Informasi Terpercaya Masa Kini

Kopi Beraroma Mawar dari Lereng Merapi, Memberi Manfaat Konservasi dan Ekonomi bagi Petani

0 25

KOMPAS.com – Aroma dan citarasa kopi umumnya akan dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Bila di dekatnya ada tanaman nangka, maka kopinya mungkin juga memiliki aroma nangka. Bila ada pisang, maka aroma pisanglah yang bisa muncul.

Bagaimana bila tanaman kopi ditanam di dekat kebun mawar atau ladang tembakau? Inilah yang muncul dalam kopi dari Dukuh Gumuk, Desa Mriyan, Kecamatan Tamansari, Boyolali, Jawa Tengah.

Dalam bentuk biji atau bubuk kopi yang telah di-roasting, wangi tembakau yang muncul sungguh menggoda. Setelah diseduh, akan tercium keharuman mawar yang menawan, serta rasa jagung manis yang membuat kopi tidak perlu ditambahkan gula.

Kopi dengan aroma mawar ini ditanam di lereng timur Gunung Merapi di ketinggian sekitar 1.300 meter di atas permukaan laut (mdpl). 

Menurut Joko Susanto, sekretaris Kelompok Tani Subur Makmur sekaligus penggiat kopi Dukuh Gumuk, penanaman kopi di sini dimulai pada tahun 2017. 

Tujuan awalnya adalah menambah penghasilan, di samping budidaya mawar dan tembakau yang sudah lama dilakukan warga. Tapi seiring berjalannya waktu, muncul juga tujuan untuk menjaga lahan pertanian agar tidak longsor karena wilayah tersebut merupakan daerah resapan air.

Keunikan itu rupanya menarik berbagai pihak, termasuk Danone dengan produk Aqua, yang memiliki program konservasi air di daerah hulu aliran sungai, termasuk Dukuh Gumuk.

Seperti di daerah lain yang menjadi lokasi produksi Aqua, kopi dari Dukuh Gumuk ini kemudian diberi nama Kopi Tirto, dengan tambahan “Gumuk Merapi”, dan diresmikan Selasa (18/2/2025).

“Peluncuran varian baru Kopi Tirto Gumuk Merapi ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan hilirisasi dari program konservasi Aqua Klaten di bentang alam sub DAS Pusur, Dengan begitu upaya konservasi yang dilakukan di wilayah hulu juga diimplementasikan melalui pendekatan instrument ekonomi melalui pemasaran hasil hutan bukan kayu yaitu budidaya kopi konservasi,” ujar Novan Yulianto-Kepala Pabrik PT Tirta Investama Klaten dalam pernyataannya.

Menanam kopi sebagai upaya konservasi

Tanaman kopi dinilai memiliki kemampuan penyerapan air ke dalam tanah yang cukup baik sehingga dapat mendukung upaya konservasi untuk perlindungan sumber daya air.

Adapun Dukuh Gumuk berada di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Pusur, bagian hulu yang merupakan kawasan resapan air.

Daerah ini penting  karena menjadi tangkapan air utama untuk aliran Sungai Pusur yang mengairi lahan pertanian di Kabupaten Klaten, hingga bermuara di Sungai Bengawan Solo.

Tak hanya itu, daerah resapan air ini juga penting untuk menyediakan kelimpahan air bagi sektor pariwisata, seperti umbul atau mata air di Klaten, hingga wisata river tubing.

Kopi Tirto untuk tingkatkan kesejahteraan Petani

Penanaman kopi di hulu DAS Pusur yang jadi upaya konservasi pun sejalan dengan upaya Aqua untuk menjaga kelestarian daerah resapan air.

Oleh karena itu, Aqua berinisiatif menggandeng Nirudaya, yayasan yang bergerak di bidang sosial dan ekonomi masyarakat, untuk mengembangkan ekonomi masyarakat di daerah tangkapan air.

“Kebetulan beberapa daerah tangkapan air Aqua itu ditanami kopi,” kata Martin Kreshna dari Nirudaya kepada Kompas.com, Selasa.

Maka dari itu, pihaknya sejak 2020 diminta Aqua untuk fokus memasarkan panen kopi hasil penanaman di daerah tangkapan air tersebut.

Dari situlah lahir Kopi Tirto, yakni brand binaan Aqua yang membantu memasarkan hasil kopi di daerah hulu. Kopi Tirto memiliki tagline kopi konservasi karena biji kopi yang digunakan berasal dari area konservasi dan juga produk ini mendukung upaya keberlanjutan konservasi. 

Baca juga: 4 Hal Penting yang Harus Diperhatikan Saat Menyeduh Kopi

Peresmian Kopi Gumuk Merapi

Hingga saat ini, Kopi Tirto  sudah mengembangkan produksi di beberapa wilayah hulu, seperti Wonosobo, Tanggamus, Pandaan (Pasuruan), Jempana (Kintamani), Subang, dan Solok. Kopi Tirto Gumuk Merapi adalah yang ke-tujuh.

“Kerjasama dengan petani kopi ini diharapkan bisa membuka pasar yang lebih luas sehingga agar kopi dengan aroma tembakau dan mawar ini bisa dinikmati lebih banyak orang,” papar Martin.

Selain itu, dengan kerjasama, diharapkan produksi kopi akan meningkat dan kesejahteraan petani ikut terdongkrak.

Hadirnya Kopi Tirto di Dusun Gumuk juga bertujuan untuk meningkatkan fungsi konservasi dan penyerapan air melalui tanaman kopi yang akarnya bisa menahan tanah dari erosi dan menahan air agar tidak langsung hilang.

“Kita edukasi petani untuk menanam dengan membuat rorak, sehingga air lebih banyak terserap, juga makin menyehatkan tanaman kopi,” paparnya.

Selain rorak, petani juga diedukasi untuk membuat terasering, hingga mengurangi penggunaan bahan kimia agar resapan air makin terjaga.

Menurut Martin, konservasi air memang sesuai nama Kopi Tirto. Adapun tirto adalah kata tirta dalam bahasa Jawa yang berarti air.

Pembayaran jasa lingkungan hidup, petani makin cuan

Para petani di Dukuh Gumuk juga berpotensi memperoleh pendapatan tambahan selain dari penjualan kopi, melalui Pembayaran Jasa Lingkungan Hidup (PJLH).

Konsep itu adalah mengumpulkan pengguna air di DAS Pusur untuk memberikan imbalan kepada petani di Dukuh Gumuk atas upaya konservasi menjaga daerah resapan air.

Pihak-pihak yang menggunakan air tersebut, di antaranya adalah tempat wisata, pabrik, petani, hingga Aqua itu sendiri.

“Kalau nggak ada untungnya bagi mereka ya susah. Kadang di hulu itu malah susah air, kan yang untung malah di bawah. ‘Mereka mungkin berpikir, ngapain aku susah-susah nanam pohoh, melestarikan air?’,” kata Head of Climate and Water Stewardship Danone Indonesia Ratih Anggraini kepada Kompas.com.

Oleh karenanya, skema PJLH membuat pengguna air di daerah bawah juga ikut berkontribusi dalam konservasi di hulu.

“Caranya dengan membayar sejumlah uang ke masyarakat yang di hulu,” kata Ratih.

Namun, pelaksanaan PJLH menurut dia tidak semuanya diberikan dalam bentuk uang, melainkan bisa juga pendampingan dalam penanaman kopi, seperti yang dilakukan Aqua bersana Nirudaya di Dukuh Gumuk.

Adapun pembayaran PJLH dilakukan kepada komunitas tani di daerah yang melakukan konservasi. Besarnya nominal ditentukan oleh mitra Aqua, yakni Pusur Institut.

Dengan begitu, setiap cangkir Kopi Tirto Gumuk Merapi yang kita nikmati bukan hanya menghadirkan keharuman mawar yang memikat, tetapi juga membawa dampak besar bagi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan petani di lereng Merapi.

Baca juga: Bagaimana Menyeduh Kopi Agar Terasa Lebih Enak?

Leave a comment