Informasi Terpercaya Masa Kini

Ini Kata Dedi Mulyadi usai Heboh Suruh Siswa Bawa Cat hingga Genteng untuk Perbaiki Sekolah

0 21

TRIBUNSUMSEL.COM – Imbauan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi suruh siswa bawa cat dan genteng untuk perbaiki sekolah yang rusak menuai sorotan publik.

Dalam pernyataannya, Dedi Mulyadi meminta siswa membawa cat untuk mengecat kelas, dan membawa genteng dari rumah untuk mengganti genteng yang rusak atau bocor.

Namun rupanya, pernyataan itu justru menimbulkan kesalahpahaman publik yang membuatnya kembali memberika klarifikasi.

Baca juga: Mengenal Yudistria Manunggaling Anak Kedua Dedi Mulyadi Jarang Tersorot, Ketua AMPG Purwakarta

Dalam postingan di Instagramnya pada Minggu (2/3/2025), Dedi Mulyadi mengatakan bahwa itu kesalahpahaman.

Apa yang dimaksud Dedi sebenarnya adalah agar mendidik siswa mencintai ruang kelasnya sebagai rumahnya belajar.

“Yang saya maksud adalah, ruang kelas harus menjadi bagian dari kehidupan siswa, siswa boleh menata ruang kelasnya sendiri,” kata Demul.

Kesalahpahaman ini mencuat dari perkataan Dedi sabelumnya terkait ruang kelas yang rusak serta keluhan kepsek dengan jumlah dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang diklaim kurang ideal.

Diketahui dana BOS yang dimaksud ini terdiri dari dana BOS pusat dan bantuan provinsi yang nilai totalnya Rp 2,8 juta.

Sementara menurut kepala sekolah, dana BOS ini idealnya Rp 3-4 Juta.

“Tetapi menurut saya angka Rp 2,8 juta itu, kelau dikelola dengan baik relatif cukup, mudah-mudahan ke depan bisa mengalami peningkatan,” kata Dedi.

Kemudian Dedi menyinggung soal kelas yang kurang nyaman bagi siswa yang bisa dibenahi bersama-sama oleh para siswa.

Seperti dilakukan pengecatan oleh siswa bersama sebagai bagian dari pendidikan seni.

“Itu adalah bagian daripada pelajaran seni, ada yang disebut dengan pelajaran seni lukis, makanya siswa-siswanya digerakan melukisnya di ruang kelas dengan menggunakan cat,” katanya.

“Dan akhirnya kelasnya tertata secara estetik, atau setiap siswa dikasih garis untuk melakukan pengecatan berdasarkan nilai estetika yang dimilikinya dengan warna-warni cat yang disukainya,” sambung Dedi,

Baca juga: Pasrahnya Agam Kepsek SMAN 1 Cianjur Dinonaktifkan Dedi Mulyadi Imbas Study Tour,Siap Tanggung Jawab

Menurut Dedi, ini adalah bagian dari pendidikan yang melahirkan produktifitas lingkungan kelas.

Kemudian terkait atap kelas bocor, Dedi menyebut tidak melulu harus menunggu proyek dilakukan untuk diperbaiki.

“Kemudian saya katakan, kalau kelasnya bocor, hanya satu genteng yang pecah kan tidak mesti itu harus diproyekan menunggu ruang kelasnya itu rusak parah karena hujan. Bisa saja siswa mengganti gentengnya sendiri,” katanya.

“Toh satu genteng di ruang kelas tidak ada artinya dibandingkan uang jajan siswa yang dibelanjakan setiap hari,” kata Dedi.

Itu pun, menurut Dedi, juga merupakan bagian dari pendidikan siswa.

“Itu juga bagian dari pendidikan, pendidikan apa ?, pendidikan anak sekolah untuk mencintai ruang kelasnya yang merupakan ruang dimana dia tempat menimba ilmu yang akhirnya ruang kelasnya menjadi rumahnya sendiri, dan ini adalah bagian dari pendidikan berkarakter,” kata Demul.

“Dan kemudian apabila ada postingan yang mengatakan, saya menyuruh siswa membawa cat ke sekolah, genteng sekolah untuk pembangunan, itu salah pemahamannya,” ungkapnya.

Sementara itu setelah study tour, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi kini menyoal buku tahunan atau buku angkatan siswa SMA.

Demul menilai bahwa biaya pembuatan buku tahunan itu sangat mahal hingga membebani siswa.

Sampai kemudian muncul wacana buku angkatan SMA akan diganti dalam bentuk digital.

Gubernur Jabar Dedi Mulyadi mendengar curhatan dari Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Purwakarta Asep Mulyana.

Baca juga: Heran Sekolah Minta Siswa Bayar Rp450 Ribu Buku Kenangan, Dedi Mulyadi Ambil Tindakan Tegas

Ia meluapkan segala keluh kesah dan beban yang terjadi dalam dunia SMA dari sisi guru.

Asep bercerita mulai biaya sekolah, penyelenggaraan acara dan wisuda sampai keluhan siswa soal buku tahunan.

“Anak saya gak bisa foto angkatan, tidak bisa perpisahan, wisudaan,” kata Demul.

Asep Mulyana mengatakan biaya buku tahunan atau buku angkatan atau album kenangan begitu mahal.

Menurutnya, satu orang siswa bisa mengodok kocek mulai dari Rp 150 ribu sampai Rp 450 ribu.

“Album kenangan itu mahal juga,” kata Asep.

“Jadi anak-anak punya album kenangan ?” tanya Demul.

Asep Mulyana menyarankan meski mahal sebaiknya Gubernur Jabar Dedi Mulyadi tidak melarang itu.

Ia mengatakan baiknya, Demul membuat kebijakan untuk mengalihkan buku tahunan atau buku angkatan menjadi dalam bentuk digital.

“Foto kenangan. jadi sebaiknya tidak dilarang albumnya, tapi dialihkan ke elektronik. Disimpan ke Google Drive tidak berupa cetakan, kan murah,” kata Asep.

Dedi Mulyadi pun setuju dengan usulan tersebut.

“Kan bisa digital murah tinggal difoto,” kata Dedi.

“Sudah tanggung mungkin untuk tahun ini,” jawab Asep.

Dedi Mulyadi mengatakan ia pun melakukan hal sama untuk menyimpan foto-foto anaknya.

“Saya menyimpan seluruh kenangan Nyi Hyang justru di akun saya, google drive, tidak di album karena suka hilang,” katanya.

“Lusuh pak kalau sudah lama,” jawab Asep.

“Itu mahal yah ?” tanya Demul.

Asep Mulyana sudah merinci harga satu buku tahunan yang mesti dibayar per siswa kisaran Rp 150 ribu sampai Rp 450 ribu.

“Karena tebal, ada foto per kelas ada, satu angkatan ada, ada guru, kepala sekolah diminta sambutan, difoto bersama. Jadi itunya (buku tahunan) sudah bagus, tinggal digitalisasi saja,” kata Asep.

“Ya ripuh (susah) atuh mahal, pantasan saja,” katanya.

Asep Mulyana menegaskan sekolah, guru hingga komite sama sekali tidak mengelola buku tahunan.

Menurutnya semua urusan menyangkut buku angkatan dikelola sendiri oleh siswa.

“Yang ngeloloa mereka, guru gak ikutan, kepsek gak ikutan, komite pun gak ikutan,” kata Asep.

Ia mengatakan jika buku tahunan diganti menjadi Google Drive biayanya akan lebih murah.

“Rp 25 ribu cukup uang jajan mereka kalau digital,” kata Asep Mulyana.

(*)

Baca berita lainnya di google news

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

Leave a comment