Gencatan Senjata Israel-Hamas di Gaza, Akhiri Konflik Lebih dari 460 Hari
KOMPAS.com – Israel dan Hamas menyetujui gencatan senjata setelah lebih dari 460 hari konflik yang menghancurkan Gaza, Palestina.
Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani mengatakan, kesepakatan gencatan senjata akan berlaku pada Minggu (19/1/2025).
Ceasefire atau gencatan senjata adalah penghentian konflik bersenjata untuk sementara. Saat gencatan senjata dimulai, kedua belah pihak yang terlibat setuju untuk menghentikan tindakan agresif masing-masing.
Diberitakan Associated Press, Rabu (15/1/2025), kesepakatan gencatan senjata Gaza mencakup penghentian serangan sementara untuk mengakhiri kehancuran yang terjadi di Gaza, Palestina.
Kesepakatan tiga tahap ini akan dimulai dengan pembebasan 33 tawanan yang terdiri dari wanita, anak-anak, orang dewasa yang lebih tua, dan warga sipil yang terluka.
Baca juga: Menakar Nasib Gaza pada 2025, Akahkah Perang Segera Berakhir?
Tahap pertama gencatan senjata Gaza
Tahap awal gencatan senjata Gaza akan berlangsung selama enam minggu mulai Minggu (19/1/2025), yang membuka negosiasi untuk mengakhiri perang.
Tahap awal akan melibatkan pertukaran tahanan terbatas, penarikan sebagian pasukan Israel di Gaza, dan penggelontoran bantuan ke daerah tersebut.
Tiga puluh tiga tawanan Israel, termasuk wanita, anak-anak, dan warga sipil berusia di atas 50 tahun yang ditangkap selama serangan yang dipimpin Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober 2023 akan dibebaskan.
Gantinya, Israel akan membebaskan lebih banyak tahanan Palestina selama fase ini, termasuk mereka yang menjalani hukuman seumur hidup.
Baca juga: Lima Wartawan Tewas di Dalam Mobil Pers Saat Militer Israel Serang Gaza Tengah
Di antara warga Palestina yang dibebaskan, terdapat sekitar 1000 orang yang ditahan setelah peristiwa 7 Oktober 2023.
Bersamaan dengan pertukaran tawanan, Israel akan menarik pasukannya dari pusat-pusat populasi Gaza ke wilayah-wilayah yang jaraknya tidak lebih dari 700 meter antara perbatasan Gaza dan Israel.
Namun, hal tersebut kemungkinan tidak termasuk Koridor Netzarim, kawasan militer yang membelah Gaza utara dan selatan, yang dikendalikan oleh Israel.
Penarikan pasukan Israel dari Koridor Netzarim diharapkan akan dilakukan secara bertahap.
Selama gencatan senjata Gaza tahap pertama, Israel akan mengizinkan warga sipil untuk kembali ke rumah mereka di wilayah Gaza utara yang terkepung.
Baca juga: 13 Poin Perjanjian Gencatan Senjata Israel-Hizbullah di Lebanon
Di tempat tersebut, kelaparan mungkin telah terjadi. Untuk itu, lonjakan bantuan diizinkan masuk hingga 600 truk per hari.
Israel juga akan mengizinkan warga Palestina yang terluka meninggalkan Jalur Gaza untuk dirawat.
Mereka akan membuka penyeberangan Rafah, wilayah selatan Gaza yang berbatasan langsung dengan Mesir, selama tujuh hari setelah dimulainya implementasi tahap pertama.
Israel juga akan mengurangi pasukan di Koridor Philadelphi, wilayah perbatasan antara Mesir dan Gaza.
Mereka juga diminta untuk menarik diri secara penuh selambat-lambatnya pada hari ke-50 setelah kesepakatan gencatan senjata mulai berlaku.
Baca juga: Paus Fransiskus Kecam Serangan Israel ke Gaza, Sebut Kekejaman dan Bukan Perang
Tahap kedua gencatan senjata Gaza
Meskipun telah disetujui secara prinsip, perincian apa yang akan dilakukan pada tahap kedua dan ketiga, baru akan dinegosiasikan selama tahap pertama gencatan senjata Gaza.
Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden mengatakan, gencatan senjata akan terus berlanjut, meski negosiasi tahap kedua dan ketiga berlangsung lebih lama dari enam minggu.
Israel bersikeras tidak boleh ada jaminan tertulis yang diberikan untuk mengesampingkan dimulainya kembali serangannya setelah tahap pertama selesai.
Namun, menurut sumber Mesir yang dikutip Associated Press, ketiga mediator yang terlibat dalam perundingan, yakni Mesir, Qatar, dan AS, telah memberikan jaminan lisan kepada Hamas.
Baca juga: Apa Itu Gencatan Senjata yang Dilakukan Hamas dan Israel?
Jaminan tersebut mencakup bahwa negosiasi akan terus berlanjut. Ketiganya akan mendesak tercapainya kesepakatan tahap kedua dan ketiga sebelum kurun waktu enam minggu tahap pertama berlalu.
Negosiasi untuk fase ini akan dimulai pada hari ke-16 gencatan senjata Gaza. Tahap ini akan mencakup pembebasan semua sandera yang masih hidup, termasuk tentara pria.
Pasukan Israel akan mundur dari Jalur Gaza, meskipun mengatakan tidak akan menyetujui penarikan penuh sampai kemampuan militer dan politik Hamas dihilangkan.
Di sisi lain, Hamas mengatakan, pihaknya tidak akan menyerahkan sandera terakhir sampai Israel menarik semua pasukannya.
Baca juga: AS Kembali Gagalkan Upaya Gencatan Senjata di Gaza
Tahap ketiga gencatan senjata Gaza
Jika persyaratan tahap kedua terpenuhi, tahap ketiga gencatan senjata Gaza menyerukan pemulangan jenazah para sandera yang masih berada di Gaza.
Sebagai imbalannya, akan dibuat rencana rekonstruksi atau pembangunan kembali besar-besaran di Gaza selama tiga hingga lima tahun.
Kendati demikian, belum jelas siapa yang akan menanggung biaya pembangunan kembali di Gaza, Palestina, meski rekonstruksi dilaksanakan di bawah pengawasan internasional.
Kesepakatan gencatan senjata akan membawa kelegaan bagi Gaza yang hancur akibat serangan Israel dan memaksa sekitar 90 persen dari 2,3 juta penduduk mengungsi.
Negosiator Mesir, Qatar, dan AS akan menuju Kairo pada Kamis (16/1/2025) untuk pembicaraan lebih lanjut tentang penerapan semua aspek kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas.
Seorang pejabat senior AS menyampaikan, para negosiator berfokus memastikan ekspektasi yang jelas bagi Israel dan Hamas dengan implementasi kesepakatan gencatan senjata Gaza yang dibuat semulus mungkin.