Informasi Terpercaya Masa Kini

4 Kontroversi Konyol di Olimpiade Paris 2024, Terbaru Singgung Korsel dan Australia

0 10

Bisnis.com, JAKARTA – Olimpiade Paris yang resmi dibuka pada Jumat, 26 Juli 2024, menyisakan sejumlah kontroversi.

Bahkan sebelum acara resmi dimulai, Olimpiade Paris lebih dulu mendapat kecaman dari suporter bola setelah laga Argentina vs Maroko selesai.

Saat itu pertandingan harus terhenti selama satu jam karena penonton turun ke lapangan hingga menyebabkan kekacauan.

Baca Juga : Kemenangan Fajar/Rian di Olimpiade Paris 2024 Dihapus, Ini Alasannya

Pembukaan atau Opening Ceremony Olimpiade Paris 2024 juga menimbulkan kontroversi berkepanjangan.

Masyarakat dunia mencekam Prancis yang membiarkan adanya parodi The Last Supper atau Perjamuan Terakhir ditambilkan dalam bentuk yang tidak sopan.

Baca Juga : : Deretan Negara Paling Royal Kasih Bonus Besar untuk Atlet di Olimpiade

Banyaknya respon negative yang mengarah ke hujatan akhirnya membuat pihak penyelanggara menghapus video Opening Ceremony Olimpiade Paris 2024 dari Youtube.

Ternyata hingga saat ini masih banyak kontroversi yang ditimbulkan oleh pihak penyelenggara. Apa saja? berikut daftar 5 kontroversi yang muncul di Olimpiade Paris 2024.

Baca Juga : : Polisi Prancis Selidiki Ancaman Pembunuhan Terhadap Atlet Israel di Olimpiade Paris

Daftar 4 Kontroversi yang Muncul di Olimpiade Paris 2024

1. Seruan Anti-Israel Tak Mempan

Seruan dari berbagai pihak untuk melarang atlet Israel ikut bertanding di Olimpiade Paris 2024 tidak berhasil.

Banyak pihak menginginkan bahwa Israel tidak ikut bertanding, sama seperti Rusia dan Belarusia yang tak diperbolehkan ikut.

Sayangnya, unjuk rasa pro-Palestina untuk mendesak Komite Olimpiade Internasional (IOC) untuk mengeluarkan Israel dari Olimpiade tak berhasil.

Presiden IOC Thomas Bach menekankan netralitasnya setelah terhadap seruan Palestina agar Israel dilarang dari Olimpiade Paris 2024 karena perang di Gaza.

“Posisi IOC sangat jelas. Kami memiliki dua Komite Olimpiade Nasional, itulah perbedaannya dengan dunia politik, dan dalam hal ini, keduanya telah hidup berdampingan secara damai,” jelas Bach seperti dikutip Times of Israel.

Sedangkan Presiden Prancis Emmanuel Macron juga menekankan bahwa atlet Israel diterima di Olimpiade Paris, dan menolak seruan untuk boikot.

“Atlet Israel disambut baik di negara kami. Mereka harus dapat berkompetisi di bawah warna mereka karena gerakan Olimpiade telah memutuskannya,” katanya dalam wawancara pada Selasa (23/7/2024).

2. Pelarangan Rusia di Olimpiade Paris 2024

Salah satu hal yang terus diprotes oleh masyarakat dunia adalah absennya Rusia dan Belarusia di Olimpiade Paris 2024.

Kedua negara tersebut tak boleh mengikuti kompetisi karena status keterlibatan perang dengan Ukraina.

Pada Olimpiade 2024, terdaoat 15 atlet dari Rusia dan 18 atlet Belarusia yang diperbolehkan bertanding karena statusnya sebagai “Atlet Netral Individu” (AIN).

Bahkan bendera negara Rusia dan Belarusia pun tak boleh dikibarkan. Hal ini memancing amarah dari Sebagian pihak karena Tindakan yang sama tidak dilakukan terhadap Israel.

Adanya komentator seksis…

3. Komentator Seksis di Kompetisi Renang

Melansir dari Eurosport, seorang komentator Bernama Bob Ballard didepak dari Olimpiade Paris 2024 karena bertingkah seksis.

Dirinya berada di bawah kontroversi karena melayangkan komentar tidak pantas terhadap atlet renang putri asal Australia.

Bob mengucapkan “perempuan biasanya pergi dan merias wajah”. Kata itu diucapkan setelah para perenang putri Australia memenangi medali emas estafet gaya bebas 4x100m pada Sabtu (27/7/2024).

4. Panitia Sebut Korsel adalah Korut

Kesalahan fatal terjadi di Olimpiade Paris 2024, saat panitia menyebut Korea Selatan (Korsel) sebagai Korea Utara (Korut).

Insiden tersebut terjadi aat pembukaan Olimpiade Paris 2024, hingga menyebabkan masyarakat Korsel marah.

Pihak penyelenggara kemudian langsung meminta maaf secara terbuka melalui media social.

Saat itu pembawa acara menyebut Korsel sebagai “Democratic People’s Republic of Korea” atau

“Republik Rakyat Demokratik Korea”.

Padahal sebutan tersebut adalah milik Korea Utara.

Leave a comment