Ramai Wacana Barat Akan Kirim Pasukan Darat ke Ukraina, Benarkah?

Belakangan wacana pengiriman pasukan darat oleh negara-negara Barat ke Ukraina ramai diperbincangan. Adalah Presiden Perancis yang melempar isu itu.

Ramai Wacana Barat Akan Kirim Pasukan Darat ke Ukraina, Benarkah?

KYIV, KOMPAS.com - Belakangan ini wacana pengiriman pasukan darat oleh negara-negara Barat ke Ukraina ramai diperbincangan.

Wacana itu pertama kali digelontorkan oleh Presiden Perancis Emmanuel Macron pada Senin (26/2/2024).

Saat berbicara setelah penyelenggaraan konferensi para pemimpin Eropa di Perancis, ia menyebut pengiriman pasukan ke Ukraina tidak bisa dikesampingkan.

Baca juga: Pasang Surut Hubungan Rusia dan Korea Utara

“Tidak ada yang bisa dikesampingkan untuk mencapai tujuan kami. Rusia tidak bisa dan tidak boleh memenangkan perang ini,” kata Macron yang menjadi tuan rumah konferensi, dikutip dari AFP.

Konferensi guna menggalang dukungan yang lebih besar untuk Ukraina itu sendiri dihadiri para pemimpin dunia, termasuk Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Polandia Andrzej Duda.

Kata pemimpin negara Barat

Terpisah, Kanselir Jerman Olaf Scholz pada Selasa (27/2/2024) menolak gagasan negara-negara Eropa atau NATO untuk mengirimkan pasukan ke Ukraina.

"Apa yang telah disepakati sejak awal di antara kami dan satu sama lain juga berlaku untuk masa depan, yaitu tidak akan ada tentara di tanah Ukraina yang dikirim ke sana oleh negara-negara Eropa atau negara-negara NATO," kata Scholz kepada para wartawan.

Ia menambahkan, tentara yang berbasis di negara-negara tersebut juga tidak boleh berpartisipasi aktif dalam peristiwa perang di Ukraina untuk melawan Rusia.

Sebelumnya, pada Senin, Scholz sempat mengatakan, bahwa menjaga agar tentara Jerman tidak berpartisipasi langsung dalam perang antara Rusia dan Ukraina merupakan "prinsip fundamental".

Baca juga: Ketika Armada Hantu Rusia Langgar Sanksi Embargo Minyak...

"Tidak ada tentara Jerman di tanah Ukraina dan tidak ada partisipasi tentara Jerman," katanya sebelum pertemuan.

Scholz menjelaskan, bahwa hal itu diperlukan tidak lain untuk mencegah eskalasi perang antara NATO dan Rusia.

Perdana Menteri Swedia, Ulf Kristersson, yang negaranya akan bergabung dengan NATO, pada Selasa juga mengatakan bahwa pihaknya saat ini tidak berencana untuk mengirim pasukan darat ke Ukraina.

"Itu tidak ada dalam rencana kami untuk saat ini," kata Kristersson kepada lembaga penyiaran publik Swedia, SVT.

Dia bereaksi terhadap komentar Macron, yang mengatakan bahwa para pemimpin Barat tidak boleh mengesampingkan pengiriman pasukan darat untuk membantu Ukraina mengalahkan pasukan Rusia.

"Untuk saat ini, kami sedang sibuk mengirimkan peralatan (militer) canggih ke Ukraina," kata Kristersson.

Stockholm mengumumkan pada tanggal 20 Februari bahwa mereka akan memberikan bantuan pertahanan kepada Ukraina senilai 7,1 milyar kronor, termasuk peluru artileri, pertahanan udara, kapal, ranjau, torpedo, dan pelatihan untuk tentara Ukraina. 

Kristersson mengatakan bahwa saat ini "tidak ada permintaan" dari Ukraina untuk pasukan darat Barat.

Baca juga: Semakin Menegaskan Diri sebagai Produsen Senjata, Iran Kirim Ratusan Rudal Balistik ke Rusia

Polandia, Republik Ceko, dan Inggris tidak berencana

PM Polandia dan PM Republik Ceko pada Selasa mengatakan pula, bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk mengirim pasukan ke Ukraina.

Namun, mereka bersikeras bahwa semua negara Eropa bakal memberikan dukungan penuh kepada Kyiv dalam melawan invasi Rusia.

Perdana Menteri Polandia Donald Tusk tengah bertemu dengan Perdana Menteri Ceko Petr Fiala di Praha menjelang pertemuan Visegrad Group –sebuah aliansi negara-negara Eropa Tengah.

“Kami tidak mempertimbangkan pengiriman pasukan kami ke Ukraina dan kami memiliki posisi yang sama dengan Republik Ceko dalam hal ini,” kata Tusk dalam konferensi pers bersama hari Selasa dengan Fiala.

Juru bicara Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, pada Selasa pun menegaskan bahwa Inggris tidak berencana mengerahkan tentara ke Ukraina dalam jumlah besar..

“Inggris sudah memiliki sejumlah kecil personel di negaranya yang mendukung angkatan bersenjata Ukraina, termasuk untuk pelatihan medis,” kata juru bicara Perdana Menteri Rishi Sunak kepada wartawan.

“Kami tidak punya rencana untuk melakukan pengerahan skala besar. Inggris juga melatih sejumlah besar personel Ukraina di Inggris. Kami jelas mendukung pasukan Ukraina juga melalui penyediaan peralatan dan perbekalan," jelas sumber itu.

Baca juga: Serangan Balik Ukraina Banyak Gagal, Zelensky: Sudah Bocor ke Rusia

Tanggapan Rusia

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Selasa mengatakan, mengirim pasukan ke Ukraina bukanlah kepentingan negara-negara Barat, setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa opsi itu ada di atas meja.

"Ini sama sekali bukan kepentingan negara-negara ini, mereka harus menyadari hal ini," kata Peskov setelah ditanyai tentang pernyataan Macron.

Ia menambahkan bahwa banyak negara "menyimpan penilaian yang cukup bijaksana mengenai potensi bahaya dari tindakan semacam itu".

"Fakta bahwa kemungkinan pengiriman beberapa kontingen dari negara-negara NATO ke Ukraina sedang didiskusikan adalah elemen baru yang sangat penting," katanya.

Dia mencatat bahwa Kremlin sangat menyadari posisi Macron tentang perlunya memberikan kekalahan strategis pada Rusia.

Ketika ditanya apakah kemunculan pasukan NATO di Ukraina akan mengarah pada konfrontasi langsung antara aliansi tersebut dan Rusia, Peskov mengatakan bahwa hal itu adalag sebuah keniscayaan.

"Dalam hal ini, kita tidak perlu berbicara tentang kemungkinan, tetapi tentang keniscayaan (konfrontasi)," kata Peskov. 

"Dan negara-negara ini perlu... bertanya pada diri sendiri apakah (konfrontasi) itu demi kepentingan mereka dan, terutama, apakah itu demi kepentingan warga negara," katanya.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow