Informasi Terpercaya Masa Kini

Supinah, Nenek 91 Tahun yang Tetap Mandiri Berjualan Gorengan di Magelang

0 5

KOMPAS.com – Usia senja tak menjadi alasan bagi Supinah (91) untuk berhenti bekerja. Dengan semangat yang tak pudar, ia tetap berjualan gorengan di depan SD Negeri 1 Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Tanpa bantuan sanak saudara atau tetangga, Supinah mengelola dagangannya sendiri dengan penuh kemandirian.

Keberadaan Supinah mulai menarik perhatian publik setelah sebuah video yang menampilkan interaksinya dengan seorang pembeli viral di media sosial.

Dalam video tersebut, seorang laki-laki memborong dagangannya, yang terdiri dari tempe, tahu, dan pisang goreng. Sejak saat itu, banyak orang yang datang untuk memberikan bantuan, termasuk beberapa rombongan yang membawa gula pasir dan uang tunai.

Baca juga: Jawaban Lucu Ganjar Saat Ditanya Puan di Ceramah Masjid Kampus UGM

Namun, di tengah perhatian yang diberikan masyarakat, Supinah tetap memilih untuk bekerja seperti biasa.

Setiap hari, sejak pukul 13.00 hingga maghrib, ia menyiapkan dan menjual gorengan di lapak sederhana yang beratapkan terpal dan ditopang rak besi.

Dengan tangan renta, ia mengipasi tungku arang agar api tetap menyala, memasak adonan gorengan dengan penuh ketekunan.

“Saya semua tata sendirian. Lapak saya tinggal di sini (sekolahan),” ujar Supinah dengan nada tegas yang mencerminkan kemandiriannya.

Supinah tinggal di Dusun Bagongan, Desa Sukorejo, Mertoyudan. Setiap hari, ia mengangkut bahan baku dan peralatan masak menggunakan sepeda.

Meski tak lagi berani mengayuhnya, ia tetap menuntun sepeda itu sejauh beberapa kilometer ke tempatnya berjualan.

Gorengan yang ia jual dibanderol dengan harga Rp 500 per buah. Tahu dan tempe memiliki ukuran standar, sedangkan pisang gorengnya lebih kecil.

Meski demikian, dagangannya tetap laris, terutama saat bulan puasa ketika banyak orang mencari takjil.

Sebelum berjualan gorengan, Supinah sempat bekerja sebagai buruh kasur di Kota Magelang. Namun, karena fisiknya tak lagi mampu mengangkat kasur yang berat, ia beralih berjualan gorengan agar tetap bisa bekerja.

Keputusan untuk tetap mandiri juga terlihat dari keinginannya untuk tinggal sendiri. Supinah pernah tinggal bersama putranya di Jakarta, tetapi hanya bertahan seminggu karena merasa tidak ada kegiatan yang bisa ia lakukan.

“Di sana saya tidak ada kegiatan. Makanannya lebih enak di sini,” ucapnya sembari tersenyum.

Di usianya yang hampir seabad, Supinah menunjukkan bahwa semangat bekerja dan kemandirian adalah nilai yang harus dijunjung tinggi.

Ia tidak sekadar mencari nafkah, tetapi juga menjaga harga diri dan menikmati aktivitas yang membuatnya merasa berarti. Kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak orang bahwa selama tubuh masih mampu bergerak, tidak ada alasan untuk menyerah pada keadaan.

Leave a comment