Perbedaan Thrifting dan Preloved, Serupa tapi Tak Sama

Meski punya konsep yang serupa, thrifting dan preloved memiliki perbedaan yang cukup siginifikan mulai dari asal barang, penjualan, hingga keasliannya

Perbedaan Thrifting dan Preloved, Serupa tapi Tak Sama

KOMPAS.com - Para pecinta barang-barang bekas, impor atau bermerek pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah thrifting dan preloved.

Keduanya memang memiliki karakteristik yang mirip, yakni merujuk pada produk bekas yang dapat dibeli dengan harga lebih murah dari produk keluaran terbaru.

Baca juga: Item yang Sebaiknya Dipilih dan Dihindari Saat Thrifting

Jika merujuk pada industri fesyen berkelanjutan, thrifting dan preloved juga termasuk sebagai konsep berkelanjutan yang tak jarang menjadi gaya hidup pilihan yang lebih ramah lingkungan.

Meski punya konsep yang serupa, thrifting dan preloved sebenarnya memiliki perbedaan yang cukup siginifikan.

Tak jarang, barang-barang preloved ini berasal dari pemberian atau hadiah yang belum pernah dibuka atau tidak digunakan lagi.

Dengan kata lain, preloved lebih merujuk sebagai cara atau penyebutan untuk "menghadirkan" kehidupan baru pada item fesyen yang dimiliki seseorang.

Kebanyakan orang dengan cepat menganggapnya sebagai pakaian bekas, tetapi kondisinya masih terawat.

Perbedaan thrifting dan preloved

Ada sejumlah perbedaan antara thrifting dan preloved di industri fesyen. Berikut pemaparan selengkapnya:

1. Arti thrifting dan preloved

Jika mengacu pada makna thrifting dari laman Cambridge Dictionary, istilah ini berasal dari kata thrift dalam bahasa Inggris yang berarti berhemat atau menghindari pemborosan.

Secara umum thrifting dapat dikatakan sebagai kegiatan belanja di toko barang bekas, garage sale, atau pasar loak yang masih layak pakai tapi dengan harga murah.

Konteks barang yang dibelanjakan pun cukup beragam, mulai dari perabotan, barang antik, dan elektronik.

Baca juga: Keuntungan Thrifting di Pasar Senen, Harga Murah hingga Layak Pakai

Tetapi yang paling populer di Indonesia adalah pakaian serta beragam produk fesyen turunannya.

Tak sedikit orang yang memaknai thrifting sebagai gaya hidup yang tak sekadar berburu barang bekas dan berhemat.

Namun, juga memberikan dampak positif bagi lingkungan karena turut berkontribusi pada pengurangan produksi barang baru hingga memperpanjang masa pakai suatu barang.

Bahkan ada kesenangan tersendiri saat melakukan thrifting, misalnya, ketika menemukan barang unik atau koleksi langka yang mungkin ditemukan di toko-toko konvensional.

Sedangkan preloved, menurut Cambridge Dictionary, diartikan sebagai bukan barang baru, tapi sudah pernah digunakan sebelumnya.

Biasanya preloved digunakan untuk menjual sesuatu untuk menghindari kata "bekas" yang konotasinya mungkin dapat merujuk pada barang tidak terpakai, diabaikan atau sudah tidak digunakan kembali.

Preloved fashion dapat mencakup pakaian dalam berbagai kondisi, mulai dari pakaian bekas yang sangat disukai orang lain (koleksi pribadi atau barang kesayangan), barang yang diselamatkan dari gudang, aksesori, tas, sepatu, dan lain sebagainya.

2. Asal-muasal produk

Perbedaan paling signifikan dari thrifting dan preloved dapat terlihat dari mana barang itu berasal.

Menurut laporan Kompas.com, baju-baju thrifting sebagian penjual mendapatkannya dalam bentuk bal (100 kg baju) dari penjual pakaian yang diimpor dari luar negeri seperti China, Australia hingga Eropa.

Semakin banyak bal yang dipesan, semakin bervariasi pula merek hingga kualitasnya.

Baca juga: Apa Itu Thrifting? Gaya Hidup yang Masih Digemari Generasi Muda

Sedangkan pada item fesyen preloved, menurut Marisa Tumbuan, founder Irresistible Bazaar (bazar fesyen preloved), sebagian besar koleksinya berasal dari perorangan, kolektor, hingga komunitas tertentu.

"Preloved itu juga ada yg di-handle profesional (seller) ada juga yang di handle secara organisasi (komunitas pecinta barang branded)," jelas Marisa kepada Kompas.com, baru-baru ini.    

3. Penjualan barang

 

Aneka barang thrifting biasanya dijual di toko atau lapak baju bekas.

Berbagai toko thrifting secara online atau bisa juga ditemui di hampir seluruh Indonesia, seperti Pasar Senen, Jakarta, Gede Bage, Bandung dan sejumlah kota lainnya.

Sedangkan preloved umumnya dijual secara eksklusif, acara bazar koleksi barang preloved, atau dengan cara yang lebih personal.

Baca juga: Thrifting Jaket, Barang Paling Laris di Pasar Senen

Saat ini pun ada marketplace yang menyediakan segmen khusus untuk barang-barang preloved, contohnya Carousell hingga Facebook Marketplace.  

4. Kualitas barang

 

Jika merujuk pada kualitas barang, berdasarkan laporan langsung Kompas.com di Pasar Senen, Jakarta beberapa waktu lalu, kondisi dan kualitas barang-barangnya bisa dikatakan cukup random (acak).

Kondisi bajunya lebih bervariasi, ada yang mulus, kondisi mirip baru, hingga terdapat noda, sobek, cacat produksi hingga malfungsi.

Baca juga: 7 Tips Thrifting di Pasar Senen, Jangan Sampai Kecewa

Ketelitian dan kecermatan saat memilih barang menjadi faktor utama untuk menemukan barang berkualitas.

Hal ini pula yang mungkin bisa memberi kesenangan atau pengalaman unik saat mencari "harta karun" di tengah tumpukan baju-baju bekas.

Meski demikian, Marisa berpendapat bahwa barang thrifting tidak selalu jelek. Dia pun mengakui, kalau produk-produk thrifting juga ada yang berkualitas baik.

"Branded thrifting shop juga ada yang dipajang secara profesional dan juga terjamin keasliannya," papar Marisa.

Lain cerita dengan barang preloved, Kompas.com juga sempat menyambangi beberapa event atau acara bazar barang preloved seperti di Irresistible Bazaar dan sejumlah acara produk preloved lain di Jakarta.

Kebanyakan produknya memiliki kualitas yang lebih terawat dan siap pakai.

Koleksi barang preloved juga seringkali terdiri dari merek mewah, koleksi langka, hingga rancangan desainer yang dijual dengan harga lebih terjangkau.

Kompas.com juga sempat membeli barang di Facebook Marketplace dan Carousell secara online yang berasal dari koleksi pribadi si penjual.

Baca juga: Pasar Senen hingga Santa, 5 Rekomendasi Tempat Thrifting di Jakarta

Sebagian besar barangnya memang sudah pernah terpakai, tetapi masih sangat layak untuk digunakan, dan kualitasnya masih terlihat baik.

"Jadi kualitas (produk) itu tergantung dari masing-masing owner (pemilik barang) sebelumnya saja, merawatnya apik atau tidak," jelas Marisa.  

5. Keaslian produk

 

Baik item fesyen thrifting atau preloved, keaslian produk dari suatu merek menjadi faktor utama yang paling diperhatikan pembeli.

Keaslian produk dari suatu brand itu pun sebenarnya tergantung dari penjual itu sendiri.

Tak menutup kemungkinan penjual barang thrifting banyak yang jujur dengan kondisi dagangannya, begitu pun pada penjual barang preloved.

Pilihan untuk membeli di antara keduanya tergantung pada preferensi masing-masing individu, bujet yang disiapkan, dan jenis barang yang diinginkan.

Baca juga: Wanita Ini Temukan Kalung Antik Senilai Rp 50 Juta di Thrifting Shop

Tetapi dapat disimpulkan, saat kita thrifting dibutuhkan ekstra kesabaran, dan ketelitian untuk menemukan barang berkualitas dari merek kenamaan.

Sedangkan jika datang ke bazar barang preloved, kebanyakan produknya sudah disortir sedemikian rupa sehingga yang ditampilkan adalah koleksi terbaik.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow