Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Nama "Persia" merupakan sebuah eksionim, sebuah nama yang diberikan kepada suatu kelompok orang oleh pihak luar.

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

WILAYAH yang sekarang menjadi negara Iran telah dikenal dengan banyak nama yang berbeda, dan memiliki batas dan perbatasan yang berbeda-beda dalam 5.000 tahun terakhir. Nama Persia telah terukir dalam banyak lembaran sejarah dan sastra Barat, sering kali menjadi simbol dari kerajaan yang kaya dan eksotis yang penuh misteri.

Sebuatan "Persia" pertama kali digunakan oleh orang-orang Yunani untuk merujuk pada kekaisaran yang dibangun Cyrus Agung. Sebuatan ini berasal dari kata "Parsa", nama kelompok orang dari mana Cyrus Agung berasal dan memulai pemerintahannya. Wilayah itu kini merujuk pada Provinsi Fars di Iran modern. Sebutan itu kemudian digunakan oleh bangsa-bangsa Eropa untuk mendeskripsikan keseluruhan wilayah yang diperintah oleh Kekaisaran Persia.

Dengan demikian, kata "Persia" merupakan sebuah eksionim, sebuah nama yang diberikan kepada suatu kelompok orang oleh pihak luar. (Sarah Roller, historyhit.com)

Baca juga: Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Secara internal di masyarakat setempat, nama Iran telah lama digunakan – sejak masa zoroastrianisme (1000 SM) – bersama dengan variasi nama lainnya termasuk Arya (secara harfiah berarti tanah Arya). Pada abad ke-4 M, istilah Iran digunakan dalam tulisan dan sastra, dan beberapa teks Barat mencatat adanya preferensi internal terhadap nama Iran pada abad ke-19.

Pada awal abad ke-20, dunia mulai menyaksikan pergolakan besar dalam struktur politik dan sosial di banyak negara, termasuk di Iran. Reza Shah, yang naik tahta pada tahun 1925, memiliki visi modernisasi yang kuat untuk Iran. Ia melihat perlunya sebuah negara yang bersatu dan modern, yang dapat berdiri sejajar dengan negara-negara besar lainnya di dunia.

Reza Shah percaya bahwa salah satu langkah penting dalam proses ini adalah memperkuat identitas nasional yang bisa mempersatukan berbagai kelompok etnis dan budaya di dalam negara. Karena itu ia ingin mengubah nama negaranya. 

Pada tahun 1930-an, langkah-langkah mulai diambil Reza Shah untuk meresmikan perubahan nama dari Persia menjadi Iran, dan pergantian nama itu mulai berlaku pada Maret 1935: Persia berubaha nama menjadi Iran.

Pendorong Utama Perubahan Nama

Ada sejumlah faktor utama yang memengaruhi keputusan itu, mencakup aspek-aspek sejarah, nasionalisme, serta tujuan modernisasi dan penyatuan nasional.

Salah satu dorongan utama di balik perubahan nama adalah keinginan untuk kembali ke akar sejarah dan budaya Iran yang kaya. "Iran" adalah nama yang digunakan secara lokal dan dalam bahasa Persia selama berabad-abad, sejak zaman kuno, yang secara harfiah berarti "tanah Arya".

Arya merujuk pada suku-suku Indo-Eropa yang menetap di wilayah itu dan menjadi cikal bakal banyak kelompok etnik di Iran. Reza Shah ingin menggali kembali sejarah ini untuk menggugah kesadaran nasional dan menumbuhkan kebanggaan di antara warganya.

Iran adalah negara yang memiliki keragaman etnis dan linguistik yang besar, termasuk Persia, Azeri, Kurdi, Lur, Baluchi, dan Arab. Menggunakan nama "Persia" cenderung mengasosiasikan negara tersebut secara eksklusif dengan etnis Persia saja, sedangkan "Iran" mencakup dan mengakui keragaman ini secara lebih luas. Penggunaan nama yang lebih inklusif ini dimaksudkan untuk mendorong persatuan nasional dan integrasi sosial di antara berbagai kelompok di dalam negara.

Perubahan nama juga sejalan dengan program modernisasi luas yang dilaksanakan Reza Shah, yang mencakup reformasi administratif, sosial, dan ekonomi. Pergantian nama negara menjadi simbol transformasi dari kerajaan yang tradisional menjadi negara modern yang dapat bersaing dan berkoordinasi pada tingkat internasional. Ini adalah langkah untuk memproyeksikan citra baru Iran sebagai negara yang dinamis dan progresif.

Di era di mana pengaruh kolonial Inggris dan Rusia sangat kuat di Iran, Reza Shah berusaha memperkuat kedaulatan nasional. Mengganti nama Persia menjadi Iran juga merupakan langkah untuk menegaskan independensi dari pengaruh kolonial dan imperialisme. Ini adalah upaya untuk mengubah persepsi internasional tentang Iran, dari sebuah negara yang sering dipermainkan oleh kekuatan asing menjadi sebuah entitas yang berdaulat dan mandiri.

Perubahan nama ini juga dipandang sebagai strategi untuk memposisikan Iran secara lebih efektif dalam diplomasi internasional. Dengan mempromosikan nama yang lebih otentik dan historis, Iran dapat lebih mudah menegaskan identitas dan posisinya di forum global, membantu dalam membentuk aliansi dan menjalin hubungan luar negeri yang lebih merata dan saling menguntungkan.

Keseluruhan upaya ini tidak hanya mencerminkan keinginan untuk perubahan nama semata, melainkan juga merupakan bagian dari ambisi lebih besar untuk merevitalisasi dan memodernisasi Iran. Ini menunjukkan bagaimana sebuah keputusan yang tampaknya simbolis—seperti perubahan nama—dapat menjadi bagian integral dari strategi pembangunan nasional dan politik internasional yang lebih luas.

Pemilihan nama "Iran" juga dimaksudkan untuk mencerminkan keragaman budaya dan etnik yang lebih besar di dalam negara tersebut. Iran tidak hanya rumah bagi orang Persia, tetapi juga bagi banyak suku dan kelompok etnis lain seperti Azeri, Kurd, Lur, Baloch, dan Arab. Reza Shah berharap bahwa dengan mengadopsi nama yang lebih inklusif, ia dapat memperkuat integrasi nasional dan mengurangi fokus pada Persia sebagai entitas budaya dominan.

Di panggung internasional, penggunaan nama "Iran" segera diadopsi dan dipromosikan melalui diplomasi dan komunikasi resmi. Keputusan itu pada awalnya mengejutkan banyak negara yang terbiasa dengan nama "Persia". Namun, dengan berjalannya waktu, nama baru ini membantu menegaskan kembali posisi Iran sebagai pemain global yang aktif dengan sejarah kuno dan kompleksitas etno-kultural yang luas.

Di dalam negeri, reaksi terhadap perubahan nama itu beragam. Beberapa menerima perubahan itu sebagai simbol modernisasi dan kebangkitan nasional, sementara yang lain, terutama kalangan intelektual dan sejarawan, merasa bahwa nama "Persia" memiliki konotasi sejarah dan budaya yang lebih kaya dan lebih mendalam. Meski begitu, sejak dekret tersebut, nama "Iran" telah menjadi identitas resmi negara tersebut.

Apakah Ada Kaitan dengan Propaganda Ras Arya Nazi Jerman?

Ada narasi yang mengaitkan perubahan nama Persia menjadi Iran sebagai Reza Shah Pahlavi untuk mendekatkan bangsanya dengan Nazi Jerman yang sedang naik daun saat itu. Nazi Jerman mengaung-agungkan keunggulan ras Arya.

Namun hal itu masih menjadi topik perdebatan di kalangan sejarawan dan merupakan bagian dari interpretasi yang lebih luas terhadap kebijakan luar negeri dan domestik Reza Shah Pahlavi. Persepsi itu tidak sepenuhnya tanpa dasar, tetapi penting untuk memandangnya dalam konteks yang lebih luas dan lebih rinci.

Pada tahun 1930-an, Reza Shah memang mencari cara untuk memodernisasi Iran dan mengurangi pengaruh kolonial Barat, khususnya Inggris dan Rusia, di negaranya. Di saat yang sama, Jerman muncul sebagai kekuatan ekonomi dan militer yang signifikan di Eropa.

Menurut Nikki R. Keddie dalam "Modern Iran: Roots and Results of Revolution" (1981), keterlibatan ekonomi dan teknis Jerman di Iran meningkat selama tahun-tahun ini, dan Jerman dianggap sebagai model alternatif untuk modernisasi yang tidak terikat dengan kepentingan kolonial.

Baca juga: Nazi Pernah Kirim Tim ke Tibet untuk Selidiki Asal-usul Ras Arya

Ideologi Nazi yang mendorong pujian terhadap ras Arya dan menarik garis hubungan dengan bangsa Iran memang dimanfaatkan oleh propaganda Jerman. Namun, ini tidak berarti bahwa keputusan Reza Shah untuk mengubah nama negara adalah dorongan langsung atau semata-mata untuk mendekatkan Iran dengan Nazi Jerman.

Menurut Stephanie Cronin dalam "The Making of Modern Iran: State and Society under Riza Shah, 1921–1941" (2003), meskipun ada unsur-unsur simpati dan pemanfaatan narasi Aryan dalam diplomasi Iran, langkah itu lebih kompleks dan melibatkan faktor-faktor domestik seperti nasionalisme, identitas etnis, dan keinginan untuk memperkuat kedaulatan nasional.

Dengan demikian, narasi yang menyatakan bahwa perubahan nama tersebut adalah upaya untuk menyenangkan Nazi Jerman adalah simplifikasi dari realitas yang lebih kompleks. Meskipun ada elemen-elemen yang mungkin tumpang tindih dengan kepentingan Jerman, tidak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa ini adalah alasan utama atau satu-satunya untuk perubahan tersebut.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow