Informasi Terpercaya Masa Kini

Apa Itu Dataran Tinggi Golan dan Siapa Kelompok Sekte Druze?

0 9

KETEGANGAN antara Israel dan kelompok Hezbollah di Lebanon mencapai level baru setelah sebuah serangan roket mematikan menimpa daerah Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.

Sebuah serangan roket pada Sabtu (27/7/2024) menghantam lapangan sepak bola di Kota Majdal Shams yang dihuni warga keturunan Arab yang menganut agama Druze. Menurut pihak berwenang Israel, serangan tersebut menewaskan sedikitnya 12 anak.

Israel menuding Hezbollah telah melancarkan serangan itu dan berjanji akan membalas. Namun kelompok Hezbollah yang didukung Iran itu membantah berada di balik serangan tersebut.

Baca juga: Roket Hantam Lapangan Bola di Dataran Tinggi Golan yang Diduduki Israel, 12 Orang Tewas, Termasuk Anak-anak

Apa itu Dataran Tinggi Golan?

Dataran Tinggi Golan adalah sebuah dataran tinggi strategis yang direbut Israel dari Suriah dalam Perang Enam Hari tahun 1967. Israel kemudian secara resmi mencaplok wilayah itu  tahun 1981. Dataran tinggi berbukit tersebut, yang membentang sekitar 804 km persegi, berbatasan dengan Yordania dan Lebanon.

Ibu Kota Suriah, Damaskus, bisa terlihat dari puncak Golan yang berbatu-batu itu. Sebuah zona penyangga yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB ) memisahkan bagian wilayah Golan yang diduduki Israel dengan Suriah.

Berdasarkan hukum internasional dan resolusi Dewan Keamanan PBB, Dataran Tinggi Golan dianggap sebagai wilayah pendudukan, dan Suriah terus menuntut agar wilayah itu dikembalikan ke pengakuannya.

Kawasan tersebut sering menjadi titik konflik. Konflik terakhir terjadi tahun 2019 ketika mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengatakan, AS akan mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan.

Israel memandang Dataran Tinggi Golan sangat penting untuk kepentingan keamanan nasionalnya. Israel menegaskan, pihaknya perlu mengendalikan wilayah tersebut demi menangkis ancaman dari Suriah dan kelompok proksi Iran di sana.

Serangan pada Sabtu lalu bukanlah yang pertama di Dataran Tinggi Golan sejak perang Israel dengan Hamas pecah di Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Pada awal Juli ini, sebuah serangan roket Hezbollah menewaskan dua orang di wilayah tersebut. Hal itu mendorong ketua Dewan Regional Golan Israel menyerukan pembalasan “dengan kekerasan” terhadap kelompok Hezbollah yang berbasi di Lebanon itu.

 

Hezbollah sebelumnya mengatakan, mereka menembakkan puluhan roket Katyusha ke Dataran Tinggi Golan “sebagai respons” terhadap dugaan serangan Israel di Suriah yang menarget anggota penting Hezbollah.

Siapa Kelompok Druze?

Druze merupakan sebuah sekte agama kecil di Timur Tengah yang dikenal dengan sistem doktrin yang eklektik atau beragam dan kohesi serta kesetiaan di antara para anggotanya yang memungkinkan mereka mempertahankan identitas dan keyakinan khasnya selama berabad-abad. Pada abad ke-21, jumlah penganut Druze mencapai lebih dari satu juta orang dan sebagian besar tinggal di Lebanon, Suriah, dan Israel. 

Druze merupakan agama monoteistik dan dan diimani secara diam-diam yang mengintegrasikan unsur-unsur Islam, Hindu, dan filsafat Yunani. Robert Brenton Betts, dalam bukunya, The Druze in the Middle East: Their Faith, Leadership, Identity, and Status, menjelaskan bahwa Druze tidak memperbolehkan orang berpindah agama – baik dari atau ke agama itu – dan tidak boleh melakukan perkawinan campur. Mereka juga tidak melakukan dakwah dan melestarikan praktik keagamaan mereka dalam komunitas.

Lebih dari 20.000 umat Druze tinggal di Dataran Tinggi Golan. Kebanyakan dari mereka mengidentifikasi diri sebagai orang Suriah dan menolak tawaran kewarganegaraan Israel ketika Israel merebut wilayah itu tahun 1967. Mereka yang menolak jadi warga negara Israel tetapi tetap tinggal di wilayah itu diberikan kartu izin tinggal oleh Israel.

Menurut keterangan Dewan Regional Majdal Shams kepada CNN, tak satu pun dari warga Druze yang tewas dalam serangan di lapangan sepak bola pada Sabtu itu memiliki kewarganegaraan Israel.

Kelompok Druze di Dataran Tinggi Golan berbagi wilayah dengan sekitar 25.000 warga Yahudi Israel, yang tersebar di lebih dari 30 permukiman.

Tahun lalu, Dewan Hak Asasi Manusia PBB menyuarakan kekhawatiran atas rencana Israel untuk melipatgandakan populasi permukim di Golan pada tahun 2027.

Baca juga: Israel Akan Gandakan Permukiman Yahudi di Dataran Tinggi Golan

Menurut Komite Penghapusan Diskriminasi Rasial PBB, kelompok Druze Suriah di Golan telah menderita akibat kebijakan yang diskriminatif, terutama yang berkaitan dengan alokasi lahan dan air.

“Selama bertahun-tahun, perluasan permukiman Israel dan aktivitas mereka telah mengurangi akses petani Suriah terhadap air, karena kebijakan diskriminatif terkait harga dan upah,” kata komite PBB.

 

Kelompok Druze di Dataran Tinggi Golan secara historis menentang hukum Israel yang mereka nilai sebagai upaya “Israelisasi”. Tahun 2018, ribuan pengunjuk rasa yang dipimpin kelompok Druze menentang Undang-Undang Dasar Negara-Bangsa Yahudi yang diajukan parlemen Israel, karena khawatir hal itu akan memperdalam diskriminasi.

Undang-undang tersebut menetapkan Israel sebagai tanah-air historis bagi orang-orang Yahudi dengan Yerusalem “bersatu” sebagai ibu kotanya dan menyatakan bahwa orang-orang Yahudi “memiliki hak eksklusif untuk menentukan nasib sendiri secara nasional” di Israel.

Para pemimpin Druze saat itu mengatakan, undang-undang kontroversial itu membuat mereka merasa seperti warga negara kelas dua karena aturan itu tidak menyebutkan kesetaraan atau hak kelompok minoritas.

Data terbaru yang dilaporkan di media Israel menunjukkan adanya peningkatan jumlah warga Druze dari Golan yang ingin mendapatkan kewarganegaraan Israel. Namun jumlahnya masih sangat kecil: 75 pada tahun 2017 menjadi 239 tahun 2021.

Di luar Golan, sekitar 130.000 warga Druze Israel tinggal di Carmel dan Galilea di Israel utara.

Berbeda dengan komunitas minoritas lain di Israel, banyak di antara orang-orang Druze sangat patriotik.  Para kaum pria Druze yang berusia di atas 18 tahun telah ikut wajib militer di angkatan bersenjata Israel (Israel Defense Forces/IDF) sejak tahun 1957 dan sering kali menduduki jabatan tinggi. Banyak juga dari mereka yang berkarier di kepolisian dan pasukan keamanan.

Leave a comment