Cerita 2 Profesor Perempuan Unej, Susul Suami Jadi Guru Besar di Fakultas yang Sama
KOMPAS.com – Dari tujuh guru besar yang dikukuhkan Universitas Jember (Unej), dua di antaranya punya pasangan yang juga menjadi guru besar di Unej.
Pengukuhan yang dilakukan pada Rabu, (13/11/2024) silam ini, dirasakan dengan gembira oleh para guru besar baru.
Yaitu Prof. Dr. Ika Barokah Suryaningsih, S.E., M.M., CMA., CRP., CPIA., CHRM., QIA., dan Prof. Dwi Wahyuni, M.Kes.
Kedua sosok ini didampingi suaminya yang juga seorang profesor dan guru besar di fakultas yang sama.
Pasangan Gubes di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Cerita pertama datang dari Prof. Ika Barokah Suryaningsih dan suaminya, Prof. Dr. Sumani, S.E., M.Si., CRA., yang juga merupakan guru besar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB).
Menjadi seorang guru besar dengan pasangan yang memiliki latar belakang sama memberikan motivasi dan kekuatan lebih dalam menghadapi tantangan di dunia akademik.
“Dukungan suami saya, yang lebih dulu menjadi guru besar, sangat berarti bagi saya. Kami berbagi peran, baik di rumah maupun dalam karier. Sehingga saya bisa fokus pada penelitian dan pengabdian masyarakat yang menjadi bagian dari tanggung jawab saya sebagai dosen,” ujarnya, dilansir dari Unej.
Baca juga: Bank DBS Buka Beasiswa Coding bagi Siswa SMK dan Mahasiswa
Mereka berdua selalu berbagi tanggung jawab rumah tangga dan saling mendukung pencapaian masing-masing, sebuah kolaborasi yang menjadi dasar keberhasilan mereka.
Prof. Ika juga mengungkapkan, nilai-nilai ketekunan dan prinsip kesetaraan selalu menjadi pegangan mereka.
“Kami selalu percaya bahwa pendidikan adalah perjalanan yang harus ditempuh bersama, dan kami berdua sepakat bahwa peran kami sebagai tenaga pendidik harus didasari komitmen untuk terus belajar dan berkembang,” tambahnya.
Lebih lanjut, Prof. Ika yang juga menjabat sebagai Ketua Satuan Pengawas Internal (SPI) Unej ini menjelaskan meskipun ada tugas tambahan sebagai Ketua SPI dirinya masih dapat terus untuk produktif dalam penelitian dan pengabdian serta menyusun buku.
Hal ini dapat terjalin dengan adanya kolaborasi bersama kolega di kelompok riset, serta dosen di perguruan tinggi lain baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Pasangan gubes dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Di sisi lain, Prof. Dwi Wahyuni, guru besar di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), memiliki suami Prof. Dr. Joko Waluyo, M.Si. yang juga seorang guru besar di FKIP Unej, kerap mendukung istrinya dalam menyelesaikan penelitian dan kegiatan pengabdian.
Keduanya saling melengkapi dan berbagi wawasan, serta tetap menjaga keseimbangan antara karier dan kehidupan keluarga.
Baca juga: Mendikti Sebut 3 Alasan Penerima Beasiswa LPDP Tak Wajib Balik ke Indonesia
“Meski jadwal kami sama-sama padat, kami tetap bisa membagi waktu dengan baik dan saling mendukung. Setiap pencapaian adalah hasil dari kerja keras bersama, termasuk peran dari anak-anak yang sangat memahami tugas kami sebagai pendidik,” katanya.
Ia menekankan bahwa anak-anak mereka paham dengan kesibukan orangtuanya dan bahkan ikut terdorong untuk meraih prestasi sendiri.
Selain dukungan dari pasangan, Prof. Ika dan Prof. Dwi sepakat bahwa keluarga adalah pondasi yang memberikan kekuatan untuk terus berkarya di dunia akademik.
Keduanya merasa sangat terbantu oleh pengertian dan dukungan keluarga dalam mencapai cita-cita akademik tertinggi mereka.
Kedua guru besar ini membagikan pandangan dan tips untuk mencapai gelar akademik tertinggi,
“Menjadi seorang guru besar membutuhkan konsistensi, dedikasi, dan ketekunan. Prosesnya panjang dan tidak mudah, sehingga penting untuk tetap menjaga motivasi serta terbuka untuk belajar dari berbagai pengalaman. Kami juga selalu percaya bahwa dukungan dari pasangan dan kolega sangat penting untuk mencapai keberhasilan ini,” ujar keduanya.
Pengukuhan ini tidak hanya menjadi momen bahagia bagi Prof. Dr. Ika Barokah Suryaningsih, dan Prof. Dwi Wahyuni, namun juga menjadi inspirasi bagi para akademisi lainnya.
Baca juga: Kisah Maya Lulus S2 Cumlaude di Unej, Selesaikan Tugas Akhir Hanya 4 Bulan
Kedua pasangan guru besar ini menunjukkan bahwa kesibukan dalam tanggung jawab masing-masing sebagai seorang akademisi tidak menjadi halangan untuk terus berkembang dan mencapai prestasi.
Sekaligus menjadi contoh nyata bahwa pendidikan adalah misi yang dapat diraih dengan dukungan penuh dari keluarga dan lingkungan sekitar.