Konsep Toyota Kijang Innova Zenix HEV Flexy Fuel Mejeng di GIIAS 2024
Wakil Presiden PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengatakan bahwa pengembangan flexy fuel vehicle (FFV) bisa dioptimasi pada fase transisi energi untuk mencapai netralitas karbon.
Maka dari itu, pada gelaran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024, Toyota Indonesia membawa konsep Kijang Innova Zenix HEV Flexy Fuel.
“Toyota (dengan model konsep Zenix HEV Flexy Fuel) bisa jadi salah satu pilar dari renewable energy. Toyota tidak ingin bergerak bersama perubahan apalagi di belakang perubahan. Kami ingin bergerak di depan perubahan,” kata Bob.
Ia menambahkan, konsep Kijang Innova Zenix HEV Flexy Fuel menjadi solusi teknologi kendaraan pada fase transisi menuju target netralitas karbon pada 2060.
Berdasarkan studi internal Toyota, tingkat emisi CO2 “Well to Wheel” Kijang Innova Zenix HEV Flexy Fuel Concept, lebih dari 60 persen lebih rendah dibanding Kijang Innova Zenix ICE dan lebih dari 50 persen dibanding Kijang Innova Zenix HEV.
“Kalau kita lihat dari Zenix, kita harus. melakukan transisi ke renewable energy dan biofuel,” katanya.
Penyematan nama Flexy Fuel juga memberikan keleluasaan, di mana mobil secara teknologi bisa menggunakan bahan bakar biofuel yang tersedia di pasar. Bila tidak ada Kijang Innova Zenix juga bisa menggunakan bahan bakar yang tersedia di pasar.
Bob berharap, hadirnya berbagai teknologi kendaraan khususnya untuk flexy engine, bisa memotivasi pemerintah menyediakan berbagai pilihan bahan bakar.
“Kalau import bensin kita malah nggak punya daya tawar. Tapi dengan ethanol, kita bisa punya daya tawar, makanya kita juga sudah komunikasi dengan kementerian perdagangan, kementerian perindustrian jadi ini bisa trade off dengan negara lain,” imbuhnya.
Sementara itu, Toyota kata Bob telah mengembangkan mesin yang mendukung biofuel lebih dari satu dekade yang lalu. Bahkan Toyota Indonesia juga menjadi basis produksi mesin berbahan etanol ke Amerika Selatan.
“Jadi, sebetulnya kalau bicara teknologi tinggal adoption-nya saja. Kalau soal persiapan, sebenarnya 20 tahun yang lalu kita udah bikin engine etanol. Tapi ekspor ke Amerika selatan banyak yang enggak tahu kalau kita itu ekspor engine TR ke sana,” tuntasnya.