Informasi Terpercaya Masa Kini

Gaya Hidup YOLO Digantikan YONO: Pilihan Bijak di Era Modern

0 4

Gaya hidup YOLO (You Only Live Once) telah menjadi tren yang sangat populer, terutama di kalangan generasi muda. Prinsip YOLO yang mengedepankan menikmati hidup tanpa rasa takut mengambil risiko sering kali dikaitkan dengan keberanian mencoba hal baru dan mencari kebahagiaan instan. Namun, dalam era modern yang penuh ketidakpastian ekonomi dan tuntutan hidup yang semakin kompleks, gaya hidup ini mulai digantikan oleh konsep YONO (You Only Need Once), yang menekankan perencanaan, efisiensi, dan pengendalian diri.

Namun, dalam era modern yang penuh ketidakpastian ekonomi dan tuntutan hidup yang semakin kompleks, gaya hidup ini mulai digantikan oleh konsep YONO (You Only Need Once), yang menekankan perencanaan, efisiensi, dan pengendalian diri. Saya menemukan istilah YONO setelah membaca sebuah artikel di platform online. Ternyata saya sudah menjalaninya. Kalau membeli sesuatu, saya akan gunakan sampai barang tersebut benar-benar tidak bisa digunakan lagi. Terkadang menghadapi tantangan. Setelah bekerja pernah juga lupa mencatat. Saat berbelanja melihat barang-barang yang lucu-lucu, aksesoris dan lainnya. Saat melihat Saya menghadapi godaan besar, terutama dari media sosial yang sering kali mempromosikan gaya hidup mewah. Melihat teman-teman saya liburan ke luar negeri atau membeli barang-barang mahal kadang membuat saya merasa tertinggal. Namun, saya selalu kembali mengingat tujuan jangka panjang saya: hidup yang lebih stabil dan bermakna.

Apa Itu Gaya Hidup YOLO?

Gaya hidup YOLO berfokus pada ide bahwa hidup hanya sekali, sehingga seseorang perlu menikmati setiap momen tanpa terlalu memikirkan masa depan. Sejak paska pandemi orang-orang mempunyai mindset YOLO mereka menghabiskan uang untuk liburan mewah tanpa memikirkan tabungan, membeli barang-barang mahal hanya karena ingin memenuhi tren atau Fear of Missing Out (FOMO), memilih pengalaman seru dan spontan tanpa mempertimbangkan dampaknya secara finansial atau jangka panjang. Dilansir dari voi.id.

Pendekatan ini memang bisa meningkatkan kepuasan hidup dalam jangka pendek. Sebuah penelitian di Journal of Positive Psychology menyebutkan bahwa orang yang mencoba aktivitas baru dan menantang cenderung lebih bahagia. Namun, gaya hidup YOLO kerap kali berujung pada kebiasaan impulsif dan kurangnya kesiapan menghadapi kondisi darurat atau masa depan.

YONO: Gaya Hidup yang Lebih Bijak

Prinsip YONO mengutamakan efisiensi, kesederhanaan, dan prioritas terhadap kebutuhan dibandingkan keinginan. Orang dengan gaya hidup ini cenderung:

Memprioritaskan kebutuhan: Memilih untuk membeli barang atau jasa yang benar-benar diperlukan, bukan sekadar mengikuti tren.

Merencanakan keuangan jangka panjang: Mengelola tabungan dan investasi untuk masa depan, seperti dana pendidikan, pensiun, atau keadaan darurat.

Menghindari impulsif: Mengendalikan diri dari kebiasaan belanja berlebihan yang sering dipengaruhi oleh media sosial atau promosi diskon.

Mengapa Gaya Hidup YONO Lebih Relevan?

Ketidakpastian Ekonomi Di tengah ketidakstabilan ekonomi global, seperti inflasi, resesi, atau pandemi, memiliki perencanaan keuangan yang matang menjadi sangat penting. Gaya hidup YOLO, yang cenderung boros dan kurang terencana, bisa membuat seseorang kesulitan saat menghadapi situasi darurat.

Fokus pada Keseimbangan Hidup YONO membantu seseorang menciptakan keseimbangan antara menikmati hidup saat ini dan mempersiapkan masa depan. Tidak ada yang salah dengan sesekali “self-reward,” tetapi keputusan finansial harus tetap bijaksana.

Menghindari Kebiasaan Impulsif Tren YOLO sering kali didorong oleh media sosial, di mana banyak orang merasa harus mengikuti gaya hidup glamor untuk diterima dalam kelompok tertentu. YONO mengajarkan pengendalian diri dan membantu seseorang fokus pada hal-hal yang benar-benar penting.

Mencapai Kebahagiaan Jangka Panjang Penelitian menunjukkan bahwa kebahagiaan yang bertahan lama tidak datang dari kepuasan instan, tetapi dari rasa aman, hubungan yang bermakna, dan pencapaian tujuan hidup. Dengan gaya hidup YONO, seseorang dapat menciptakan kondisi ini melalui perencanaan dan pengelolaan yang baik.

Langkah Pertama Menuju Hidup YONO

Perubahan ini tidak mudah. Saya memulai perjalanan hidup YONO dengan langkah kecil:

Membuat Daftar Prioritas Kebutuhan dan Keinginan

Saya mulai membedakan mana yang benar-benar saya butuhkan dan mana yang hanya sekadar keinginan. Sebagai contoh, membeli makanan sehat menjadi prioritas, sedangkan nongkrong di kafe mahal setiap akhir pekan perlahan saya kurangi.

Mengatur Anggaran dan Menabung

Saya mulai menyisihkan sebagian gaji untuk tabungan dan dana darurat. Awalnya hanya 10% dari gaji, tetapi perlahan saya naikkan menjadi 20%. Saya juga membuat catatan pengeluaran harian untuk mengetahui ke mana uang saya pergi.

Mengurangi Konsumsi Berlebihan

Saya berhenti membeli barang hanya karena tren. Sebelumnya, saya sering membeli pakaian atau gadget baru yang sebenarnya tidak saya butuhkan. Saya belajar bahwa memiliki lebih sedikit barang membuat hidup terasa lebih ringan.

Mencari Kebahagiaan dalam Kesederhanaan

Saya mulai menikmati hal-hal sederhana seperti membaca buku, memasak di rumah, atau berjalan-jalan di taman. Kegiatan ini tidak hanya menghemat uang, tetapi juga memberikan ketenangan pikiran.

Jika Anda merasa gaya hidup YOLO mulai membebani hidup Anda, cobalah untuk perlahan-lahan beralih ke YONO. Perubahan ini tidak harus drastis—mulailah dengan langkah kecil, seperti membuat anggaran atau mengurangi pengeluaran tidak penting. Percayalah, hidup sederhana tidak berarti membosankan. Sebaliknya, Anda akan menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil dan merasa lebih bebas dari tekanan.

Hidup hanya sekali, tetapi menjalani hidup dengan bijak akan membuat “sekali” itu lebih bermakna. Jadi, apakah Anda siap memulai perjalanan hidup YONO Anda?

Berdasarkan pengalaman penulis, dari berbagai sumber, berkolaborasi dengan ai

Leave a comment