Keunikan Qutub Minar dengan Pilar Besi Berusia 1000 Tahun Tak Pernah Terkorosi
TEMPO.CO, Jakarta – Qutub Minar monumen yang paling banyak dikunjungi di India, setelah Taj Mahal. Monunen ini menambah deretan destinasi wisata utama di Delhi, seperti, Benteng Merah, Gerbang India, Kuil Teratai, Jantar Mantar, Museum Nasional, Agrasen ki Baoli, dan Makam Humayun. Peningkatan fasilitas dan keajaiban bangunannya menjadi daya tarik tersendiri.
Qutub Minar dilengkapi dengan atraksi baru seperti pertunjukan sinar laser harian serta peningkatan standar pemeliharaan dan peningkatan fasilitas pengunjung. Misalnya tempat parkir yang luas, restoran di tempat, jalan-jalan bersejarah, serta akses kursi roda dan kamar mandi higienis.
Selain itu, keunikan bangunan ini juga menjadi daya tarik tersendiri. Saat mengunjungi Qutub Minar, wisatawan akan langsung melihat pilar besi megah setinggi 7,2 meter seberat enam ton dengan bagian atas dekoratif yang kemungkinan jauh lebih tua dari kompleks tersebut.
Kekuatan pilar Qutub Minar
Uniknya pilar tersebut masih terlihat sama sejak pertama kali ditempa. Bahkan mampu bertahan dari keterbatasan usia dan lingkungan, termasuk meningkatnya polusi di ibu kota dan suhu yang sangat panas. Pilar itu dibangun sejak abad ke-5. Biasanya struktur besi dan paduan besi bila terkena udara atau kelembapan, lama kelamaan akan mengalami oksidasi, sehingga menghasilkan lapisan karat kecuali jika dilindungi lapisan cat khusus seperti Menara Eiffel.
Seperti dikutip dari laman Times of India, menurut laporan pada tahun 1912 para ilmuwan di India dan luar negeri memulai penelitian untuk memastikan bagaimana pilar tersebut berhasil bertahan dari korosi. Misteri ini terkuak pada tahun 2003 oleh para ahli di Institut Teknologi India (IIT) di Kanpur, yang mempublikasikan temuan mereka di jurnal Current Science.
Para ahli mengungkapkan bahwa pilar tersebut, yang sebagian besar terdiri dari besi tempa, memiliki kandungan fosfor yang tinggi sekitar 1 persen dan kekurangan sulfur dan magnesium, tidak seperti besi modern.
Pengrajin zaman dahulu menggunakan teknik yang dikenal sebagai ‘pengelasan tempa’, yang menjaga kandungan fosfor yang tinggi dengan memanaskan dan memalu besi. Teknik yang sudah jarang terlihat di masa kini. “Pendekatan yang tidak konvensional ini berkontribusi signifikan terhadap kekuatan abadi pilar tersebut,” kata ahli arkeolog-metalurgi R. Balasubramaniam, penulis laporan tersebut.
Faktor lain yang memperkuat daya tahan pilar adalah lapisan tipis ‘misawite’, senyawa besi, oksigen, dan hidrogen, yang itemukan di permukaan pilar. Lapisan tersebut biasanya terbentuk secara katalitik oleh adanya fosfor tinggi dalam besi dan tidak adanya fosfor dalam kapur.
Balasubramaniam menggambarkan pilar tersebut sebagai bukti nyata kehebatan metalurgi kuno India. Bukti kekuatan lainnya ditunjukkan sebuah insiden pada abad ke-18 ketika peluru meriam yang diarahkan ke pilar gagal merusaknya. Saat ini, pilar tersebut berdiri sebagai lambang lembaga ilmiah seperti Laboratorium Metalurgi Nasional dan Institut Logam India.
Asal usul pilar
Menurut sebuah catatan, pilar besi berasal dari Kekaisaran Gupta, khususnya pada masa pemerintahan Chandragupta II, juga dikenal sebagai Vikramaditya, pada abad ke-4 dan ke-5. Pilar tersebut dibangun di Kuil Varaha di Gua Udayagiri, dekat Vidisha di Madhya Pradesh, sebagai monumen kemenangan yang didedikasikan untuk Dewa Wisnu. Dipercaya juga bahwa pilar tersebut pernah menopang patung Garuda, gunung elang dalam mitos Dewa Wisnu, di atasnya, meskipun detail ini telah memudar dari catatan sejarah.
Selain itu, beberapa catatan sejarah memuji tokoh-tokoh terkenal seperti Raja Anangpal dari dinasti Tomar, dan penguasa Muslim seperti Iltutmish dan Qutbuddin Aibek, atas relokasinya di kompleks Qutb.
Menurut salah satu legenda, pilar ini juga disebut pilar harapan. Jika berdiri dengan punggung menghadap pilar dan melingkarkan tangan di sekelilingnya, dengan jari-jari saling bersentuhan, keinginan akan terkabul. Ini sebuah tradisi yang mengilhami pilar dengan makna spiritual melebihi nilai historisnya. Saat ini, Survei Akeologi India atau ASI memasang pagar di sekeliling pilar sebagai upaya konservasi dan meminimalkan dampak terhadap manusia.
Pilihan editor: 6 Tips Solo Traveling ke India, Keselamatan jadi Prioritas