Mengenal DeepSeek, Terobosan AI dari Tiongkok yang Guncang Dunia Teknologi
HANGZHOU, KOMPAS.TV — Peluncuran chatbot kecerdasan buatan (AI) DeepSeek, yang dikembangkan oleh startup teknologi asal Tiongkok, mengguncang pasar saham global pada Senin (27/1/2025). Bahkan, peluncuran teknologi ini memicu perdebatan mengenai persaingan teknologi AI antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
DeepSeek menduduki peringkat aplikasi gratis nomor satu di Apple App Store, mendorong rasa ingin tahu tentang potensi pesaing ChatGPT ini.
Beberapa pengamat industri teknologi di AS khawatir startup ini mampu menyaingi perusahaan AI generatif AS dengan biaya jauh lebih rendah, mempertanyakan efisiensi investasi besar yang dilakukan oleh raksasa teknologi AS seperti OpenAI.
Baca Juga: ChatGPT Down, Ini Layanan Asisten AI Lain yang Bisa Digunakan
Lantas, apa itu DeepSeek dan seperti apa teknologi AI yang dikembangkan? Berikut pembahasannuya.
Profil DeepSeek
Dilansir dari The Associated Press, DeepSeek didirikan pada 2023 di Hangzhou, Tiongkok, oleh Liang Wenfeng, mantan pendiri hedge fund High-Flyer yang fokus pada perdagangan kuantitatif berbasis AI.
High-Flyer dikenal karena menggunakan 10.000 chip grafis Nvidia A100 sebelum AS membatasi ekspor chip tersebut ke Tiongkok pada 2022.
Setelah pembatasan itu, DeepSeek menggunakan chip Nvidia H800 yang memiliki performa lebih rendah tetapi tidak terkena larangan ekspor.
Dengan pendekatan ini, DeepSeek menunjukkan bahwa pengembangan AI mutakhir tidak selalu membutuhkan perangkat keras paling mahal.
DeepSeek mulai menarik perhatian setelah meluncurkan model AI yang diklaim setara dengan ChatGPT dari OpenAI, namun lebih hemat biaya.
Model terbarunya, R1, dipuji karena kemampuan “reasoning” yang canggih, termasuk menyelesaikan masalah matematika dengan pendekatan ulang.
Salah satu keunikan DeepSeek adalah prinsip open source yang diterapkan, memungkinkan pengembang lain mengakses dan memodifikasi sebagian besar komponennya. Namun, data yang digunakan untuk melatih model ini belum diungkapkan ke publik.
Stacy Rasgon, analis di Bernstein, menyebut teknologi DeepSeek mengesankan tetapi memperingatkan agar tidak berlebihan dalam menilai dampaknya.
“Model yang mereka buat luar biasa, tetapi ini bukan sesuatu yang revolusioner,” kata Rasgon.
Baca Juga: Sempat Down, ChatGPT Sudah Bisa Kembali Digunakan
Lennart Heim, peneliti dari Rand Corp, mencatat bahwa kemajuan DeepSeek menunjukkan kemampuan Tiongkok mendekati level teknologi AI AS dalam waktu singkat.
“Saya dulu berpikir OpenAI adalah pemimpin yang tak tergoyahkan, tetapi DeepSeek membuktikan hal sebaliknya,” ujarnya.
Dampak Peluncuran DeepSeek
Peluncuran DeepSeek memunculkan perdebatan tentang bagaimana AS seharusnya bersaing dengan Tiongkok dalam teknologi AI.
Venture capitalist Marc Andreessen menyebut model R1 sebagai “Sputnik moment” bagi AI, merujuk pada peluncuran satelit Soviet pada 1957 yang memicu perlombaan luar angkasa dengan AS.
Beberapa analis menilai peluncuran ini memiliki dimensi politis. Gregory Allen, direktur Wadhwani AI Center di Center for Strategic and International Studies, mengatakan, “Inovasi teknologi ini nyata, tetapi waktunya bersifat politis.”
Menurut Allen, langkah ini mengingatkan pada peluncuran ponsel baru Huawei di tengah diskusi ekspor AS pada 2023, yang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa sanksi AS tidak efektif.
Kabar ini turut mengguncang pasar saham, dengan saham Nvidia turun 17% pada Senin. Meski begitu, Nvidia memuji langkah DeepSeek sebagai “kemajuan AI yang luar biasa” dengan memanfaatkan perangkat keras yang sesuai dengan aturan ekspor.
Sementara itu, Presiden Donald Trump menyebut keberhasilan DeepSeek sebagai “wakeup call” bagi industri AS.
Berbicara di hadapan anggota Partai Republik di Miami, ia menegaskan perlunya fokus pada persaingan untuk memastikan AS tetap unggul.
Keberhasilan DeepSeek ini membuktikan bahwa Tiongkok dapat mengejar ketertinggalan dalam pengembangan teknologi AI global dengan efisiensi biaya.
Baca Juga: Wuih, Perusahaan Ini Integrasikan Teknologi Kecerdasan Buatan ChatGPT di Mobil-Mobilnya