Informasi Terpercaya Masa Kini

Rosalia,Bunga yang Gugur di Anggruk Papua: Perjalanan Terakhir Sang Pendidik ke Tanah Kelahiran

0 5

TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA – Senja di Bandara Gewayantana, Larantuka, Selasa (25/3/2025) sore itu, berubah menjadi lautan air mata.

Pesawat yang membawa jenazah Rosalia Rerek Sogen (30) mendarat, membawa serta duka yang mendalam bagi seluruh masyarakat Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.

Rosalia, seorang guru muda yang berdedikasi, pulang bukan dalam pelukan hangat keluarga, melainkan dalam peti jenazah yang dibalut bendera merah putih.

Rosalia adalah korban keganasan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan.

Jauh dari tanah kelahirannya, ia mengabdikan diri untuk mencerdaskan anak-anak Papua.

Namun, takdir berkata lain. Jumat (21/3/2025), nyawanya direnggut dalam serangan brutal.

Kedatangan jenazah Rosalia disambut dengan penuh hormat.

Baca juga: Panggilan Terakhir Rosalia, Kisah Guru NTT yang Gugur Dibantai KKB di Pedalaman Yahukimo Papua

Bupati Flores Timur, Antonius Doni Dihen, dan Wakil Bupati Ignasius Boli Uran, beserta jajaran pejabat daerah, hadir untuk memberikan penghormatan terakhir. 

Ribuan warga, termasuk para guru berseragam PGRI, memadati bandara.

Isak tangis pecah, bercampur dengan lantunan Hymne Guru, mengiringi peti jenazah yang dibawa keluar dari pesawat.

Iring-iringan kendaraan roda empat dan roda dua mengular panjang, mengantar Rosalia menuju Kantor Bupati Flores Timur, sebelum akhirnya dibawa ke rumah duka di Desa Lewotala, Kecamatan Lewolema.

Di sana, di teras depan rumah duka, jenazah Rosalia disemayamkan, dikelilingi oleh keluarga dan kerabat yang berduka.

Hari ini, Rabu (26/3/2025), Rosalia akan dimakamkan secara kedinasan. Sebuah penghormatan terakhir dari pemerintah dan masyarakat Flores Timur, bagi seorang pahlawan pendidikan yang telah gugur di medan tugas.

“Akan dimakamkan secara kedinasan di kampung halamannya di Lewotala,” ujar Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga Flores Timur, Felix Suban Hoda.

Kisah Rosalia adalah kisah tentang pengabdian, keberanian, dan duka yang mendalam.

Sebuah pengingat, bahwa di balik indahnya tanah Papua, tersembunyi luka yang masih menganga.

KKB melacarkan serangan secara membabibuta terhadap guru dan tenaga kesehatan di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo.

Serangan tersebut mengakibatkan satu orang meninggal dunia, sementara tujuh lainnya mengalami luka-luka. 

Rosalia gugur dalam peristiwa ini.

Kabar kematian Rosalia Rerek Sogen meninggalkan duka mendalam bagi keluarga di Flores Timur.

Emanuel Suban Sogen, keluarga korban, mengungkapkan bahwa Rosalia mengabdi sebagai guru di pedalaman Papua sejak 2022.

Emanuel mengungkapkan keluarga sempat berfirasat buruk tentang Rosalia saat membaca pemberitaan media massa.

“Kami kaget, karena dalam berita itu, waktu dan tempat kejadian yang diuraikan sesuai dengan tempat korban merantau,” ungkapnya kepada wartawan di Flores Timur, Minggu (23/3/2025). 

Panggilan terakhir Rosalia

Kamis, 20 Maret 2025, siang itu, ponsel Emanuel Suban Sogen (32) berdering.

Di layar, nama Rosalia, sang adik, muncul.

Panggilan dari Papua Pegunungan, tempat Rosalia mengabdikan diri sebagai guru sejak 2022.

Baca juga: Ini Identitas Delapan Guru dan Nakes Korban KKB Papua di Pedalaman Yahukimo, Satu Meninggal

Seperti biasa, mereka bertukar kabar.

Rosalia bercerita tentang rencananya pulang kampung pada Mei 2025.

Tiga tahun merantau, kerinduan akan kampung halaman semakin kuat.

“Dia sempat beritahu mau pulang kampung bulan Mei. Sejak 2022 merantau, dia sering telepon orangtua lewat saya,” ujar Emanuel, Minggu (23/3/2025).

Namun, panggilan itu menjadi percakapan terakhir mereka.

Tiga hari kemudian, kabar duka datang. Rosalia ditemukan tewas dalam serangan brutal yang dilakukan oleh KKB. 

Guru Dermawan

Rosalia dikenal sebagai sosok yang penuh kasih dan peduli terhadap anak-anak di pedalaman Papua.

Gajinya sebagai guru sering ia sisihkan untuk membeli perlengkapan sekolah bagi murid-muridnya.

 “Dia selalu membelikan buku dan bolpoin untuk anak-anaknya. Dia sangat peduli dengan pendidikan di Papua,” kata Emanuel mengenang sosok adiknya.

Rosalia sempat bercita-cita menjadi biarawati Katolik, tetapi ayahnya tidak memberikan restu.

Ia kemudian melanjutkan pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Matematika Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang hingga lulus dan memilih mengabdikan diri sebagai guru.

Kabar duka itu awalnya sulit dipercaya oleh keluarga. 

Emanuel berulang kali mencoba menghubungi nomor Rosalia, tetapi tidak pernah tersambung.

Kepastian akhirnya diperoleh setelah berkomunikasi dengan rekan-rekan Rosalia di Papua dan pihak yayasan tempatnya bekerja.

“Firasat sudah tidak tenang, ternyata kabar itu benar,” ujar Emanuel dengan suara lirih.

Sejak kabar kematian Rosalia tersebar, rumah orangtuanya di Flores Timur mulai didatangi warga yang turut berduka. 

Di sudut rumah, keluarga memasang foto Rosalia dan menyalakan lilin sambil berdoa.

 “Kami keluarga sangat memohon bantuan, tolong pulangkan almarhum,” pinta Emanuel. (*)

 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Leave a comment