China Eksekusi Pasangan Selingkuh yang Lempar Dua Balita dari Lantai 15 Apartemen

China mengeksekusi pasangan yang melempar dua balita dari apartemen. Kasus ini bermula saat pelaku pria, ayah korban, selingkuh dengan pelaku wanita.

KOMPAS.com - China telah mengeksekusi pasangan pria dan wanita karena melempar dua balita dari jendela apartemen, Rabu (31/1/2024).

Pembunuhan dua balita tersebut mengejutkan publik dan memicu kemarahan nasional pada 2020 silam.

Empat tahun berselang, kasus ini kembali naik usai pengadilan menjatuhkan hukuman mati dan mengeksekusi kedua pelaku.

Bukan hanya publik China, kasus ini juga menggemparkan warganet Indonesia, salah satunya dalam unggahan akun X @tanyarlfes, Selasa (6/2/2024).

"Kasus China Execution Couple, sakit banget pas baca," tulis unggahan.

Hingga Kamis (8/2/2024) pagi, unggahan telah dilihat lebih dari 7,6 juta kali, disukai 16.000 pengguna, dan diunggah ulang oleh lebih dari 800 warganet.

Lantas, bagaimana awal mula kasus pembunuhan dua balita di China?

Baca juga: Keluarga di China Tinggal 229 Hari di Hotel Mewah, Disebut Lebih Hemat dan Nyaman

Dua balita di China dibunuh karena dianggap beban

Dilansir dari New York Post, Rabu (31/1/2024), kasus bermula saat pelaku yaitu ayah korban, Zhang Bo, berselingkuh dengan wanita bernama Ye Chengchen.

Saat memulai hubungan terlarang dengan Ye, Zhang awalnya menyembunyikan fakta bahwa dia telah menikah dan memiliki anak.

Berdasarkan keterangan dalam persidangan di Mahkamah Agung Rakyat, Zhang pun menceraikan istrinya, Chen Meilin, pada Februari 2020 setelah Ye mengetahui statusnya.

Namun, Ye melihat kedua anak balita Zhang sebagai penghalang bagi mereka untuk menikah sekaligus beban bagi kehidupan pernikahannya di masa depan.

Dia kemudian berulang kali mendesak Zhang untuk membunuh balita tersebut dan mengancam akan putus jika tidak melakukannya.

Setelah bersekongkol dengan Ye, pada November 2020, Zhang melemparkan putrinya yang berusia dua tahun dan putranya yang berusia satu tahun dari lantai 15 apartemennya, di kota metropolitan barat daya Chongqing, China.

Kala itu, menurut pengadilan, dua balita bernama Zhang Ruixue (putri) dan Zhang Yangrui (putra) tersebut tengah asyik bermain di dekat jendela kamar tidur.

Baca juga: Susul Jepang dan Korea Selatan, China Juga Alami Krisis Populasi

Sebuah rekaman video setelah kejadian tampak menunjukkan Zhang yang berpura-pura mengalami kesedihan yang mendalam atas kejadian yang menewaskan kedua anaknya itu.

Ayah dua anak tersebut juga terlihat membenturkan kepalanya ke dinding dan menangis tak terkendali.

Pada saat itu, Zhang berdalih tertidur ketika anak-anak "jatuh" dan terbangun karena orang-orang berteriak di lantai bawah.

Di sisi lain, ibu dari korban mengatakan, Zhang meminta untuk merawat anaknya pada hari dia membunuh keduanya.

"Saat saya mendengar anak-anak saya dilempar dari lantai 15 oleh ayah dan pasangannya, saya tidak dapat menemukan kata-kata untuk menggambarkan perasaan," ungkapnya.

"Saya tidak bisa membayangkan apa yang dialami anak-anak saya dari lantai 15 hingga ke bawah. Apakah mereka putus asa? Apakah mereka takut?" lanjutnya.

Baca juga: Bukan ke Anaknya, Wanita di China Justru Berikan Warisan Sebesar Rp 44 M ke Kucing dan Anjingnya

Dua pelaku dijatuhi hukuman mati

Diberitakan CNN, Kamis (1/2/2024), Zhang dan Ye dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan setempat pada Desember 2021.

Namun, keduanya baru dieksekusi akhir Januari 2024 setelah proses banding dan kasasi yang panjang, yang tetap menghasilkan keputusan serupa untuk Zhang dan Ye.

Pengadilan Tinggi Rakyat Chongqing menguatkan putusan awal dan mengatakan hukuman yang dijatuhkan kepada Zhang dan Ye sudah tepat.

Keputusan ini pun diajukan untuk disetujui oleh Mahkamah Agung Rakyat, yang menemukan peran dan pengaruh kedua pelaku secara keseluruhan setara.

Menurut Mahkamah, seperti dilaporkan kantor berita Xinhua, masing-masing memainkan peran utama dan merupakan pelaku utama dalam kasus pembunuhan ini.

Kejahatan yang dilakukan pasangan tersebut juga dicap Mahkamah "sangat menentang dasar hukum dan moral", dengan motif kriminal yang sangat tercela dan cara sangat kejam.

Oleh karena itu, perbuatan kedua pelaku memerlukan konsekuensi berat sesuai dengan hukum.

Belum ada informasi bagaimana Zhang dan Ye mendapat hukuman mati. Namun, metode yang paling umum di China adalah lethal injection atau suntikan mematikan.

China juga tidak memberikan informasi transparan terkait total jumlah eksekusi yang telah dilakukan.

Kendati demikian, menurut kelompok hak asasi manusia Amnesty International, negara ini diyakini sebagai "algojo terbesar di dunia" dengan ribuan orang telah dieksekusi dan dijatuhi hukuman mati setiap tahunnya.

Sebuah penelitian yang diterbitkan pada 2020 turut menunjukkan, 68 persen warga China mendukung hukuman mati.

Namun, penulis dan profesor hukum di Universitas Hong Kong, John Zhuang Liu mengatakan, pandangan warganet mungkin tidak secara akurat mencerminkan opini publik China.

Studinya menunjukkan bahwa masyarakat China yang mengekspresikan pandangan politik secara online cenderung menunjukkan dukungan yang lebih besar terhadap hukuman mati.

"Kami tidak memiliki pemahaman yang jelas tentang pandangan masyarakat umum mengenai hukuman mati di China, dan kami tidak memiliki saluran pengumpulan data yang ketat,” katanya.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow