Bisa Picu Hipertensi dan Ginjal Kronis, Ini Anjuran Konsumsi Garam dalam Sehari

Ini anjuran asupan garam harian menurut ahli gizi. #kumparanSAINS

Bisa Picu Hipertensi dan Ginjal Kronis, Ini Anjuran Konsumsi Garam dalam Sehari

Ahli mengingatkan bahwa konsumsi garam berlebihan bisa memicu serangkaian penyakit, termasuk hipertensi dan ginjal kronis. Hal itu dipaparkan oleh dr. Cindiawaty J Pudjiadi, MARS, MS, Sp.Gk.

dr. Cindiawaty menjelaskan, pada dasarnya garam sangat dibutuhkan tubuh. Garam berguna untuk menjaga keseimbangan cairan, menjaga tekanan darah, membantu dalam penyerapan dan transpor nutrien, untuk kontraksi dan relaksasi otot, regulasi cairan di dalam darah dan regulasi keseimbangan cairan tubuh.

Namun, garam bisa berbahaya jika dikonsumsi secara berlebihan. Ini karena natrium bekerja dengan cairan ke dalam aliran sehingga dapat meningkatkan tekanan dalam darah.

“Asupan garam yang berlebihan dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan tekanan darah atau hipertensi. Asupan garam yang berlebihan juga dapat mengganggu keseimbagan antara natrium dan kalium dalam tubuh yang menyebabkan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan cairan jadi berkurang sehingga ini yang mungkin akan meningkatkan risiko ginjal kronis,” kata dr. Cindiawaty.

Soal garam bisa menyebabkan ginjal kronis ini telah dimuat dalam sebuah studi yang terbit di JAMA Open berjudul 'Self-Reported Frequency of Adding Salt to Food and Risk of Incident Chronic Kidney Disease’.

Dalam studi tersebut disebutkan bahwa menambah garam pada makanan secara berlebihan dapat menyebabkan risiko terkena penyakit ginjal kronis. Hubungan ini terlihat jelas bagi mereka yang memiliki indeks massa tubuh atau tingkat aktivitas fisik yang rendah.

“Dalam penelitian ini, kami menganalisis hubungan frekuensi penambahan garam pada makanan dengan kejadian CKD (penyakit ginjal kronis) di antara orang dewasa yang dilaporkan sendiri dari penelitian UK Biobank (UKB),” ujar tim peneliti di jurnal JAMA Open.

“Kami menemukan bahwa frekuensi penambahan garam pada makanan yang dilaporkan lebih tinggi (biasanya saat makan), perilaku makan umum yang dibentuk oleh preferensi jangka panjang seseorang terhadap rasa asin pada makanan dan kebiasaan asupan garam, berkaitan dengan peningkatan risiko kardiovaskular, mortalitas prematur dan diabetes tipe 2,” kata tim peneliti.

Oleh karena itu, dr. Cindiawaty mengingatkan agar masyarakat berhati-hati dalam mengolah makanan karena di dalam bumbu-bumbu dapur juga terdapat kandungan garam yang cukup tinggi. Dia menyarankan agar masyarakat mengonsumsi garam tidak lebih dari satu sendok teh per hari atau sekitar 2.400 mg.

“Makanan yang diproses juga tinggi akan kandungan garamnya, sehingga kita perlu berhati-hati juga untuk mengonsumsinya, jadi perhatikan kandungan garam di makanan-makanan yang akan kita konsumsi bisa dilihat daripada nutrition facts-nya atau kandungan gizi yang biasa tertera di kemasan makanan olahan tersebut,” ujar dr. Cindiawaty.

Untuk mengurangi asupan garam dalam makanan, ini bisa dilakukan dengan cara menambahkan makanan dengan rempah-rempah yang sering kita jumpai, seperti bawang, jahe, lengkuas, kunyit, dan bumbu-bumbu organik lainnya.

“Jadi, rajin-rajinlah kita membaca kandungan gizi terutama kandungan garam di kemasan makanan sehingga kita bisa mengetahui apakah kandungannya terlalu tinggi karena saran asupan garam per hari sekitar 2.400 mg,” paparnya.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow