China Jadi Negara Termahal untuk Membesarkan Anak, Segini Biayanya yang Dikeluarkan Orang Tua
Tahukah Bunda bahwa kini China dikenal sebagai salah negara termahal dalam membesarkan anak? Ya, dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya, kini total biaya yang dibutuhkan para orang tua di China terus membengkak.
Berdasarkan laporan terbaru dari YuWa Population Research Institute, biaya untuk membesarkan seorang anak di China dari lahir hingga usia 17 tahun diperkirakan mencapai sekitar $74,800 (sekitar Rp 1,2 miliar).
Bahkan jumlah ini akan meningkat jauh hingga mencapai lebih dari $94,500 (Rp 1,5 miliar) jika anak tersebut menyelesaikan pendidikan hingga jenjang sarjana.
Dampak pada penurunan jumlah populasi China
Biaya membesarkan anak di China jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan per kapita penduduknya. Hal ini merupakan indikator yang digunakan secara luas untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara.
Riset menunjukkan bahwa biaya untuk membesarkan anak hingga usia 18 tahun di China mencapai 6,3 kali lipat dari gross domestic product (GDP) per kapita negara tersebut.
Baca Juga : Anak Jadi Pekerja Muda Software Engineer Google, Ayah Bongkar Cara Mendidiknya
Dikutip dari CNN, laporan tentang tingginya biaya kehidupan tersebut kemudian disorot memiliki dampak besar terhadap tingkat kelahiran yang sangat rendah di China. Kini negara tersebut tengah menghadapi krisis demografi, yang telah mengalami penurunan jumlah penduduk selama dua tahun berturut-turut.
Tahun 2023 mencatatkan angka kelahiran terendah sejak berdirinya negara Republik Rakyat China pada tahun 1949. Meskipun pemerintah setempat telah menawarkan berbagai insentif seperti bantuan finansial, hasilnya masih jauh dari harapan.
Dampak bagi kesejahteraan Bunda di China
Selain turut menanggung biaya kehidupan, wanita di China juga harus menghadapi tantangan berat dalam menyeimbangkan antara karier dan keluarga.
Mereka memikul tanggung jawab utama dalam pekerjaan rumah tangga dan perawatan anak, tetapi masih juga sering kali mengalami diskriminasi tidak adil setelah melahirkan.
Misalnya, wanita yang mengambil cuti hamil berpotensi dipindahkan ke tim lain. Mereka juga lebih mungkin mengalami pemotongan gaji atau kehilangan kesempatan promosi.
Laporan YuWa juga menyebut bahwa banyak perusahaan yang tidak mau merekrut wanita usia subur karena beban biaya cuti melahirkan yang harus ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan tanpa bantuan pemerintah.
Selain itu, jika wanita memilih untuk tetap tinggal di rumah dan mengurus anak, maka nantinya mereka jadi lebih sulit untuk kembali bekerja. Wanita yang sudah memiliki anak dan berniat bekerja lagi kadang harus menerima penurunan gaji antara 12 persen hingga 17 persen.
Perbandingan dampak pada Ayah dan ibu rumah tangga
Mengutip sebuah laporan lainnya di tahun 2018, para Bunda kehilangan rata-rata 5 jam setiap hari untuk bekerja, yang hampir semuanya digunakan untuk pekerjaan rumah tangga.
Meskipun para Ayah juga kehilangan waktu luang, karier dan bayaran jam kerja mereka tidak berubah secara signifikan.
“Karena lingkungan sosial saat ini di China tidak mendukung kelahiran anak, sebagian wanita harus merelakan keinginan memiliki anak demi kesempatan untuk meraih kesuksesan dalam karier mereka,” ungkap laporan tersebut.
Kembali diperingatkan juga bahwa penurunan angka kelahiran dapat berdampak besar pada pertumbuhan ekonomi, kebahagiaan masyarakat secara keseluruhan, dan posisi global negara tersebut.
Kini masyarakat China enggan untuk memiliki anak
“Karena alasan-alasan seperti tingginya biaya melahirkan dan kesulitan bagi wanita untuk menyeimbangkan keluarga dan pekerjaan, keinginan untuk memiliki anak rata-rata orang China hampir menjadi yang terendah di dunia,” ungkap pendiri YuWa, Liang Jianzhang, dikutip dari Reuters.
Laporan tersebut muncul setelah populasi China turun untuk tahun kedua berturut-turut pada tahun 2023 dengan jumlah kelahiran baru turun menjadi sekitar setengah dari jumlah kelahiran baru pada tahun 2016.
Semakin banyak wanita yang memilih untuk tidak memiliki anak karena tingginya biaya pengasuhan anak, dan keengganan untuk menikah atau menunda karier mereka, sementara diskriminasi gender masih marak.
Perempuan umumnya mengalami pengurangan 2.106 jam kerja saat mengasuh anak berusia 0-4 tahun, serta menghadapi perkiraan kehilangan upah sebesar 63.000 yuan ($8.700) dalam periode tersebut.
Waktu luang juga akan dikurangi sebesar 12,6 jam untuk ibu dengan satu anak berusia 0-6 tahun dan 14 jam untuk dua anak.
Demikian ulasan tentang China yang kini menjadi negara termahal untuk membesarkan anak, dan rincian biayanya yang dikeluarkan orang tua.
Pilihan Redaksi
- Viral Anak 3 Tahun di China Ikut Kompetisi Dance Pakai Popok, Lincah Banget Bun
- Anak-anak di Hongkong Semakin Tinggi, Ternyata Ini Alasannya Menurut Studi
- 7 Tanda Anak Jenius dari Usia 1-10 Tahun, Tidak Hanya IQ Tinggi
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!