Ciri-ciri Autisme pada Anak Mulai dari Bayi Sampai Usia Balita
Autisme merupakan gangguan perkembangan yang memengaruhi cara seseorang berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Ciri-ciri autisme pada anak dapat muncul sejak bayi usia dua bulan hingga masa balita. Meski pada beberapa kasus, ciri-ciri mungkin tidak terlihat sampai anak memasuki usia yang lebih tua.
Pada bayi, ciri-ciri autisme mungkin sulit dikenali karena perkembangan anak yang berbeda-beda. Tetapi terdapat beberapa gejala yang perlu Bunda perhatikan dan konsultasikan ke dokter.
Salah satu ciri autisme pada bayi adalah kurangnya respons terhadap interaksi sosial, seperti tidak menatap mata orang lain, atau kurang tertarik pada wajah atau ekspresi emosi orang di sekitarnya. Selain itu, bayi dengan autisme mungkin tidak merespon panggilan namanya atau kurang tertarik pada mainan atau mainan interaktif.
Bunda perlu menyadari dan mencari bantuan profesional jika mereka melihat ciri-ciri ini pada Si Kecil, karena intervensi yang dini dapat membantu dalam mengelola gejala autisme dan meningkatkan prognosis anak.
Ciri-ciri autisme pada anak mulai dari bayi sampai usia balita
Ciri-ciri autisme pada anak melalui dua fase dari bayi sampai usia balita. Berikut deretannya:
1. Fase bayi berusia 7 sampai 12 bulan
Ciri-ciri awal autisme pada bayi dengan fase usia 7 sampai 12 bulan meliputi keterlambatan dalam merangkak, keseimbangan yang terganggu, dan penghindaran kontak mata selama interaksi dengan pengasuh atau orang lain.
Baca Juga : 10 Ciri-ciri Anak Autis Ringan dan Penanganannya, Waspada Jika Anak Suka Menyendiri
Di sisi lain, bayi dengan autisme juga memiliki keterbatasan dalam menunjuk pada objek atau gambar untuk menyatakan minat atau berkomunikasi. Bayi dengan autisme mengalami tantangan dalam perkembangan bicara yang bisa dipahami.
Selain itu, kurangnya gerakan tubuh seperti melambaikan tangan atau menggelengkan kepala juga bisa menjadi ciri autisme pada bayi usia ini, Bunda.
2. Fase anak berusia 1 tahun
Beberapa ciri-ciri bayi dengan autisme pada usia setahun ditandai melalui beberapa perilaku. Misalnya tidak menirukan tindakan orang tua, seperti berpura-pura mencuci tangan, serta kesulitan memahami instruksi sederhana seperti “Tunjukkan Hidungnya.”
Tanda autisme pada balita juga didukung dengan perilaku dalam bermain termasuk menunjukkan ketertarikan yang kuat pada mainan dan benda tertentu. Mereka juga melakukan perilaku berulang, seperti terus-menerus memutar roda mobil mainan.
Ciri-ciri pada anak autisme yang muncul adalah dengan menunjukkan rutinitas tertentu saat bermain, seperti menyusun benda, dan bereaksi berlebihan ketika mereka tidak dapat melakukan aktivitas favorit mereka, seperti menonton kartun.
Mereka juga cenderung kecewa dengan perubahan rutinitas, misalnya harus mengikuti rute yang sama setiap kali berkunjung ke rumah kakek dan neneknya. Ditemukan dalam beberapa kasus, anak dengan autisme juga melakukan gerakan tubuh yang berulang-ulang.
Seperti mengepakkan tangan, berjalan jinjit, atau melengkungkan punggung, dan mereka kurang peka terhadap lingkungan sekitarnya. Mereka juga mudah terganggu oleh cahaya terang, suara keras, atau bau yang menyengat.
Dengan memperhatikan ciri-ciri ini, Bunda dan pengasuh dapat lebih cepat mendeteksi kemungkinan adanya autisme pada bayi dan segera mencari bantuan medis yang diperlukan.
3. Fase 1 sampai 2 tahun
Anak-anak dengan autisme pada fase ini seringkali memiliki keterbatasan dalam penggunaan suara atau gerak tubuh, bahkan ada yang tidak dapat berkata-kata sama sekali. Mereka juga cenderung tidak menunjukkan perilaku mencari perhatian, seperti tidak menunjuk suatu objek atau mencari persetujuan atas tindakan yang mereka lakukan.
Selain itu, mereka lebih memilih untuk bermain sendiri dan melakukan aktivitas secara individual daripada bersosialisasi dengan orang lain. Ketika menghadapi perubahan, anak-anak dengan autisme mungkin akan bereaksi negatif atau mengamuk.
Anak-anak yang mengalami autisme seringkali tertarik pada orang-orang favorit mereka dan enggan untuk meninggalkan sisi mereka saat berada dalam pertemuan sosial.
4. Fase usia 3 sampai 5 tahun
Pada fase usia tiga tahun, anak dengan autisme cenderung memiliki kesulitan dalam berbagi mainan dan merasa kesal jika ada anak lain yang ingin bermain dengannya. Mereka juga tidak memahami konsep permainan bergiliran atau berpura-pura, serta jarang memulai permainan sendiri.
Ketika melakukannya, mereka mungkin mengambil mainan anak-anak lain tanpa memberikan peringatan atau menjelaskan maksudnya.
Selain itu, anak-anak ini menunjukkan tanda-tanda keterlambatan berbahasa atau bahkan kemunduran kemampuan berbicara. Mereka mungkin tidak berbicara sebanyak teman sebaya mereka atau bahkan tidak berbicara sama sekali. Mereka mungkin cenderung mengulangi kata, frasa, atau suara yang mereka dengar, yang dikenal sebagai “echolalia”.
Sedangkan pada usia empat tahun, anak dengan autisme akan menunjukkan ciri-ciri lebih memikirkan dirinya sendiri dan acuh pada lingkungannya, seperti menuntut rutinitas tertentu dan mengandalkan serangkaian ritual atau rutinitas untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Mereka mungkin menghabiskan banyak waktu dan perhatian pada hal-hal yang mereka sukai, seperti mainan tertentu, acara TV, atau aktivitas yang menjadi minat khusus bagi mereka.
Anak-anak juga dapat menunjukkan tanda-tanda perilaku impulsif, di mana mereka bertindak tanpa mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin terjadi. Pada pembangunan karakter, mereka juga mungkin kesulitan mempertahankan fokus pada tugas atau aktivitas yang diberikan, dan bisa menunjukkan kegelisahan dalam situasi tertentu.
Terkadang, anak-anak autisme juga melakukan perilaku agresif, seperti memukul atau menggigit, terutama ketika mereka mengalami kesulitan dalam mengekspresikan kebutuhan dan emosi mereka dengan kata-kata. Selain itu, mereka mungkin bereaksi berlebihan terhadap rangsangan sensorik, seperti suara, tekstur, cahaya, atau bau, yang dapat memengaruhi kesehariannya.
Saat Si Kecil berusia lima tahun, anak-anak dengan autisme sering mengalami kesulitan dalam memahami konsep ruang pribadi, di mana mereka mungkin berdiri terlalu dekat dengan orang lain dan tidak menyadari kapan seseorang membutuhkan ruang. Selain itu, mereka mungkin tidak konsisten dalam merespons ketika dipanggil dengan namanya, tampak lalai atau kurang responsif dalam situasi sosial.
Anak-anak dengan autisme juga terkadang merasa tidak nyaman dengan kontak mata dan cenderung menghindarinya selama interaksi sosial. Mereka juga kurang tertarik untuk menjalin persahabatan dan lebih memilih untuk melakukan aktivitas secara mandiri, tanpa melibatkan interaksi sosial dengan teman sebayanya.
Ciri-ciri autis pada anak bayi
Menilik berbagai sumber, terdapat ciri-ciri autisme pada bayi yang sudah dapat dikenali sejak usia dua bulan, Bunda. Berikut deretannya:
1. Berkurangnya frekuensi kontak mata
Bayi secara alami mulai melakukan kontak mata dengan orang lain sejak usia sangat muda. Pada usia dua bulan, mereka biasanya mampu menemukan wajah dan melakukan kontak mata dengan terampil. Kontak mata ini menjadi salah satu cara bagi mereka untuk membangun hubungan sosial dan memperoleh informasi tentang lingkungan sekitarnya yang baru.
Penelitian telah menunjukkan bahwa bayi yang mengalami gangguan spektrum autisme (ASD) mulai mengurangi frekuensi kontak mata pada usia sekitar dua bulan. Menurunnya kontak mata pada usia ini, merupakan indikator awal adanya autisme.
Hal ini menunjukkan pentingnya memperhatikan perkembangan sosial bayi pada tahap awal kehidupannya untuk mendeteksi kemungkinan masalah perkembangan yang akan muncul, Bunda.
2. Sedikit memberikan sinyal atau isyarat
Biasanya bayi belajar memberi isyarat sebelum mereka belajar berbicara. Isyarat merupakan salah satu bentuk komunikasi paling awal yang dipelajari oleh bayi. Namun, anak-anak dengan autisme umumnya menunjukkan lebih sedikit minat dalam memberi isyarat dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengalami autisme.
Isyarat yang kurang ditunjukkan oleh bayi terkadang menjadi indikasi adanya keterlambatan dalam perkembangan bahasa. Selain itu, salah satu indikator perbedaan perkembangan adalah ketika pandangan bayi tidak mengikuti arah yang Bunda tunjuk.
Kemampuan ini sering disebut sebagai “perhatian bersama”. Kurangnya perhatian bersama sering kali dialami pada anak-anak dengan autisme, hal ini menunjukkan pentingnya memperhatikan respons sosial bayi di tahap awal untuk mendeteksi kemungkinan masalah perkembangan.
3. Terbatas dalam menanggapi nama mereka
Pada usia sekitar 6 bulan, mayoritas bayi mulai menyadari namanya sendiri, terutama jika itu diucapkan oleh Ibu mereka. Namun, bayi dengan gangguan spektrum autisme (ASD) berbeda dalam menunjukkan perkembangan ini.
Sedangkan pada usia sekitar 9 bulan, banyak bayi yang didiagnosis dengan ASD ketika tidak dapat mengenali atau merespons namanya sendiri dengan cara yang diharapkan. Peristiwa ini sering kali terjadi bukan hanya sekali dua kali, tetapi terlihat sebagai pola ketidakresponsifan yang konsisten terhadap nama mereka.
4. Menurunnya emosi pada ekspresi wajah
Ekspresi wajah merupakan hal yang sangat penting dalam berkomunikasi dan meminta yang diinginkan bagi bayi. Meski kajian mengenai ekspresi emosi pada bayi autis masih terbatas, riset yang dilakukan pada anak-anak usia sekolah menunjukkan pola menarik.
Anak-anak dengan autisme cenderung menampilkan sedikit ekspresi emosi melalui wajah mereka dibandingkan dengan anak-anak yang perkembangannya normal. Tetapi, hal ini tidak berarti bahwa anak-anak autis tidak mengalami emosi seperti anak-anak lainnya. Hanya saja, cara mereka menunjukkan emosi tersebut bisa berbeda, dan terkadang kurang terlihat melalui ekspresi wajah mereka.
5. Keterlambatan dalam berbicara
Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami autisme cenderung memiliki keterbatasan dalam pengucapan dan pemahaman kata-kata saat berusia 12 bulan. Jika pada usia 16 bulan, anak belum bisa mengucapkan satu kata pun atau tidak menggunakan frasa dua kata pada usia 2 tahun. Bunda dapat berkonsultasi dengan dokter anak untuk evaluasi lebih lanjut.
Ciri-ciri anak bayi autis dari gejala lain
Gejala autisme pada anak pra-sekolah, dapat ditandai dari gerakan berulang seperti mengepakkan tangan atau memutar, serta minat yang sangat kuat pada beberapa mata pelajaran tertentu. Anak-anak dengan autisme mungkin memiliki jumlah mainan yang berlebihan dan mengalami kesulitan dalam merasakan atau memahami perasaan orang lain.
Masalah pencernaan seperti sembelit, diare, gas, dan sakit perut juga dapat menjadi ciri tambahan autisme. Mereka cenderung patuh terhadap rutinitas, sistem, dan jadwal yang telah ditetapkan, serta sering mengalami kesulitan dalam mengekspresikan emosi secara bebas. Penggunaan kata dan frasa yang berulang, serta reaksi emosional yang kuat terhadap perubahan yang tidak terduga juga merupakan ciri khas yang sering terlihat pada anak dengan autisme.
Ciri-ciri autis yang umum pada anak
Ciri-ciri autisme yang umum pada anak dapat ditandai dengan kurangnya ketertarikan untuk kontak mata dengan teman ataupun orang lain. Mereka juga menghindari kontak mata.
Anak dengan autisme memiliki gerakan secara berulang seperti terbang dengan mengayunkan kedua tangannya. Emosi dalam ekspresi wajah juga mulai berkurang untuk menyampaikan pesan pada Bunda atau pengasuh.
Meski begitu, anak dengan autisme terkadang sering mencurahkan kekesalannya dan meledak-ledak. Selain itu, mereka juga tidak begitu tertarik untuk membangun koneksi dengan orang lain dan menjalin pertemanan dengan banyak orang.
Ciri-ciri anak autis dari aspek perilaku yang tidak biasa
Anak dengan autisme tidak respon ketika nama mereka disebut. Muncul kecenderungan untuk menghindari kontak mata dengan orang tua, teman sebaya, guru, atau orang asing yang berbicara dengan mereka.
Mereka sering lebih suka bermain sendiri dan mungkin memiliki reaksi yang intens ketika anak-anak lain mencoba berinteraksi dengan mereka, Bunda.
Anak dengan autisme cenderung mengalami kesulitan berbagi dengan anak-anak lain, tidak memahami cara bergiliran, dan tidak tertarik pada permainan pura-pura. Mereka lebih suka bermain dengan benda nyata daripada mainan tiruan. Selain itu, mereka jarang membagikan cerita atau berbicara tentang pengalaman mereka dengan orang tua.
Kesulitan dalam bersosialisasi dengan anak-anak sebaya, menghindari kontak fisik, memiliki sedikit atau tidak punya teman, serta kesulitan dalam memahami dan mengekspresikan emosi juga dapat menjadi tanda tambahan autisme. Mereka cenderung jarang membuat ekspresi wajah yang sesuai dengan situasi dan mungkin sulit untuk terhibur, lebih memilih untuk dibiarkan sendiri.
Cara orangtua mengamati ciri-ciri autis pada anak
Orangtua dapat mengamati ciri-ciri autisme pada anak sebagai berikut:
1. Memperhatikan interaksi sosial
Bunda dapat mengamati bagaimana anak berinteraksi dengan orang lain, apakah mereka memiliki kesulitan dalam memperhatikan atau menanggapi nama mereka, menghindari kontak mata, atau apakah kurang menunjukkan ketertarikan pada orang lain.
2. Memantau perkembangan bahasa
Dalam mengamati ciri-ciri autis pada anak, Bunda dapat memperhatikan apakah anak mencapai tonggak perkembangan bahasa pada usia yang diharapkan. Bunda juga bisa mencari tahu apakah mereka memiliki kemampuan untuk memahami dan menggunakan bahasa secara efektif, dan apakah mereka menunjukkan keterlambatan dalam berbicara atau menggunakan bahasa.
3. Mengamati perilaku berulang
Perhatikan apakah anak memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku berulang, seperti menggerak-gerakkan tangan, memutar benda, atau melakukan kegiatan yang berulang tanpa tujuan yang jelas.
4. Perhatikan pola main dan minat
Amati minat dan kegiatan yang dominan pada anak, serta apakah mereka menunjukkan ketertarikan yang kuat pada objek atau topik tertentu, atau apakah mereka cenderung terpaku pada rutinitas yang konsisten.
5. Catat respons terhadap rangsangan sensorik
Perhatikan bagaimana anak bereaksi terhadap rangsangan sensorik seperti suara, cahaya, tekstur, atau bau. Apakah mereka sensitif atau tidak peka terhadap rangsangan tertentu?
6. Observasi interaksi dengan teman sebaya
Bunda dapat mengamati bagaimana anak berinteraksi dengan teman sebayanya, apakah mereka menunjukkan kesulitan dalam berbagi, bermain secara bergantian, atau memahami aturan permainan sosial.
Kapan anak dengan autisme dibawa ke dokter?
Si Kecil dapat dibawa ke dokter apabila Bunda telah menemukan ciri-ciri yang muncul pada usia 10 bulan. Menurut Pusat Pengendalian Penyakit (CDC), diagnosis autisme dapat dilakukan oleh dokter pada usia 18 bulan atau bahkan lebih awal. Pemeriksaan yang rutin selama kunjungan kesehatan dapat dilanjut pada tahap perkembangan anak di usia 18 bulan, 2 tahun, dan 3 tahun.
Meski banyak anak mungkin mendapatkan diagnosis resmi autisme pada usia dua atau tiga tahun, terutama setelah mereka mulai bersekolah dan tantangan sosial mulai menjadi lebih jelas. Namun tidak pernah ada kata terlambat, untuk mencari diagnosis dan akses terhadap sumber daya yang membantu dalam mengatasi tantangan yang dihadapi oleh individu dengan autisme.
Demikian ulasan tentang ciri-ciri autisme pada bayi sampai balita. Semoga bermanfaat ya, Bunda.
Pilihan Redaksi
- 5 Ciri Anak Mengidap Autisme, Tidak Ada Kontak Mata Salah Satunya
- Kisah Bunda Ajak Anaknya Pengidap Autis Lakukan Terapi Alam, Ini Perubahan yang Terlihat
- Istri dr. Richard Lee Sharing Cerita Besarkan Anak Autis, Minta Jangan Salahkan Orang Tua
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!