Harga Minyak Merosot Nyaris 3% di Akhir Pekan, Ini Penyebabnya

Harga minyak turun nyaris 3% pada akhir pekan lalu, Jumat (23/2), dipicu oleh prospek ditundanya penurunan suku bunga AS. Suku bunga tinggi menghambat pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.

Harga Minyak Merosot Nyaris 3% di Akhir Pekan, Ini Penyebabnya

Harga minyak turun hampir 3% pada akhir pekan lalu, Jumat (23/2), dan membukukan penurunan mingguan hingga lebih dari 3% setelah bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), mengindikasikan penurunan suku bunga dapat ditunda setidaknya dua bulan lagi.

Minyak mentah berjangka Brent turun US$ 2,05, atau 2,5%, menjadi US$ 81,62 per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun US$ 2,12, atau 2,7%, menjadi US$ 76,49.

Untuk minggu ini, Brent turun sekitar 2% dan WTI turun lebih dari 3%. Namun, indikasi permintaan bahan bakar yang sehat dan kekhawatiran pasokan dapat menghidupkan kembali harga dalam beberapa hari mendatang.

“Para Pengambil kebijakan The Fed akan menunda penurunan suku bunga AS setidaknya beberapa bulan lagi,” kata Gubernur Fed Christopher Waller, seperti dikutip Reuters pada Minggu (25/2). Hal ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan membatasi permintaan minyak.

Baca juga:

  • Harga Minyak Naik Imbas Meningkatnya Serangan Houthi Dekat Yaman
  • Harga Minyak Naik 1% Didorong Sinyal Pengetatan Pasokan
  • Harga Minyak Bangkit, ESDM Beri Sinyal Harga BBM Nonsubsidi Naik Maret

The Fed telah mempertahankan suku bunga kebijakannya stabil pada kisaran 5,25% hingga 5,5% sejak Juli lalu. Risalah rapat bulan lalu menunjukkan sebagian besar gubernur bank sentral khawatir akan tindakan yang terlalu cepat untuk melonggarkan kebijakan.

“Seluruh sektor energi bereaksi, karena jika inflasi mulai kembali maka akan memperlambat permintaan produk energi,” kata Tim Snyder, ekonom di Matador Economics. “Itu bukanlah sesuatu yang ingin dicerna oleh pasar saat ini, terutama ketika pasar sedang mencoba mencari arah”.

Namun, beberapa analis mengatakan permintaan masih tetap sehat meskipun ada dampak dari tingginya suku bunga, termasuk di Amerika Serikat.

Indikator permintaan JPMorgan menunjukkan permintaan minyak meningkat sebesar 1,7 juta barel per hari (bph) dari bulan ke bulan hingga 21 Februari, kata para analis dalam sebuah catatan.

“Ini dibandingkan dengan kenaikan 1,6 juta bph yang diamati pada minggu sebelumnya, kemungkinan besar disebabkan oleh peningkatan permintaan perjalanan di Cina dan Eropa,” kata para analis.

Sementara itu, perundingan gencatan senjata di Gaza sedang berlangsung di Paris yang tampaknya merupakan upaya paling serius dalam beberapa minggu terakhir untuk menghentikan konflik di Palestina dan membebaskan sandera Israel dan warga asing.

“Pembicaraan gencatan senjata dapat mendorong pasar untuk mengantisipasi berkurangnya ketegangan geopolitik,” kata Tim Evans, seorang analis pasar minyak independen, dalam sebuah catatan.

Namun, ketegangan di Laut Merah terus berlanjut, dengan serangan yang dilakukan oleh militan Houthi yang didukung Iran di dekat Yaman pada hari Kamis yang memaksa lebih banyak kapal pelayaran mengalihkan jalur perdagangan tersebut.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow