Informasi Terpercaya Masa Kini

Menu Baru dan Keluarga Baru, “Insight” Buka Puasa Seru di Pedalaman Kalimantan

0 2

Sejak menerima tawaran kerja profesional dari salah satu perusahaan consumers good nasional dengan penempatan di Regional Officer Kalimantan yang berpusat di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan lebih dari 2 dekade silam, kebiasaan jalan-jalan ke berbagai pelosok Pulau Kalimantan yang awalnya memang menjadi tugas pekerjaan saya dan tim, ujung-ujungnya malah menjadi candu, hungga saya kesulitan untuk menanggalkan kebiasaan jalan-jalan, apalagi kenangannya!

Keseruan pekerjaan “jalan-jalan” saya, pernah saya spill dalam artikel “Berselancar” di Kompasiana, Berkeliling Indonesia, Mengabadikan Indahnya Keragaman Nusantara yang saya tulis spesial dalam rangka ikut menyemarakkan harlah Kompasiana beberapa bulan silam, silakan klik  saja kalau penasaran dengan sensasinya!

Itulah sebabnya, sampai detik ini saya juga masih saja tidak bisa menghapus cita-cita besar saya untuk keliling Indonesia, termasuk menghapusnya dari profil saya di media sosial termasuk Kompasiana. Kenapa bisa begitu?

Jujur, waktu pertama kali saya deal  dengan pekerjaan baru di Kalimantan, sebenarnya saya juga masih merasa insecure dan belum yakin 100 % dengan pilihan yang menurut “bahasa” teman-teman dan sahabat saya, apalagi keluarga besar saya saat itu, termasuk banting setir ekstrim! “Kurang nyaman apa di Jawa?” Kata mereka

Baca Juga Yuk! “Basambang” di Rawa-rawa, Bersama Julak Mamutiki Iwak

Tapi keraguan saya benar-benar berubah 180 derajat menjadi optimisme, setelah saya terbang langsung ke Kalimantan, menginjakkan kaki di buminya, menjunjung tinggi langitnya dan juga menghirup udaranya yang begitu menyegarkan! 

Terlebih lagi setelah bertemu dengan tim kerja yang solid yang sebagian besar ternyata juga anak rantau plus satu lagi, hadirnya Galuh Banjar alias gadis Banjar dalam perjalanan saya menjelajah Kalimantan.

Salah satu momentum yang akhirnya benar-benar membuat saya jatuh cinta berat dengan aktifitas jalan-jalan ke pelosok-pelosok nusantara, khususnya di Pulau Kalimantan adalah saat saya dan tim mendapatkan penugasan di kawasan Pahuluan atau Hulu Sungai, beberapa Kabupaten Hulu Sungai di ujung utara Propinsi Kalimantan Selatan yang sebagaian besar wilayahnya didominasi oleh perairan darat berupa rawa-rawa dalam.

Ajib! Kami menyaksikan betapa cantik dan kayanya alam, tradisi dan budaya nusantara! Kami benar-benar dibuat takjub dengan kehidupan sosial dan budaya masyarakat yang hampir 100% wilayahnya diatas rawa. Tempat tinggal, halaman bermain, kandang ternak (kelak dikenal sebagai ternak kerbau rawa) , warung, rumah makan, sekolah, masjid, pasar, balai desa, semuanya di atas air! Luar biasa…

Baca Juga Yuk! Keluarga Gado-gado dan “Kompromi Uniknya” dalam Menu Sahur dan Berbuka 

Kebetulan, kita ke Kota Barabai, ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Tengah, tepat sepekan setelah memasuki bulan Ramadan. Praktis aktifitas kerja kami yang difasilitasi oleh tim manajemen cabang Barabai , khususnya tim marketing yang sebagian besar memang akamsi alias anak kampung sini atau orang sekitar, semuanya dalam suasana Ramadan.

Meskipun kami disediakan guess house di dekat kantor cabang, tapi kami lebih sering tinggal di rumah-rumah tetua kampung, hingga  ritme kerja tim kami yang berjumlah 5 orang juga mengikuti ritme aktifitas khas masyarakat setempat yang 100% muslim. Tiba waktunya salat ya ke masigit (masjid;bahasa Banjar), waktunya buka puasa ya buka rame-rame, begitu juga waktu sahur. Ini yang seru!

Baca Juga Yuk! Semua Menang, Semua Senang di “War Takjil” Pasar Wadai, Banjarmasin 

Di sela-sela aktifitas pekerjaan utama kami, kami juga ikut membaur dengan aktifitas warga seperti mambanjur, yaitu memancing ikan haruan atau Tauman ala masyarakat Banjar yang sangat unik, karena menggunakan umpan anak kodok dan pancingan anak itik. Terus, memeriksa tampiray atau jebakan ikan, termasuk memeriksa perangkat jebakan belibis dan burung ruak-ruak yang saat itu populasinya sangat besar dan dianggap hama. 

Hasil tangkapan dari seputaran ekosistem rawa inilah yang setiap hari menjadi sumber protein masyarakat setempat, termasuk yang menjadi bahan untuk menu sahur dan berbuka kami. Kecuali itik yang memang di pelihara dan juga belibis yang saat itu sudah mulai ada yang menernakannya, lainnya benar-benar hasil pemberian alam.

Baca Juga Yuk! Mindfull Eating untuk Ramadan dan Kehidupan yang Sehat Penuh Berkah

Dan yang dinanti-nantikan akhirnya tiba! Terus terang, bagi saya pribadi waktu buka dan sahur akan menjadi prime time yang paling saya tunggu, karena pada momen-momen itu, selain kita bisa bercengkerama merasakan kehangatan khas Urang Banjar Pahuluan yang sudah seperti keluarga sendiri, kita juga akan mendapatkan kejutan-kejutan menyenangkan yang sebelumnya nggak pernah kami duga sama sekali! Apa itu?

Sajian kuliner-kuliner autentik khas kampung yang unik, enak dan tentunya bercitarasa juara yang diolah dari hasil tangkapan kami, hingga menjadikan pengalaman  buka puasa dan sahur kami bersama warga sekitar semakin menyenangkan dan menjadi momen sarat makna yang tak terlupakan!

Saya bilang kejutan, karena menu yang disajikan memang benar-benar menu kuliner tradisional khas Banjar Pahuluan yang nama-namanya saja saat itu belum pernah kami dengar, maklum kami semuanya memang datang dari luar Kalimantan. Tapi jangan salah soal rasanya, sedapnya nggak ada obat kawan!

Sebut saja menu Itik/Belibis Padas Babanam atau Itik/Belibis Pedas Bakar, Cancangan Itik atau cincangan Itik, Tauman/Haruan Babanam, Cacapan Sapat Karing, Garih Batanak, Beragam pais atau pepes ikan, Katupat Kandangan, Pakasam dan banyak lagi yang lainnya, sayang saya banyak yang sudah lupa nama-namanya.

Baca Juga Yuk! Lho Mbah, Arah Kiblat Sholatnya Kok ke Arah Barat? 

Uniknya, kalau diperhatikan, ternyata sebagian besar bahan pangan yang diolah untuk menu berbuka dan sahur, sebagian besar merupakan hasil dari sungai dan rawa. Bahkan, kami sama sekali tidak menyadari, kalau kami tidak sekalipun menemukan menu dari bahan ayam yang sebelumnya menjadi favorit kami semua dan kerennya, kami sangat menikmati ini semua!

Beberapa saat menikmati indahnya tradisi Ramadan berikut pernak-pernik khasnya di Hulu sungai, benar-benar menjadi salah satu episode bekerja sambil jalan-jalan terbaik kami, begitu juga pengalaman bersahur dan berbuka dengan hasil tangkapan kami sendiri yang diolah menjadi beragam kuliner khas Urang Banjar Pahuluan, jelas menjadi episode sahur dan berbuka sarat makna terbaik yang pernah kami nikmati.

Cobalah keluar, sesekali nikmati bersahur dan berbuka dengan “orang lain”, karena akan selalu ada menu baru dan keluarga baru yang akan menjadikan aktifitas sahur dan berbuka menjadi lebih berwarna dan sarat makna! (BDJ16325)

Semoga Bermanfaat!

Salam matan Kota 1000 Sungai,

Banjarmasin nan Bungas!!

Leave a comment