Inilah Saham Blue Chip dengan Kinerja Oke yang Layak Dipertimbangkan untuk Investasi

REKOMENDASI SAHAM BLUE CHIP - JAKARTA. Sejumlah emiten dengan kategori saham blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan kinerja bagus sepanjang tahun 2023. Menurut analis, sejumlah saham blue chip dengan kinerja mentereng itu layak dipertimbangkan masuk portofolio investasi. Saham blue chip adalah saham lapis satu di bursa. Saham blue chip biasanya memiliki fundamental kuat dan telah lama terdaftar di bursa. Selain itu, saham blue chip...

REKOMENDASI SAHAM BLUE CHIP - JAKARTA. Sejumlah emiten dengan kategori saham blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan kinerja bagus sepanjang tahun 2023. Menurut analis, sejumlah saham blue chip dengan kinerja mentereng itu layak dipertimbangkan masuk portofolio investasi.

Saham blue chip adalah saham lapis satu di bursa. Saham blue chip biasanya memiliki fundamental kuat dan telah lama terdaftar di bursa. Selain itu, saham blue chip biasanya memiliki kapitalisasi pasar besar hingga ratusan triliun.

Kali ini, saham blue chip itu bukan hanya memiliki market cap yang besar. Namun, emiten saham blue chip ini juga mampu mencatatkan pendapatan hingga ratusan triliun rupiah.

Salah satunya adalah konglomerasi Grup Astra masih kokoh dengan pendapatan jumbo. PT Astra International Tbk (ASII) menjadi emiten dengan pendapatan terbesar di BEI. 

Melansir laporan keuangan per 31 Desember 2023, ASII membukukan pendapatan sebesar Rp 316,56 triliun. Ini meningkat 5,04% secara tahunan atau year on year (YoY) dari Rp 301,37 triliun.

Tak heran, raihan pendapatan ASII ditopang dari seluruh entitas anak usahanya, PT United Tractors Tbk (UNTR) saja berhasil mengantongi pendapatan sebesar Rp 128,58 triliun atau naik 4,03% YoY. 

Meski mencetak pendapatan tertinggi, tetapi potensi pertumbuhan pendapatan Grup Astra tahun ini masih dibayangi oleh sentimen. Salah satunya, persaingan penjualan mobil dalam negeri. 

Per 2023, Astra mencatatkan penjualan mobil sebanyak 560.717 unit atau turun 2,34% secara tahunan. Meski demikian, ASII masih mampu mempertahankan pangsa pasar nasional sebesar 56%. 

Head of Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menilai kehadiran BYD di Indonesia dengan mobil listriknya masih akan minim dampak terhadap ASII. 

"Kehadiran BYD di Indonesia tidak mempengaruhi pangsa pasar ASII dan tidak akan ada perubahan signifikan," jelas dia kepada Kontan, Senin (4/3). 

Namun Kiwoom Sekuritas memproyeksikan pendapatan ASII untuk 2024 akan stagnan di level Rp 315 triliun atau turun 0,28% secara tahunan. Pendapatan UNTR diprediksi akan tertekan sebesar 9,89% YoY menjadi Rp 115 triliun di 2024. 

Audi bilang melemahnya kinerja UNTR sehubungan dengan adanya normalisasi harga batu bara seiring dengan melambatnya permintaan. Hal ini yang akan menekan pendapatan UNTR ke depannya. 

Martha Christina, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas juga memproyeksikan akan ada penurunan kinerja terhadap ASII dan UNTR pada tahun ini, yang sehubungan dengan pelemahan harga komoditas.

"Mirae Sekuritas memproyeksikan pendapatan ASII akan mencapai Rp 317 triliun dengan laba bersih Rp 31,6 triliun sepanjang tahun ini," kata Martha. 

Selain Grup Astra, emiten perbankan juga masih kokoh dengan pendapatan yang besar. Yakni, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang mengantongi pendapatan sebesar Rp 234,54 triliun.  Rinciannya, pendapatan dari margin bunga bersih mencapai Rp 95,88 triliun. Kemudian pendapatan operasional lainnya berkontribusi sebanyak Rp 125,55 triliun. 

Kemudian, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengantongi Net Interest Margin (NIM) atau margin bunga bersih sebesar Rp 135,18 triliun.  Ini meningkat 8,5% secara tahunan. 

Sementara pendapatan operasional lainnya non bunga termasuk emas BBRI mencapai Rp 48,10 triliun. Alhasil, BBRI mengantongi pendapatan sebesar Rp 183,29 triliun sepanjang 2023. 

Nah untuk emiten perbankan ini, Martha memproyeksikan kinerja big caps ini masih akan cemerlang di 2024. Ini disumbang oleh pertumbuhan kredit dan terjaganya NIM.

"Hal yang sama untuk BBCA diperkirakan bisa menembus pendapatan sebesar Rp 100 triliun di tahun ini," jelas Martha. 

Pasalnya tinggal sedikit lagi PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) untuk menembus pendapatan Rp 100 triliun. BBCA membukukan pendapatan operasional sebesar Rp 99,3 triliun atau tumbuh 14,4% secara tahunan. 

Emiten lainnya yang mengantongi pendapatan di atas Rp 100 triliun, yakni PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM). Meski belum merilis kinerja sepanjang tahun lalu, tetapi pendapatan TLKM sudah mencapai Rp 111,23 triliun per kuartal III-2023. 

Kiwoom Sekuritas memproyeksikan pendapatan TLKM berpotensi tumbuh 1,73% secara tahunan sepanjang 2023. Audi menjelaskan raihan tersebut bakal ditopang oleh pendapatan dari data dan internet.

"Serta potensi Bisnis data center akan menjadi motor dalam jangka beberapa tahun ke depan," ucap Audi. 

Lebih lanjut, Kiwoom Sekuritas merekomendasikan beli BBRI dengan target di 6.650. Kemudian beli BMRI, TLKM, ASII dengan masing-masing target harga di Rp 7.350, Rp 4.700 dan Rp 6.350.

Sementara dari emiten yang berhasil meraih pendapatan di atas Rp 100 triliun, saham jagoan Mirae Asset Sekuritas jatuh pada BMRI dan BBRI.

Pada perdagangan Senin 4 Maret 2024, harga saham BBRI terkoreksi ke level 6.050 atau turun 75 poin (1,22%). Namun sejak awal tahun 2024 hingga kemarin, harga saham BBRI terakumulasi naik 375 poin atau 6,61%.

 
 

Itulah rekomendasi saham blue chip untuk perdagangan hari ini, Selasa 5 Maret 2024. Ingat, segala risiko investasi atas pembelian dan penjualan saham menjadi tanggung jawab Anda sendiri.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow