Menikahi Orang yang Sudah Selesai dengan Diri Sendiri

Karena kehidupan pernikahan, sungguh penuh tantangan. Menuntut suami dan atau istri, benar-benar memprioritaskan satu sama lain.

Menikahi Orang yang Sudah Selesai dengan Diri Sendiri

Sewaktu masih bujang, di malam pergantian tahun baru. Saya menghunjamkan resolusi, yang ingin dicapai di tahun akan disongsong. Salah satunya adalah menikah. Keinginan yang lumrah, tapi di sebagian orang penuh perjuangan mewujudkan. Termasuk saya.

Saking penginnya menikah, saya pernah me-down grade standart calon istri. Standart ideal yang pernah ditetapkan sendiri, untuk pendamping hidup. Saya ingin menunjukkan pada kehidupan, sebegitu seriusnya keinginan itu.

Apalagi setelah mendengar kajian, bahwa menikah sebagau sunahnya Rasulullah, sebagai ibadah yang menggenapkan separuh agama. Saya seperti dituntun menegaskan niat, bahwa tujuan menikah untuk ibadah dan meneladani kanjeng Nabi.

Begitu umur lewat seperempat abad, keinginan itu semakin menggebu. Ditambah lagi kuping yang semakin risih, mendengar sindiran dan atau yang terang-terangan dari kanan kiri. Sungguh sangat tidak nyaman, berada di situasi yang serba tidak mendukung.

Tetapi manusia tiada daya, telah memiliki jalan takdir hendak ditempuh. Tak ada cara lain, kecuali berusaha sebisanya semamampunya. Toh, manusia buta pengetahuan, atas apa yang akan dihadapi esok hari.

Maka setelah perjuangan panjang dan berliku, harapan itu akhirnya terwujud. Saya seperti menemukan energi baru, siap menghadapi fase pernikahan dengan setiap uji dan coba-nya. Alhamdulillah..

-----

Menikah bagi saya, adalah ajang yang sangat efektif untuk proses pendewasaan. Sampai ada kalimat, menikah adalah ibadah terpanjang dalam hidup.

Suami musti belajar mengalah demi istri, pun sebaliknya dari pihak istri. Tak ada istilah "maunya aku", tetapi musti diganti menjadi "maunya kita". Semua keputusan musti ditimbang, demi kebaikan bersama.

Suatu saat saya pernah di satu titik, merasa diri ini bukan siapa-siapa. Pencapaian dan atau prestasi pernah diraih, sama sekali tidak ada artinya. Ketika musti berjibaku dengan tantangan, guna membahagiakan anak istri.

Bahwa apa yang saya dapatkan, tidak sepenuhnya untuk diri sendiri. Bahkan saya dengan suka rela menyerahkan, kalaupun bagian saya untuk istri dan anak-anak. Sungguh, keadaan yang belum saya alami sebelumnya.

Ya, menikah adalah tahapan, seseorang belajar mengalahkan ego. Mengesampingkan kesenangan pribadi, karena ada pihak yang musti diprioritaskan. Membuang habis-habisan segala gengsi, demi memperjuangkan yang lebih penting.

Bahwa menikah mengajarkan hal penting, untuk menjadi orang yang selesai dengan dirinya sendiri. Menikahi Orang yang Sudah Selesai dengan Diri Sendiri

"gue hobby nongkrong, futsalan, dll. Tp semenjak nikah gue stop total. Knpa? Karena istri yang minta? Nggak juga. Istri  malah suka nyuruh gue futsalan atau nnongkrong pas tau gue nolak ajakan temen2. Istri gue seharian di rumah. Cuma bisa ntn tv, youtube, main sama anak dan berbenah. Dia punya temen cuma suaminya. Ditambah gue selalu kasih bini me-time minimal seminggu 1x buat gue pacaran sama anak berdua. Gue mau abisin waktu buat anak bini. Selama bukan acara penting, mending pulang. Main sama anak abis kerja, bantu berbenaj netflix-an sama bini sebelum tidur, Pas libur kerja gue yang handel 80% pekerjaan rumah. Suruh istri me-time dan gue jalan berdua sama anak gue. Kegiatan tsb jauh lebih asyik drpd nongkrong2 (menurut gue) @th**sd***12

Sebuah thread melintas di timeline medsos saya, memposting tangkapan layar sebuah komentar. Dari pemilik akun @th**sd***12, yang kemudian ramai dibahas netizen. Peminatnya sebagian besar akun ibu-ibu, yang isinya mendukung komentar tersebut.

Meski bapack-bapack, tak urung saya ikutan kepo. Melipir ke akun yang terpampang di capture-an, dan mendapati beberapa posting saja. Akun dimaksud tidak terlalu update, ada banyak postingan tapi yang terakhir di tahun 2022.

Beberapa foto dan caption terakhir, cukuplah mewakili sikap pemiliknya. Dengan mudah saya menyimpulkan, pemiliknya adalah tipe family man. Foto bertiga (suami, istri, anak) di sebuah tempat wisata, sedang menikmati makan lezat. Ada postingan berisi foto kolage, buah hati dari bayi sampai umur 3 th-an.

Tampak sebagai ayah yang baik-baik, dengan kegiatan yang baik-baik juga, tentunya menjadi ayah idaman.

----

"Menikahlah dengan pria/wanita yg sudah selesai dengan dirinya sendiri. Orang2 seperti itu akan lebih milih habisin wakyi bersama org2 yg dicintai" @de***ey***.....

Dari sekian banyak reply-an, ada satu cuitan yang cukup mengena. Idealnya orang menikah, adalah orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri. Kalaupun belum, setidaknya sedang berusaha menuju ke arah tersebut. Karena kehidupan pernikahan, sungguh penuh tantangan. Menuntut suami dan atau istri, benar-benar memprioritaskan satu sama lain.

Contoh paling sederhana, suami yang membeli nasi sebungkus, tidak tega dimakan sendiri ketika tahu istrinya belum makan. Istri yang sedang arisan, rela membawa snack bagiannya untuk suami di rumah (demikian seterusnya).

Banyak kesenangan pribadi musti diabaikan, demi mempersembahkan kebahagiaan pasangan. Tetapi ada hal unik saya rasakan kemudian, makin lama pengorbanan itu bukan lagi beban. Justru saya merasa bahagia, melihat istri lahap ketika kami berbagai nasi sebungkus. Semoga bermanfaat.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow