Informasi Terpercaya Masa Kini

China Minta AS Batalkan Seluruh Tarif dan “Perbaiki Kesalahan”

0 13

BEIJING, KOMPAS.com – Pejabat China meminta Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membatalkan seluruh tarif resiprokal. Kebijakan tarif ini memicu terus berlanjutnya perang dagang AS dan China.

Dikutip dari BBC, Senin (14/4/2025), Trump telah  mengumumkan jeda 90 hari pada sejumlah tarif global yang telah direncanakannya.

Namun demikian, Trump menaikkan tarif impor barang-barang dari China menjadi 145 persen.

Baca juga: Negosiasi Tarif Trump, Pemerintah Tawarkan Perusahaan RI Investasi di AS

“Kami mendesak AS untuk mengambil langkah besar untuk memperbaiki kesalahannya, membatalkan sepenuhnya praktik tarif resiprokal yang salah, dan kembali ke jalur yang benar yaitu saling menghormati,” kata kementerian perdagangan China dalam sebuah pernyataan.

Pemerintahan Trump tampaknya siap menawarkan konsesi pada Jumat (11/4/2025), dengan mengumumkan bahwa beberapa produk elektronik, termasuk yang diproduksi di China, akan dikecualikan.

Namun, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengatakan kepada ABC News pada Minggu (13/4/2025) waktu setempat bahwa pengecualian tersebut hanya bersifat sementara.

Ia mengatakan, pemerintah AS berencana untuk mengenakan tarif tersebut dalam tarif semikonduktor terpisah, yang katanya akan diumumkan di kemudian hari.

Baca juga: Tarif Trump: Tantangan dan Peluang Baru bagi Industri Baja Indonesia

“Kita perlu membuat barang-barang ini di Amerika,” kata Lutnick.

Presiden Trump menimpali di media sosial, mengatakan tidak ada pengecualian untuk produk-produk ini dan menyebut laporan tersebut salah. Sebaliknya, ia mengatakan bahwa “mereka hanya pindah ke ‘kelompok’ tarif yang berbeda”.

 

“Kita sedang melihat Semikonduktor dan SELURUH RANTAI PASOKAN ELEKTRONIK dalam Investigasi Tarif Keamanan Nasional yang akan datang,” tulis Trump.

Komentar tersebut memicu ketidakpastian ke dalam pengecualian tarif yang baru saja diumumkan untuk produk-produk teknologi seperti telepon pintar, komputer, dan semikonduktor.

Baca juga: Negosiasikan Tarif Dagang, 3 Menteri Kabinet Merah Putih Bakal ke Washington DC

Kementerian perdagangan China menyebut pengecualian tersebut sebagai langkah kecil oleh AS, dan mengatakan bahwa Beijing sedang mengevaluasi dampak dari langkah tersebut.

Namun, saran dari pejabat pemerintahan Trump tentang rencana pungutan di masa mendatang dapat meredam harapan akan mencairnya sikap proteksionis kedua pesaing tersebut.

Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer ditanya pada Minggu apakah ada rencana bagi Trump untuk berbicara dengan mitranya dari China, yakni Presiden Xi Jinping.

“Saat ini kami tidak punya rencana untuk itu,” katanya di acara CBS Face the Nation.

Baca juga: Bursa Saham Asia Pasifik Menguat, Dampak Pengecualian Tarif Trump

Trump mengenakan tarif sebesar 54 persen pada impor produk dari China pada awal April 2025, sebelum menaikkannya ke tarif saat ini sebesar 145 persen.

Dalam tarif balasannya, China mengenakan tarif sebesar 34 persen pada barang-barang AS, sebelum menaikkannya menjadi 84 persen dan kemudian 125 persen, yang mulai berlaku pada hari Sabtu (12/4/2025).

Dalam pengumuman tarif terbarunya, Kementerian Perdagangan China mengatakan minggu lalu bahwa mereka akan berjuang sampai akhir jika AS bersikeras memprovokasi perang tarif atau perang dagang.

Pada Sabtu malam, saat bepergian ke Miami, Florida, Trump mengatakan akan memberikan rincian lebih lanjut tentang pengecualian tersebut pada awal minggu depan.

Baca juga: Ray Dalio: Dampak Tarif Trump Bisa Lebih Buruk dari Resesi

 

Gedung Putih berpendapat bahwa mereka menggunakan tarif sebagai taktik negosiasi untuk mendapatkan persyaratan perdagangan yang lebih menguntungkan dari negara lain.

Trump mengatakan kebijakannya akan memperbaiki ketidakadilan dalam sistem perdagangan global, serta membawa pekerjaan dan pabrik kembali ke AS.

Namun, intervensinya telah menyebabkan fluktuasi besar di pasar saham dan menimbulkan kekhawatiran akan penurunan perdagangan global yang dapat berdampak buruk pada pekerjaan dan ekonomi individu.

Leave a comment