Fakta-fakta Pangea, Superbenua Kuno di Bumi

Pangea terbentuk 320 juta hingga 195 juta tahun yang lalu

Fakta-fakta Pangea, Superbenua Kuno di Bumi

KOMPAS.com - Saat ini Bumi tercatat memiliki tujuh benua.

Namun sekitar 320 juta hingga 195 juta tahun yang lalu, hanya ada satu benua raksasa yang dikelilingi oleh satu samudera bernama Panthalassa.

Baca juga: Kapan Australia Menjadi Benua?

Nah, benua raksasa atau superbenua kuno itu disebut Pangea.

Lebih dari satu abad yang lalu, ilmuwan Alfred Wegener mengajukan gagasan tentang superbenua  kuno, yang ia beri nama Pangea setelah mengumpulkan beberapa bukti.

Kata "Pangea" berasal dari bahasa Yunani "pan", yang berarti "semua", dan "gaia" atau "Bumi".

Superbenua ini terbentuk melalui proses bertahap selama beberapa ratus juta tahun.

Lantas apa saja fakta-fakta seputar superbenua ini? Berikut beberapa di antaranya seperti dikutip dari Live Science.

Pangea pecah

Superbenua Pangea pada akhirnya pecah dan mulai membentuk benua seperti sekarang ini.

Namun itu tidak terjadi dalam waktu yang cepat melainkan pecah dalam beberapa fase antara 195 juta hingga 170 juta tahun yang lalu.

Perpecahan tersebut dimulai sekitar 195 juta tahun yang lalu pada periode Jurassic awal, ketika Samudera Atlantik Tengah terbuka.

Baca juga: Benua Afrika Bisa Terbelah Menjadi Dua, Kapan Terjadinya?

Iklim Pangaea

Pangea memiliki satu daratan yang luas menghasilkan siklus iklim yang sangat berbeda.

Misalnya, bagian dalam benua mungkin benar-benar kering, karena wilayah tersebut terkunci di balik rangkaian pegunungan besar yang menghalangi semua kelembapan atau curah hujan.

Namun deposit batu bara yang ditemukan di Amerika Serikat dan Eropa mengungkapkan bahwa bagian dari benua super kuno di dekat khatulistiwa pasti merupakan hutan hujan tropis yang subur, mirip dengan hutan Amazon.

Brendan Murphy, profesor geologi di Universitas St. Francis Xavier, di Antigonish, Nova Scotia mengatakan endapan batu bara tersebut pada dasaranya memberi tahu kita bahwa ada banyak kehidupan di darat.

Hewan Pangaea

Pangaea telah ada selama lebih dari 100 juta tahun, dan pada masa itu banyak kelompok hewan yang berkembang biak. Selama periode Permian, serangga seperti kumbang dan capung berkembang biak, begitu pula mamalia pendahulu.

Namun keberadaan Pangaea berbarengan dengan kepunahan massal terburuk dalam sejarah, peristiwa kepunahan Permian-Triassic (P-TR).

Peristiwa itu juga disebut Kematian Besar, terjadi sekitar 252 juta tahun yang lalu dan menyebabkan 96 persen dari seluruh spesies laut dan sekitar 70 persen spesies darat punah, menurut Geological Society of America.

Baca juga: Studi Ungkap Berlian Ternyata Dimuntahkan Bumi Saat Superbenua Pecah

Terbentuknya superbenua baru

Konfigurasi benua yang ada saat ini bukan yang terakhir. Bisa jadi superbenua baru bakal terbentuk lagi.

Superbenua telah terbentuk beberapa kali dalam sejarah Bumi, dan saat ini Australia mulai bergerak menuju Asia serta bagian timur Afrika perlahan terlepas dari benua lainnya.

Berdasarkan kemunculan superbenua, studi tahun 2012 yang dipublikasikan di jurnal Gondwana Research menyebut super benua terjadi secara berkala setiap 750 juta tahun.

Sebagian besar ilmuwan percaya bahwa siklus superbenua sebagian besar didorong oleh dinamika sirkulasi di mantel Bumi.

Bagaimana jika superbenua terbentuk?

Dalam pemodelan peneliti, superbenua yang terbentuk ini disebut Pangea Ultima.

Saat terbentuk, itu mengakibatkan tertutupnya Samudera Atlantik dan Hindia dan bergabungnya benua Amerika ke Eropa dan Afrika, yang pada akhirnya menghubungkan seluruh daratan bumi.

Lalu saat Pangea Ultima terbentuk, Bumi kemungkinan besar akan dapat dihuni mamalia.

Baca juga: Apakah Dampak Terbentuknya Superbenua Baru bagi Bumi?

Namun peneliti memodelkan kondisi iklim di superbenua bisa jadi suhunya akan jauh lebih panas daripada Bumi saat ini.

Daratan yang luas akan kekurangan efek pendinginan dari lautan, sementara Matahari yang menua akan menjadi lebih aktif, sehingga Bumi akan menyerap lebih banyak radiasi dari lautan.

Pada akhirnya, aktivitas gunung berapi yang didorong oleh penggabungan benua akan mengakibatkan lonjakan besar CO2. Dari sini, peneliti menghitung bahwa hanya 8 persen Pangea Ultima yang bisa dihuni mamalia.

"Meskipun saat ini ada beberapa mamalia yang sangat spesialis yang dapat menghuni wilayah seperti Sahara, masih harus dilihat apakah mamalia tersebut mampu menyebar di Pangea Ultima dan mendominasi," tambah Alexander Farnsworth, ahli klimatologi di Universitas Bristol di Inggris.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow