Pengamat Analisa Prabowo Lepas Beban Politik Jokowi,Megawati dan Pengusung Anies Jadi Taktik

Laporan WartawanElga Hikari Putra- Setelah diumumkan sebagai capres pemenang Pilpres 2024, Prabowo Subianto langsung mencanangkan rekonsiliasi besar-besaran. Ketua Umum Gerindra itu bersedia menampung pihak lawan untuk masuk barisannya. Menurut pria yang juga Menteri Pertahanan itu, seluruh kekuatan politik di Indonesia harus bersatu untuk memajukan bangsa. Namun, dalam percaturan politik tanah air, para...

Pengamat Analisa Prabowo Lepas Beban Politik Jokowi,Megawati dan Pengusung Anies Jadi Taktik

Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra

TRIBUNJAKARTA.COM - Setelah diumumkan sebagai capres pemenang Pilpres 2024, Prabowo Subianto langsung mencanangkan rekonsiliasi besar-besaran.

Ketua Umum Gerindra itu bersedia menampung pihak lawan untuk masuk barisannya.

Menurut pria yang juga Menteri Pertahanan itu, seluruh kekuatan politik di Indonesia harus bersatu untuk memajukan bangsa.

Namun, dalam percaturan politik tanah air, para pihak saling menyandera.

Kekuatan besar saling mengunci dengan ideologi, kepentingan hingga isu seperti komitmen dan pengkhianatan.

Pengamat politik dari Universitas Nasional, Selamat Ginting, melihat, cara Prabowo mengkonsolidasi para lawannya akan membentur kemampuan akomodasinya sendiri.

Sebab, ketika Prabowo menginginkan lawan datang, rekan koalisi yang sudah lebih lama bersama belum tentu menerima.

Jika bicara volume slot menteri sebagai alat tukar komitemen politik, semakin banyak pihak yang bergabung, semakin sedikit kursi menteri yang dibagi.

Di sisi lain, menurut Ginting, Prabowo saat ini masih menggendong beban politik keluarga Jokowi.

Suka tidak suka, menggandeng putra Jokowi, Gibran Rakabuming sebagai wakil, mendatangkan elektoral besar hingga mampu memenangkan Pilpres 2024.

Sebab Jokowi yang sudah menjalani akhir masa jabatannya masih memiliki tingkat kepuasan yang tinggi di masyarakat. Sejumlah lembaga mencatat angkanya mencapai 70 persen lebih.

Representasi Jokowi yang tercermin lewat sulungnya di sisi Prabowo menjelma efek ekor jas approval rating sang presiden.

Namun, jika ingin mengakomodasi banyak pihak, dukungan elektoral Jokowi juga bisa menjadi beban politik.

Ginting membaca, Prabowo akan melepas beban politik keluarga Jokowi dengan berbagai taktik, termasuk mengatur siapa saja yang diajak ke dalam barisannya.

Salah satu kekuatan besar itu adalah Megawati Soekarnoputri, Presiden ke-5 Republik Indonesia, sekaligus pemimpin partai pemenang Pemilu tiga kali berturut-turut, PDIP.

Prabowo tengah menanti pertemuannya dengan Megawati terselenggara pascapilpres 2024.

"Nah, ini juga sangat menentukan sekali apabila kemudian Prabowo berhasil menggandeng Megawati dalam hal ini PDIP masuk dalam kabinet yang dipimpinnya, maka ini otomatis menjadi dilema bagi posisi Jokowi," kata Ginting, Sabtu (13/4/2024).

Menurutnya, Prabowo akan mendapat sokongan yang kuat dari PDIP jika memang bersedia bergabung.

Jika itu terjadi, lanjut Ginting, otomatis Jokowi tinggal mengandalkan Partai Golkar untuk menjadi penyokongnya.

"Jika kemudian ini yang terjadi, maka tentu saja ada pertimbangan-pertimbangan tertentu apakah kemudian Presiden Prabowo akan juga memberikan tempat yang begitu tinggi kepada Golkar dalam pengertian memberikan tempat yang cukup banyak sebagai menteri-menterinya di kabinet itu," ujar Ginting.

Hal itulah, ujar Ginting, Golkar bisa saja kecewa ketika Prabowo justru merangkul PDIP yang notabene adalah lawan di Pilpres 2024. Sebab, hal itu bisa mengurangi jatah menteri.

Demi mengimbangi kekecewaan Golkar, Ginting membaca Prabowo akan menggandeng parti pengusung capres Anies Baswedan, yakni NasDem dan PKB.

Dengan begitu, Golkar tidak akan menjadi kekuatan politik dominan di tubuh barisan Prabowo.

"Maka bisa saja kemudian untuk menggantikan posisi untuk mengimbangi Golkar, maka Prabowo akan merangkul Nasdem dan PKB ke dalam koalisi pemerintahannya," kata dia.

Di sisi lain, posisi Jokowi menjadi sangat lemah dan perlahan-lahan partai-partai yang semula mendukungnya akan segera meninggalkannya.

"Ini ibarat bebek lumpuh dan juga perahu yang mulai karam," kata dia.

Menurutnya, akan terus terjadi dinamika politik yang cukup kompleks sampai berakhirnya periode Jokowi menjabat sebagai presiden. 

"Nah, persoalan ini juga akan terus berkembang dalam rentang sampai dengan sebelum Jokowi lengser, dinamika politiknya akan terus bergulir. Nah, tentu saja Prabowo pelan-pelan akan melepaskan gendongan beban politiknya dari Jokowi, artinya keluarga Jokowi pelan-pelan akan dilepaskan dari gendongan politik yang menyandra Prabowo," ujar Ginting.

Pertemuan Prabowo-Megawati

Ketua Harian Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, mengungkapkan, pihaknya tengah berkomunikasi dengan PDIP untuk mewujudkan pertemuan Prabowo dan Megawati.

Terlebih, saat ini masih dalam situasi lebaran yang lazimnya menjadi momen silaturahmi.

"Kita sedang komunikasikan memang dalam silaturahmi Idul Fitri komunikasi sesama anak bangsa sebagai orang Timur itu biasa," ucap Dasco di rumah Kertanegara IV, Kebayoran Baru, Jakarta, Rabu (10/4/2024), dikutip dari Tribunnews. 

Lebih lanjut, Dasco menuturkan, waktu pertemuan Prabowo-Gibran masih belum bisa dipastikan. 

Namun ia menegaskan bahwa sampai saat ini proses komunikasi masih terus diupayakan. 

"Oleh karena itu, komunikasi sedang dijalankan antara kedua belah pihak, pasti media akan mendengar dan kemudian akan dikabari kalau memang sudah waktunya," katanya.

TKN: Rencana Pertemuan Sudah Terjadwal 

Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Immanuel Ebenezer (Noel), mengatakan bahwa rencana pertemuan itu sudah terjadwal. 

Meski demikian, Noel tak merinci kapan waktu itu. 

"Soal pertemuan Bu Mega sepertinya ada. Soal ini (waktu pastinya) aku belum dapat info kapannya." 

"Tapi pertemuan itu sudah terjadwal dan sudah di atas mejanya Prabowo," ujar Noel, Senin (8/4/2024) dikutip dari Kompas.com. 

Noel mengatakan, sejauh ini belum ada hambatan kedua tokoh itu untuk saling bertemu.  

Namun, Noel mengatakan, pihak yang justru tidak menginginkan pertemuan itu adalah Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.

"Yang galau itu hanya Hasto dan kawan-kawannya. Dan Hasto akan berusaha agar pertemuan Bu Mega dan Prabowo jangan sampai terealisasi."

"Hasto punya kepentingan agar kedua tokoh ini jangan sampai ketemu," tuturnya.

Lebih lanjut, Noel meyakini, Prabowo pasti bakal mengajak PDIP untuk bergabung ke koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran. 

Dapatkan Informasi lain dari TribunJakarta.com via saluran Whatsapp di sini

Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow