

Namun di saat bersamaan, Nobuhide meninggal karena penyakit.

Kematian Nobuhide membuat Klan Oda terkejut dan segera dimanfaatkan lawan.

Pasukan Imagawa di bawah pimpinan Sessai melakukan pengepungan di mana Oda Nobuhiro, putra tertua Nobuhide, memimpin Oda.

Dengan keadaannya yang hampir kalah, Nobunaga yang menggantikan kakaknya menerima tawaran Sessai untuk menyerahkan Ieyasu.

Jadi, Ieyasu yang saat itu berusia sembilan tahun dibawa sebagai sandera ke Sumpu. Namun, dia diperlakukan baik hingga berumur 15 tahun.

Pada 1556 ketika Ieyasu telah cukup umur, Imagawa Yoshimoto menggelar upacara genpuku bagi Ieyasu, dan mengganti namanya menjadi Matsudaira Jirosaburo Motonobu.

Satu tahun kemudian, dia menikah dengan kerabat Yoshimoto, Putri Tsukiyama, dan mengganti namanya kembali menjadi Matsudaira Kurandonosuke Motoyasu.

Yoshimoto kemudian memerintahkannya berperang melawan Oda. Pertempuran pertamanya adalah di Kastil Terabe, barat Mikawa.

Tugas itu dilaksanakannya dengan baik.

Begitu juga dengan misi peperangan lain yang dibebankan Yoshimoto kepadanya.

Pada 1560, kepemimpinan Klan Oda resmi dikuasai Nobunaga.

Yoshimoto kemudian membawa pasukan Imagawa yang berjumlah 25.000 untuk menginvasi Oda.

Kebetulan saat itu Ieyasu mendapat tugas untuk menguasai benteng di Marune.

Karena itu, dia tidak ikut dalam Pertempuran Okehazama yang menewaskan Yoshimoto.

Dengan kematian Yoshimoto, Ieyasu memanfaatkan momentum itu untuk mendapatkan kembali kebebasannya, dan kembali ke Kastil Okazaki.

Dia kemudian menjalin perjanjian dengan Nobunaga karena istrinya dan putranya, Nobuyasu, ditahan oleh suksesor Yoshimoto, Ujizane.

Pada 1561, Ieyasu menyerang Kaminogo yang dikuasai Udono Nagamochi, mengambil dua putranya sebagai alat pertukaran dengan istri dan anaknya.

Selama beberapa tahun ke depan, Motoyasu melakukan pendudukan untuk memulihkan kembali Klan Matsudaira dan memperkuat Mikawa.

Belajar dari kesalahan ayahnya, dia memberikan hadiah bagi pengikut setianya tanah dan kastil.

Di antaranya Honda Tadakatsu yang dijuluki Empat Raja Surga Tokugawa.

Pertempuran Sekigahara

Pada 1598, Motoyasu yang kemudian mengganti kembali namanya menjadi Tokugawa Ieyasu, menjadi sosok kuat setelah kematian Nobuhide dan Hideyoshi.

Pada 1599, Tokugawa memimpin pasukan ke Fushimi dan menyerang Kastil Osaka, kediaman Toyotomi Hideyori, putra Hideyoshi yang selamat.

Serangan itu menimbulkan kemarahan dari para bangsawan yang kemudian menggabungkan diri di bawah komando Ishida Mitsunari yang merupakan penasihat Hideyoshi.

Pada 1600, para daimyo di Jepang terpecah dalam dua faksi. Pasukan Barat yang dikendalikan Ishida, dan Pasukan Timur yang menentang Ishida.

Tokugawa memutuskan mendukung front timur yang berisi Klan Date, Mogami, Satake, serta Maeda, yang kemudian membawanya ke dalam peperangan terpenting.

Peperangan yang berlangsung di wilayah dekat Sekigahara pada 21 Oktober 1600 adalah pertempuran dengan total 160.000 saling berhadapan.

Pertempuran itu berakhir dengan kemenangan absolut Tokugawa di mana blok Barat dihancurkan, dan Ishida serta daimyo yang memihak kepadanya dibunuh.

Dengan hasil itu, Tokugawa menjadi penguasa de facto Jepang, dan menghadiahkan daerah kekuasaan kepada daimyo yang sudah membelanya.

Pada 24 Maret 1603, Kaisar Go-Yozei memberikan gelar shogun (gubernur militer) kepada Tokugawa ketika dia berusia 60 tahun.

Dia memulai Zaman Edo, dan membuka rezim shogun ketiga setelah Era Kamakura pada 1185-1333 serta Ashikaga 1338 hingga 1573.

Dia hanya mengemban jabatan tersebut selama dua tahun dan memutuskan mengundurkan diri pada 1605, serta menyerahkannya kepada sang anak Hidetada.

Meski begitu, dia masih berperan sebagai Ogosho atau Shogun yang sudah pensiun di mana dia mengawasi pembangunan Kastil Edo.

Dia bekerja keras untuk menyatukan dan memulihkan stabilitas Jepang serta mendukung adanya perdagangan dengan pihak asing.

Keberanian itu antara lain terlihat dari tukar cinderamata antara dirinya dengan Raja James I dari Inggris dan penguasa monarki Eropa lainnya.

Shogun Tokugawa Ieyasu meninggal pada 17 April 1616 pada usia 73 tahun dengan dugaan penyebab kematiannya antara kanker hingga sifilis.

Dia kemudian dinobatkan sebagai dewa dengan sebutan Tosho Daigongen (Gongen yang Agung, Sang Cahaya dari Timur).

Semasa hidup, Tokugawa sempat berpesan agar ketika dia wafat, dia harus dijadikan dewa demi melindungi keturunannya dari hal jahat.

Jenazahnya lalu dibaringkan di Kuil Nikko, yang kemudian menjadi salah satu kuil terpenting di Jepang.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow