“Sebelum Lebaran Beli Emas, Setelah Lebaran Dijual Lagi”
PALANGKA RAYA, KOMPAS.com – Transaksi pembelian dan penjualan emas di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, mengalami peningkatan signifikan sejak sebelum hingga setelah Lebaran.
Kenaikan ini sejalan dengan meningkatnya harga emas di pasaran.
Fenomena ini terlihat jelas di deretan pertokoan emas di Pasar Besar, Kelurahan Pahandut, Kecamatan Pahandut.
Sekitar lima hingga enam orang terlihat memadati setiap toko emas, baik untuk menjual maupun membeli emas.
Armuji (27), salah satu penjual emas di lokasi tersebut, mengungkapkan bahwa setelah Lebaran 2025, banyak masyarakat yang memutuskan untuk menjual emas mereka.
Hal ini dipicu oleh kebutuhan hidup pascalibur Lebaran.
“Sebelum Lebaran memang banyak yang beli, tapi setelah Lebaran banyak yang jual lagi, karena pola tahunan selalu seperti itu: sebelum Lebaran beli emas, setelah Lebaran dijual lagi,” beber Armuji saat ditemui Kompas.com di tokonya.
Baca juga: Kisah Cucu, Istri yang Tertinggal Mobil di Rest Area Batang Saat Mudik Lebaran
Menurut Armuji, pola transaksi ini terus berulang setiap tahunnya, baik saat harga emas naik maupun turun.
“Mau emas harganya naik atau turun, polanya seperti itu, kebanyakan begitu, biasanya karena habis pulang kampung, kehabisan dana, lalu dijual lagi emasnya,” tuturnya.
Armuji melihat bahwa masyarakat memperlakukan emas sebagai tabungan sementara.
Di tokonya, ia menjual emas Italy 700 dan Italy 375.
Saat ini, harga emas per gramnya sudah mencapai Rp 1,7 juta.
“Kemarin banyak yang beli 700, yang kadarnya di bawah 996 America tadi. Jadi setiap tahun selalu begitu meski harganya naik dan turun, karena fungsinya kan untuk tabungan, tapi saat ini naik lagi, sehingga pembeliannya berkurang,” tuturnya.
Hal serupa disampaikan oleh Muhammad Nur (29), penjual emas yang tokonya berlokasi tidak jauh dari Armuji.
Sejak adanya kenaikan harga emas sebelum Lebaran hingga sekarang, banyak warga yang memutuskan untuk menjual emas mereka.
“Seminggu setelah Lebaran banyak yang menjual emas, karena ada kebijakan tarif impor dan emas ini juga berasal dari China,” tuturnya.
Meskipun harga emas naik, menurut Nur, hal ini tidak memengaruhi minat masyarakat untuk menjual emas pascalebaran.
“Setelah Lebaran kebiasaan memang banyak yang jual emas, soalnya pola transaksi selalu begitu,” imbuhnya.
Soni (35), salah satu konsumen, terlihat memegang segepok uang Rp 50-100 ribu setelah bertransaksi di salah satu toko emas.
Ia menjual emas simpanannya karena sudah menabung cukup lama.
“Saya jual karena memang harganya naik, per gram hampir Rp 800 ribu, saya sudah lama belinya, sejak tahun 2018,” ujarnya.
Soni menilai bahwa emas merupakan bentuk investasi yang menjanjikan karena harganya dapat meningkat dan jika turun tidak terlalu drastis seperti produk investasi lainnya.
“Jadi lebih aman untuk menyimpan uang,” pungkasnya.
Berbeda dengan Soni, Yanto (30) memutuskan untuk membeli emas.
Namun, sebelum membeli, ayah dua anak tersebut juga menjual emas lama yang sudah disimpannya.
“Ini kami mau beli emas, selain untuk hiasan juga untuk menyimpan uang,” ucapnya singkat.