Kebijakan Kontroversial Nayib Bukele Atasi Kejahatan di El Salvador

El Salvador berubah drastis tahun 2023, dari negara penuh kecauan menjadi lebih aman, saat tingkat pembunuhannya turun hampir 70 persen.

Kebijakan Kontroversial Nayib Bukele Atasi Kejahatan di El Salvador

EL SALVADOR mengalami peningkatan tajam jumlah kematian akibat kekerasan di tahun 2015. Kenaikan sebesar 70 persen menjadikan tahun 2015 sebagai tahun paling berdarah di negara di Amerika Tengah itu semenjak puncak perang saudara tahun 1983. Bahkan, El Salvador pada tahun tersebut menyandang gelar sebagai negara paling berbahaya di belahan Bumi barat.

Di tahun itu, diperkirakan 6.657 orang tewas terbunuh. Setidaknya 104 orang per 100.000 penduduk tewas di El Salvador tahun 2015.

Agustus menjadi bulan paling mematikan di tahun tersebut dengan total pembunuhan lebih dari 900 kasus, termasuk satu hari di mana dilaporkan 52 kasus pembunuhan sekaligus.

Meningkatnya tingkat kematian akibat kekerasan di El Salvador tahun 2015 disebabkan oleh maraknya pembunuhan massal dan eskalasi konflik antara anggota-anggota geng dan kepolisian.

Di satu sisi, pihak berwenang menyalahkan pertikaian geng-geng jalanan sebagai penyebab utama  meningkatnya angka kematian itu. Argumen tersebut didasarkan oleh menurunnya tingkat pembunuhan hingga separuhnya pada tahun 2012 ketika pemerintah merundingkan gencatan senjata antara dua geng terbesar, Calle 18 dan Mara Salvatrucha 13. Namun, angka pembunuhan kembali meningkat ketika perjanjian tersebut berhenti tahun 2014.

Di sisi lain, ada banyak bukti menunjukkan pembunuhan di luar proses hukum yang dilakukan oleh polisi terhadap tersangka anggota geng.

El Salvador berubah 180 derajat tahun 2023 ketika tingkat pembunuhannya turun mencapai hampir 70 persen. Jumlah pembunuhan di El Salvador tahun 2023 hanya sebanyak 154 kasus, turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 495 kasus. Dengan 2,4 pembunuhan per 100.000 penduduk, El Salvador secara resmi berubah status dari negara paling berbahaya di belahan Bumi barat menjadi negara dengan tingkat pembunuhan paling rendah di Benua Amerika setelah Kanada.

Strategi Kontroversial

Menurun drastisnya tingkat pembunuhan di El Salvador tentu menjadi pusat perhatian banyak negara. Strategi pemerintah El Salvador dalam menangani tingginya level pembunuhan menjadi strategi favorit, bukan hanya dalam negeri melainkan juga jadi panutan bagi negara-negara lain.

Presiden El Salvador, Nayib Bukele telah memenjarakan hampir 75 ribu orang sejak Maret 2022 dalam upaya menindak tegas anggota-anggota geng kriminal. Tindakan keras yang Presiden Bukele lakukan ini telah berhasil membongkar banyak geng jalanan terkenal yang terus meneror warga selama beberapa dekade.

Semenjak dia naik ke kursi kepresidenan tahun 2019, tingkat pembunuhan telah menurun dari 38 kasus per 100.000 penduduk menjadi 7,8 kasus per 100.000 penduduk setelah tiga tahun menjabat.

Keefektifan strategi Nayib Bukele yang ia sebut sebagai strategi “tangan besi” menjadi model bagi negara-negara tetangganya. Honduras contohnya menerapkan strategi sejenis untuk menangani kasus pembantaian 46 tahanan perempuan yang terkait dengan geng. Di Guatemala, masyarakat bahkan mengadakan unjuk rasa pro-Bukule.

“Salinlah, sesederhana itu,” kata seorang walikota di Ekuador tentang taktik El Salvador pasca serangan bom di kotanya.

Pada Mei 2023, tingkat persetujuan terhadap Presiden Bukele mencapai 91 persen. Politisi di seluruh Amerika Latin mulai memperhatikan Presiden Bukele dan beberapa di antaranya bahkan menyebut Bukele sebagai “model” yang “telah mencapai keajaiban.”

Oktober lalu, Bukele menyarankan untuk menangani militan Hamas dengan mengadopsi pendekatan tanpa toleransi terhadap MS-13 (geng terbesar di El Salvador yang juga jadi target strategi tegas Presiden Bukele).

Walau terbukti memberikan hasil signifikan dan ditiru oleh negara-negara lain, strategi Presiden Bukele banyak dikritik akibat mengabaikan nilai-nilai hak asasi manusia selama implementasinya. Kebijakan tanpa toleransinya ini telah meningkatkan popularitasnya sekaligus membuat indikator hak asasi manusia di El Salvador jatuh drastis.

Strategi tegas pemerintahan Bukele untuk menurunkan tingkat pembunuhan singkatnya menekankan pada penerapan keadaan darurat yang dapat terus diperpanjang sehingga memungkinkan mereka menangkap tersangka anggota geng secara sewenang-wenang dan tanpa proses hukum.

Menurut jurnalis investigasi El Salvador dan sebuah investigasi kriminal yang dipimpin oleh mantan jaksa agung, untuk menjatuhkan geng tersebut Presiden Bukele pertama-tama akan bernegosiasi dengan para pemimpin geng. Selanjutnya, ia mulai melakukan operasi penangkapan besar-besaran terhadap para anggota geng tersebut di mana banyak orang tidak bersalah juga ikut tertangkap. Dengan cara seperti itulah geng-geng dapat diruntuhkan.

Amnesty International dalam laporannya di Desember 2023 memperingatkan adanya “fokus hukuman dan represif yang semakin mendalam di bidang keamanan publik” dan “penggunaan penyiksaan dan kekerasan lainnya secara sistematis terhadap tahanan di pusat-pusat pemasyarakatan” di El Salvador.

Banyak yang berpendapat resiko-resiko seperti itu sepadan dengan hasilnya. Meski begitu, kritik mengatakan, jika hanya melihat hasil, sebetulnya tingkat pembunuhan di El Salvador juga sudah mengalami penurunan sebelum Presiden Bukele naik.

Para kritikus juga mengatakan bahwa penurunan angka kejahatan di El Salvador tidak akan bertahan lama. Pemerintah tidak melakukan apapun untuk mengatasi penyebab mendasar dari kekerasan geng seperti kemiskinan dan diskriminasi.

Pemerintah justru mendorong tumbuhnya kebencian dan perekrutan lebih lanjut oleh geng. Buktinya, banyak organisasi kriminal yang kini meneror wilayah Amerika Latin lahir di penjara, demikian pendapat para kritikus.

Seorang kritikus dari pengamatannya menemukan bahwa kisah kesuksesan Bukele bukanlah kekalahan geng, melainkan pelestarian kekuasaannya. Salah satunya terlihat dari bagaimana Bukele menjuluki dirinya sebagai “diktator paling keren di dunia” ketika menanggapi kritik terkait cara kerasnya.

 Siapa Nayib Bukele?

Nayib Bukele besar di San Salvador. Ayahnya seorang Muslim keturunan Palestina yang membuka waralaba McDonald’s pertama di El Salvador. Ayahnya juga memiliki bisnis tekstil, perusahaan hubungan masyarakat, dan berkontribusi dalam pembangunan empat masjid.

Bukele, yang memiliki tiga saudara laki-laki dan tujuh saudara tiri bersekolah di sekolah swasta bilingual. Ia cukup populer semasa sekolah sehingga ia sempat menjadi ketua kelas semasa SMA. Di buku tahunannya, Bukele menulis di bawah fotonya: “teroris kelas.”

Karir politiknya bermula saat usianya menginjak 30 tahun yaitu sebagai wali kota dari kota dengan populasi kurang dari 10.000 orang. Setelah satu periode, ia menjadi walikota San Salvador. Di usianya yang ke 37 tahun, ia dilantik menjadi Presiden El Salvador.

Bukele menyatakan dirinya sebagai seorang reformis anti korupsi dengan slogan kampanyenya “Ada cukup uang untuk dibagikan selama tidak ada yang mencuri.”

Ia juga menggambarkan dirinya sebagai gabungan dari Alexander Agung dan Steve Jobs atau dengan kata lain seorang penguasa dengan pandangan berseberangan dengan prinsip-prinsip konvensional dalam masyarakat.

Pada pertemuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2019, ia mengambil foto selfie dari mimbar, di tengah pidatonya, untuk mengingatkan para pemimpin dunia yang hadir bahwa “beberapa gambar di Instagram dapat memberikan dampak yang lebih besar dibandingkan pidato apapun dalam sidang ini.” Media sosial menurutnya “telah menunjukkan kepada kita siapa sebenarnya manusia.” Sebelumnya, “semua orang berpura-pura.”

Saat menjadi walikota San Salvador, Bukele telah membersihkan bagian-bagian pusat kota yang hampir runtuh, merenovasi tiga plaza bersejarah, hingga membuka pusat perbelanjaan kelas atas yang memiliki eskalator dan restoran di atas atap, serta perpustakaan yang dilengkapi komputer dan area bermain untuk anak-anak.

Pada suatu saat, ia meluncurkan proyek senilai 24 juta dollar, yang disebut 100 persen  Iluminado untuk memasang lampu di setiap sudut jalan.

Biasanya, popularitas seorang politikus akan redup seiring waktu berjalan. Berbeda dengan Nayib Bukele, namanya justru kian meroket. Ia kini adalah pemimpin terpopuler di Amerika Latin.

AS, Uni Eropa, dan Organisasi Negara-negara Amerika sempat mengkritik tindakan Bukele yang dinilai terlalu lancang sebagai presiden. Tindakan yang dimaksud termasuk mengancam anggota kongres dengan pasukan dan memecat hakim Mahkamah Agung serta mengganti mereka dengan hakim yang mengizinkan Bukele mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua meskipun ada larangan konstitusional.

Namun, kritik dari luar negeri tersebut justru menyatukan rakyat El Salvador dalam melawan satu musuh yang sama. “Mengapa mereka begitu khawatir terhadap negara yang begitu kecil?” kata Bukele.

Tahun 2021, Presiden Bukele mengesahkan bitcoin sebagai mata uang legal di El Salvador, menjadikan El Salvador negara pertama di dunia yang melakukan hal tersebut. Di tahun yang sama, Time memasukkan Bukele ke dalam daftar orang paling berpengaruh di dunia bersamaan dengan Narendra Modi, Donald Trump, dan Naftali Bennett.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow