Informasi Terpercaya Masa Kini

Suami Menyesal Resign karena Ku Ajak Bisnis, Malah Bikin Keuangan Kami Terpuruk

0 6

#HaiBunda benar adanya, ujian terberat dalam pernikahan adalah masa 5 tahun pertama. Salah satunya ujian keuangan keluarga yang aku dan suami alami. Pagi, siang, malam bekerja dan anak-anak sampai nggak terurus.

Aku sampai malu, anak-anak sampai minta makan ke tetangga. Kami berusaha menyiapkan makan anak-anak dari pagi sampai malam, lalu kerja sambil sesekali pulang menengok keadaan mereka. Meski bisa mengerjakan PR sendiri, mereka tetap butuh perhatian kami.

Suatu hari, aku dan suami nggak bisa pulang karena ada kerjaan ke luar kota. Kami nggak bisa memprediksi apakah makanan di rumah masih aman atau enggak. Ternyata, mereka minta makan ke tetangga tanpa kami tahu. Keesokan hari, tetangga ngomelin kami.

“Punya anak tuh diurus, jangan sampai minta makan ke rumahku!” kata tetangga dengan nada kesal.

“Aku nggak keberatan mereka minta makan ke rumahku, tapi jangan sering-sering ya!”

Aku membatin, siapa juga yang mau anaknya sering minta makan ke tetangga? Kadang, ketulusan tetangga juga terbatas. Aku dan suami memang mengaku salah dan minta maaf ke tetangga. Aku sadar, kesibukan yang menggila nggak selamanya baik untuk keluarga.

Baca Juga : Menyesal Dulu Sibuk Bekerja, Kini Ku Tebus Kesalahan pada Anak Kandung & Anak Suamiku

Maka dari itu, kami berpikir bahwa lebih baik kerja semampunya dari rumah sambil mendampingi tumbuh kembang anak-anak. Uang dan waktu memang jadi dilema bagi setiap orang tua seperti kami. Di satu sisi sibuk cari uang banyak, tapi nggak punya cukup waktu di rumah.

Sementara orang tua yang punya banyak waktu, kadang ujiannya soal keuangan. Akhirnya, aku menyarankan suami untuk berbisnis supaya punya waktu lebih fleksibel untuk mengasuh anak dan keuangan tak terbatas.

Situasinya pasti berbeda kalau dia memaksakan diri jadi pekerja kantoran. Karena sejak awal menikah, aku mengakui sulit kalau harus mengasuh 3 anak suami, yang lahir bukan dari rahimku. Soal pengasuhan anak, aku nggak mau ikut campur.

Hingga akhirnya, suami memutuskan resign. Mau nggak mau, kami harus buka usaha secara mandiri. Tapi ternyata, dia nggak nyaman, bosan, dan menyesal. Dia mengubah haluan mengerjakan hal lain yang justru membuat keuangan kami terpuruk.

Aku pusing tujuh keliling! “Kalau mau sukses di satu bisnis, kita harus tekun dan setia. Namanya bisnis ya pasti berat di awal, tapi pasti ujungnya manis,” begitu aku bilang padanya.

Dia menjawab tak mau kalah, “Itu kan menurut kamu! Aku pribadi nggak biasa kalau saldo di rekening itu nol rupiah dan nggak punya gaji tetap!”

“Ya sabar, nanti Tuhan isi lagi saldo kita,” kataku memberi semangat.

“Aaaaarrrggghh!” dia malah teriak lalu pergi.

Baca Juga : Tinggalkan Ibuku demi Wanita Lain, Tiba-Tiba Ayah Pulang Malah Pinjam Uang

Dia memang nggak biasa berbisnis seperti aku, yang kebal dengan penolakan. Padahal, kami masih bisa makan meskipun penghasilan nggak tetap. Sampai suatu hari, kami duduk bareng sambil minum teh. Kami evaluasi keuangan dan sampai lah pada pertanyaan reflektif:

● Lebih baik penghasilan fluktuatif tapi tetap bisa makan?

● Penghasilan tetap tapi hidup diperbudak orang dan sering kekurangan uang?

Aku bilang ke suami, “Pekerja kantoran memang nggak salah, tapi kan nggak salah juga kita punya mimpi yang harus dicapai. Lagi pula, mau sampai kapan kita jadi budak orang? Bukan kah lebih enak punya bisnis dan perusahaan sendiri?”

Entah lah, dia mendengarkan aku atau enggak…

-Bunda Y, Bekasi-

Baca Juga : Aku Lelah, Keluarga Suami Membenciku & Minta Dia Rujuk Sama Mantan Istrinya

Mau berbagi cerita juga, Bun? Yuk cerita ke Bubun, kirimkan lewat email [email protected]. Cerita terbaik akan mendapat hadiah menarik dari HaiBunda.

Leave a comment