Apa Itu Kanker Kolorektal? Ini Gejala, Penyebab, dan Cara Mencegahnya
KOMPAS.com – Kanker kolorektal merupakan kanker yang umumnya menyerang orang lanjut usia dengan mayoritas pasiennya berusia 50 tahun ke atas.
Namun, penyakit ini bisa juga terjadi pada siapa saja.
Pada 13 Maret 2025, dosen kedokteran Institut Pertanian Bogor (IPB) University dr Sulpiana MBiomed merilis tulisan di portal resmi akademik yang menyatakan bahwa kasus kanker kolorektal mengalami peningkatan di kalangan anak muda, termasuk gen Z.
Artikel lengkap tentang peningkatan kasus kanker kolorektal di kalangan gen Z bisa baca di sini.
Baca juga: Kenali Gejala Kanker Kolorektal yang Meningkat di Kalangan Gen Z
Merujuk Global Cancer Observatory (Globocan) 2022, kanker kolorektal menempati kanker keempat paling banyak terjadi di seluruh dunia.
Jumlah kasus baru kanker kolorektal di seluruh dunia yaitu 35.676 dari 408.661.
Sementara, penyakit ini menjadi penyebab kematian terkait kanker kelima paling banyak, yaitu 19.255 dari 242.988.
Oleh karena itu, sangat penting untuk mengenali kanker kolorektal.
Mengenali penyakit ini bisa membantu kita mewaspadai sejak dini risiko dan mencegahnya.
Berikut artikel ini akan mengulas tentang gejala, penyebab, dan cara mencegah kanker kolorektal.
Baca juga: Kanker Kolorektal Nomor 2 Penyebab Kematian
Apa itu kanker kolorektal?
Kanker kolorektal merupakan sebutan lain untuk kanker yang menyerang usus besar (kolon), rektum, ataupun keduanya.
Kanker ini bisa juga disebut kanker usus besar atau kanker rektum (dubur) tergantung lokasi awal terbentuknya kanker.
Mengutip MD Anderson Cancer Center, kanker usus besar dan kanker rektum dikelompokkan bersama karena keduanya memiliki banyak kesamaan, meliputi faktor risiko dan gejalanya.
Meski, ada juga beberapa perbedaan signifikan di antara keduanya, seperti pembedahan dalam pengobatan keduanya.
Apa penyebab kanker kolorektal?
Kanker kolorektal biasanya bermula dari polip.
Polip adalah pertumbuhan massa yang berlebihan pada jaringan yang melapisi usus besar atau rektum.
Polip belum termasuk kanker.
Beberapa polip bisa berubah menjadi kanker seiring berjalannya waktu.
Mengutip American Cancer Society, peluang polip yang berubah menjadi kanker bergantung pada jenis polipnya.
Polip adenomatosa (adenoma) adalah jenis polip yang terkadang berubah menjadi kanker.
Oleh karena itu, adenoma disebut sebagai kondisi prakanker.
Kemudian, ada beberapa hal yang meningkatkan peluang terbentuknya kanker kolorektal.
Baca juga: Apa Penyebab Utama Kanker Kolorektal? Simak Penjelasan Dokter Berikut
Dikutip dari MD Anderson Cancer Center, faktor risiko kanker kolorektal meliputi:
- Usia
Lebih dari 75 persen kasus kanker kolorektal didiagnosis pada pasien berusia 50-an tahun ke atas.
- Riwayat keluarga
Orang yang kerabatnya pernah menderita kanker kolorektal atau polip kolorektal memiliki risiko lebih besar terkena kanker kolorektal.
- Riwayat kanker kolorektal
Orang yang pernah mengalami kanker kolorektal memiliki risiko lebih besar terkena kanker kolorektal lagi.
- Riwayat penyakit radang usus
Pasien dengan penyakit radang usus (seperti penyakit Crohn atau kolitis ulseratif kronis) lebih mungkin mengembangkan kanker jenis ini.
- Sindrom kanker keturunan
Ini artinya seseorang berisiko lebih besar mengalami kanker kolorektal karena beberapa perubahan genetik yang diwariskan.
Sindrom bawaan paling umum yang dikaitkan dengan kanker kolorektal adalah sindrom Lynch dan poliposis adenomatosa familial (FAP).
- Pola makan
Pola makan yang banyak mengandung daging merah, daging olahan, atau daging yang dimasak dengan suhu sangat tinggi dapat meningkatkan risko kanker kolorektal.
- Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko untuk berbagai jenis kanker, termasuk kanker kolorektal.
Gaya hidup tidak banyak bergerak
Tubuh yang kurang banuak bergerak dan olahraga meningkatkan risiko banyak penyakit, termasuk kanker kolorektal.
- Tembakau
Orang yang telah menggunakan tembakau dalam jangka waktu lama lebih mungkin terkena kanker kolorektal dibandingkan orang yang tidak merokok.
- Minum alkohol terlalu banyak
Kanker kolorektal telah dikaitkan dengan konsumsi alkohol sedang hingga berat.
Pecandu alkohol memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker kolorektal.
Baca juga: Kematian Terbanyak No 2, Pengobatan Kanker Kolorektal Terpesat
Apa saja gejala kanker kolorektal?
Tanda-tanda kanker kolorektal bisa meliputi:
- Diare atau sembelit yang tidak kunjung sembuh
- Perubahan kebiasaan buang air besar yang normal, meliputi ukuran, bentuk, dan frekuensi
- Keinginan untuk buang air besar, padahal tidak ada tinja yang perlu dikeluarkan
- Ketidaknyamanan atau nyeri saat buang air besar
- Ketidaknyamanan saat duduk
- Sakit perut atau kram di perut bagian bawah
- Kembung atau perasaan penuh di perut
- Perubahan nafsu makan
- Pendarahan rektal
- Darah di tinja atau toilet setelah buang air besar
- Kelelahan yang berlebihan
- Menurunkan berat badan tanpa diet.
Pada stadium lanjut, kanker kolorektal dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Hal itu bisa menimbulkan gejala kanker kolorektal lain, tergantung lokasi penyebarannya.
Menurut American Cancer Society, jika kanker kolorektal telah menyebar ke hati, gejala yang bisa muncul termasuk kulit dan putih mata menguning.
Jika paru-paru sudah kena, tanda-tanda kanker kolorektal bisa meliputi kesulitan bernapas.
Jika Anda mengalami gejala kanker kolorektal di atas, Anda perlu periksa ke dokter untuk mengetahui diagnosis dan pengobatan yang tepat.
Baca juga: Tanda-tanda Kanker Kolorektal yang Harus Diwaspadai
Bagaimana cara mencegah kanker kolorektal?
Menurut MD Anderson Cancer Center, perubahan gaya hidup dan pemeriksaan rutin dapat membantu mencegah kanker kolorektal.
Perubahan gaya hidup untuk membantu mencegah kanker kolorektal meliputi:
- Menjaga berat badan yang sehat
- Olahraga teratur
- Makan makanan sehat dengan banyak buah dan sayuran
- Menghindari merokok atau terpapar asap rokok
- Tidak minum alkohol berlebihan
Sementara itu, skrining kanker kolorektal adalah cara terbaik untuk mendeteksi penyakit sejak dini.
Perawatan lebih mungkin menyembuhkan penyakit pada tahap awal.
Penelitian telah menunjukkan bahwa skrining dapat mengurangi kejadian dan kematian kanker kolorektal melalui deteksi dini dan pengangkatan pertumbuhan prakanker.
Tes berbasis tinja adalah metode skrining non-invasif yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan kanker kolorektal atau polip prakanker dalam tinja.
Baca juga: 5 Cara Mencegah Kanker Usus Besar dengan Pola Hidup Sehat