BI Catat Pertumbuhan Kredit Sesuai Prediksi, Naik 10,39 Persen di 2024
Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit atau pembiayaan sepanjang 2024 mencapai 10,39 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Realisasi ini masih sesuai prediksi BI.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit modal kerja, kredit investasi, dan konsumsi kredit, masing-masing sebesar 8,35 persen (yoy), 13,62 persen (yoy), dan 10,61 persen (yoy).
Sementara pembiayaan syariah tumbuh sebesar 9,87 persen (yoy), sementara kredit UMKM tumbuh 3,37 persen (yoy).
“Peran kredit atau pembiayaan pada tahun 2024 tetap kuat dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan kredit pada tahun 2024 mencapai 10,39 persen (yoy), berada dalam kisaran perkiraan Bank Indonesia 10 sampai 12 persen,” kata Perry saat konferensi pers Rapat Dewan Gubernur BI, Rabu (15/1).
Perry menjelaskan dari sisi penawaran, pertumbuhan kredit dipengaruhi oleh minat penyaluran kredit perbankan, berlanjutnya realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan, tersedianya dukungan pendanaan dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK), serta positifnya dampak Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) BI.
Sementara dari sisi permintaan, lanjut Perry, pertumbuhan kredit sepanjang 2024 juga didukung oleh kinerja usaha korporasi yang terjaga, di tengah konsumsi rumah tangga yang terbatas.
Sejalan dengan realisasi di tahun lalu, BI memprediksi pertumbuhan kredit tetap terjaga bahkan meningkat di 2025, yakni dalam kisaran target 11 sampai 13 persen pada 2025.
“Sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang tetap baik dan dukungan kebijakan makroprudensial Bank Indonesia. Berbagai kebijakan insentif dari pemerintah yang diprakirakan juga dapat mendorong permintaan kredit lebih lanjut,” jelas Perry.
Perry melanjutkan, BI terus memperkuat efektivitas implementasi KLM. Pada 2025, KLM diarahkan untuk mendorong kredit atau pembiayaan perbankan untuk mendukung pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja.
“Mulai 1 Januari 2025, insentif KLM telah disalurkan pada sektor-sektor yang mendukung pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, yaitu antara lain sektor pertanian, perdagangan dan manufaktur, transportasi, pergudangan dan pariwisata dan ekonomi kreatif, konstruksi, real estate , dan perumahan rakyat, serta UMKM, Ultra Mikro, dan hijau,” tutur Perry.
Hingga minggu kedua Januari 2025, BI telah menyalurkan insentif KLM senilai Rp 295 triliun atau meningkat Rp 36 triliun dari Rp 259 triliun pada akhir Oktober 2024.
Insentif telah dibagikan kepada kelompok bank BUMN senilai Rp 129,1 triliun, bank BUSN Rp 130,6 triliun , BPD Rp 29,9 triliun, dan KCBA Rp 5 triliun.
“Ke depan, Bank Indonesia akan terus mendorong penyaluran kredit atau pembiayaan perbankan dan memperkuat sinergi dengan Pemerintah, otoritas keuangan, Kementerian/Lembaga, perbankan, dan pelaku usaha,” tutur Perry.