Informasi Terpercaya Masa Kini

Profil Mohammad Yamin, Tokoh Perumus Sumpah Pemuda

0 1

TEMPO.CO, Jakarta – Mohammad Yamin merupakan tokoh penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia dikenal sebagai salah satu perumus utama Sumpah Pemuda. Selain berperan aktif dalam pergerakan pemuda dan berbagai organisasi politik, Yamin juga diakui sebagai penyair yang memberikan inovasi dalam perkembangan sastra Indonesia.

Peran Yamin sebagai pejuang kemerdekaan, sastrawan, dan negarawan menjadikannya tokoh yang dikenang atas dedikasi dan kontribusinya bagi bangsa. Lantas, seperti apa profil Mohammad Yamin? Berikut informasinya dikutip dari Badan Bahasa Kemdikbud.

Profil Mohammad Yamin

Mohammad Yamin lahir pada 23 Agustus 1903 di Sawahlunto, Sumatera Barat. Ia merupakan penyair yang membawa pengaruh besar pada sastra Indonesia, terutama melalui karya-karyanya yang memperkenalkan bentuk soneta ke dalam sastra modern Indonesia. Mohammad Yamin wafat pada 17 Oktober 1962 di Jakarta.

Pada tahun 1934, Muhammad Yamin menikah dengan Raden Ajeng Sundari Mertoatmodjo, seorang putri bangsawan dari Kadilangu, Demak.

Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai seorang putra bernama Dang Rahadian Sinayangsih Yamin, yang kemudian menikahi Gusti Raden Ayu Retno Satuti, putri sulung Mangkunegoro VIII.

Di bidang pendidikan, Yamin adalah sosok yang beruntung karena berhasil menempuh pendidikan hingga tingkat tinggi di masa penjajahan Belanda.

Hal ini memungkinkannya mempelajari sastra asing, khususnya sastra Belanda, yang kelak ia padukan dengan cita-cita nasionalisme dalam karyanya.

Yamin tercatat pernah menempuh pendidikan di Hollands Inlands School (HIS) di Palembang, kursus peternakan dan pertanian di Cisarua, Bogor, Algemene Middelbare School (AMS) di Yogyakarta, dan akhirnya Recht Hogeschool (RHS) di Jakarta, tempat ia meraih gelar Meester in de Rechten (Sarjana Hukum) pada tahun 1932.

Sejak masa mudanya, Yamin telah aktif dalam berbagai organisasi pemuda yang bergerak untuk kemerdekaan, seperti Yong Sumatranen Bond pada 1926-1928 dan Kongres Pemuda II tahun 1928, yang menghasilkan Sumpah Pemuda.

Ia juga bergabung dengan Partindo pada 1932-1938. Kemudian pada tahun 1938-1942, Yamin menjadi anggota Volksraad (Dewan Perwakilan Rakyat Hindia Belanda).

Pasca kemerdekaan, Yamin mengabdi sebagai Menteri Kehakiman (1951), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1953-1955), serta memimpin berbagai lembaga nasional, termasuk Ketua Dewan Perancang Nasional pada tahun 1962.

Sastrawan Pelopor Soneta

Di tengah pandangan nasionalismenya, Yamin tidak melupakan asal-usulnya sebagai putra Minangkabau.

Meskipun ia menerima pendidikan Barat, ia tidak pernah larut dalam budaya tersebut. Karya-karyanya memadukan sastra Barat dengan unsur budaya lokal, menciptakan gaya yang unik.

Yamin dikenal sebagai pelopor soneta yang bernuansa patriotik, di mana puisinya sering menggambarkan cinta pada tanah air dan kekagumannya pada budaya Nusantara. Salah satu karyanya, Indonesia Tumpah Darahku (1928), diterbitkan bertepatan dengan Kongres Pemuda.

Selama hidupnya, Yamin juga banyak menulis karya sejarah seperti Ken Arok dan Ken Dedes (1943), Gadjah Mada (1946), dan Pangeran Diponegoro (1950).

Peran Mohammad Yamin dalam Sumpah Pemuda

Mohammad Yamin memainkan peran penting dalam Kongres Pemuda II, di mana ia menjadi tokoh yang merumuskan ikrar Sumpah Pemuda. Pada kongres yang berlangsung 27-28 Oktober 1928, Yamin bertugas sebagai sekretaris.

Secara tata organisasi, ia bertanggung jawab mencatat seluruh pembahasan dalam kongres. Namun, perannya tidak terbatas pada tugas administratif saja. Ia juga berpidato untuk memberikan dorongan semangat kepada para pemuda yang hadir dari berbagai daerah.

Mengutip Majalah Tempo edisi 2 November 2002, berjudul Secarik Kertas untuk Indonesia, Yamin turut serta dalam rapat panjang dari Sabtu sore hingga Minggu malam, 27-28 Oktober 1928, bersama perwakilan dari organisasi pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Indonesia, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Jong Batak, Jong Celebes, Jong Ambon, Pemuda Kaum Betawi, dan lainnya.

Dari hasil diskusi itu, para pemuda sepakat untuk mencetuskan Ikrar Pemuda. Yamin-lah yang bertugas meramu rumusannya. “Rancangan sumpah itu ditulis Yamin sewaktu Mr Sunario berpidato di sesi terakhir kongres,” tulis Majalah Tempo.

Yamin dikenal berani menyuarakan gagasan persatuan dalam kongres tersebut, meskipun kegiatan mereka diawasi ketat oleh pihak kolonial Belanda. Ia lantang menyuarakan idenya tentang satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa: Indonesia.

Sebagai seorang sastrawan, Yamin mengedepankan imajinasinya. Tanpa takut ia menyebut persatuan dan kebangsaan Indonesia adalah hasil pikiran serta kemauan sejarah yang sudah berumur ratusan tahun.

Oleh karena itu, peran Mohammad Yamin dalam Kongres Pemuda II memang tak bisa dipandang sebelah mata. Berkat dia, rumusan Sumpah Pemuda tercipta.

Pilihan Editor: 13 Tokoh Sumpah Pemuda 28 Oktober dan Perannya

Leave a comment