Hidup Minimalis di Tahun 2025 dengan “No Buy Challenge”
Memasuki awal tahun 2025, banyak orang yang membagikan resolusinya untuk kehidupan yang lebih baik. Tentu bukan tanpa alasan. Resolusi ini dibuat sebagai target yang hendak dicapai. Ditentukan mulai dari impian yang selama ini tertunda ataupun hal-hal yang belum tercapai di tahun sebelumnya.
Resolusi setiap orang akan berbeda. Ada yang memang hanya berfokus untuk diri sendiri saja. Namun, adapula yang membuat resolusi yang berdampak pada sekitarnya.
Mungkin untuk sebagian orang, resolusi yang dibuat tidak realistis. Terlihat mengada-ngada sehingga tidak mungkin untuk diwujudkan. Alih-alih dapat mencapainya, untuk memulainya saja sudah kesulitan.
Meski begitu, tidak seharusnya untuk melihat secara pesimis resolusi yang ditetapkan oleh orang lain. Alangkah lebih bijaknya untuk fokus dengan resolusi yang dibuat sendiri sembari mendukung orang-orang sekitar dengan resolusinya masing-masing.
Salah satu kategori yang wajib ada pada daftar resolusi tahun 2025 adalah terkait dengan kondisi finansial. Tentu orang-orang menginginkan kondisi keuangan yang stabil dan jauh lebih baik daripada tahun sebelumnya.
Untuk mencapai kondisi finansial yang stabil, resolusi yang ditargetkan beragam. Ada yang berusaha mendapatkan cuan lebih banyak, mencari pekerjaan lain, mencapai puncak karier, atau bahkan memutuskan untuk tidak konsumtif.
Tren yang sedang ramai di media sosial adalah No Buy Challenge 2025. Perkembangan dan kemudahan mengakses media sosial, membuat tren ini ramai diperbincangkan oleh banyak orang. Mulai dari publik figure, selebrgram, influencer, dan penggunan media sosial lainnya berbondong-bondong menyuarakan tren No Buy Challenge 2025.
Tren No Buy Challenge 2025 menjadi salah satu solusi untuk bisa keluar dari gaya hidup konsumtif di tahun 2024. Banyak orang yang sadar betapa pentingnya perencanaan keuangan agar bisa mencapai kondisi finansial yang stabil. Hal ini dipicu dari penyebaran informasi di media sosial yang begitu mudah dan pesat.
Banyak konten kreator yang secara khusus membagikan pandangannya terkait dengan keuangan untuk diri sendiri bahkan masa depan. Membagikan tips tentang finansial yang dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, sampai membagikan pengetahuan tentang cara-cara memulai investasi.
Misalnya saja komika ternama Raditya Dika. Radit yang berprofesi sebagai seorang Youtuber juga kerap membagikan kiat-kiat finansial kepada penontonnya. Ia juga sering menyebut bahwa dirinya menerapkan gaya hidup yang minimalis.
Selain kesadaran pentingnya pengelolaan keuangan berkat kemudahan media sosial, kondisi ekonomi negara yang naik turun pun turut menjadi alasan tren No Buy Challenge 2025 diterapkan. Menjelang akhir tahun 2024, masyarakat ramai mengkritisi isu kenaikan pajak yang menggelitik semua lapisan masyarakat. Belum mencapai kondisi finansial yang stabil, masyarakat harus dihadapkan dengan isu kenaikan pajak yang tentunya akan berpengaruh besar bagi semua orang.
Ketidakpastian ekonomi di masa depan membuat orang-orang kembali mengingat apa saja yang sudah terjadi di tahun 2024. Mulai dari melihat kembali barang apa saja yang dibeli, termasuk mengecek mutasi rekening sepanjang tahun 2024.
Melihat daftar riwayat transaksi yang dilakukan pada berbagai e-commerce dan transaksi di aplikasi penyedia layanan pengantar makanan, transportasi, penyewaan penginapan, dan kategori jasa lainnya. Ternyata memang terlihat fantastis. Sampai akhirnya tersadar, “Kok bisa mencapai nominal sebesar ini?” Tidak menyangka. Sebagian besar hasil keringat disalurkan untuk memenuhi kepuasan yang sesaat saja.
Ditambah lagi kembali mengingat berbagai tren yang diikuti sepanjang tahun 2024. Mulai dari ikut antre memberi boneka labubu, membeli barang yang digunakan oleh selebgram favorit, sampai membeli tiket konser musik dengan harga yang fantastis. Memang penyesalan selalu datang terakhir. Setelah melihat di akhir tahun saldo rekening yang begitu minim.
Dengan menerapkan No Buy Challenge 2025, kita bisa lebih bijak dalam berbelanja. Lebih menghargai barang-barang yang dimiliki sehingga dapat memberdayakan apa yang dimiliki. Selain itu, tanpa sadar juga dapat mengurangi sampah dan limbah yang dihasilkan oleh industri.
Pada akhirnya, tren No Buy Challenge 2025 akan memudahkan kita untuk menabung. Menyisipkan penghasilan untuk ditabung daripada membeli barang-barang yang tidak diperlukan. Pengeluaran akan lebih terkontrol dan berakhir dengan kondisi finansial yang stabil.
Bisa saja tren No Buy Challenge 2025 dapat mengurangi stres yang biasanya disebabkan oleh kondisi finansial. Program gaya hidup minimalis ini membuat hati merasa tenang tanpa perlu tergiur dengan apa saja yang mengindikasi para fenomena FOMO.
Tantangan terberatnya adalah membuat No Buy Challenge menjadi sebuah kebiasaan. Apalagi jika sebelumnya selalu tampil mengikuti perkembangan fashion, teknologi, dan gaya hidup yang sedang trending. Untuk lepas pada kebiasaan buruk itu tidaklah mudah. Apalagi pada momentum tertentu, seperti diskon besar-besar di tanggal tertentu dan promo Harbonlas di berbagai e-commerce.
Godaan juga akan muncul ketika mendapatkan tekanan sosial. Lingkungan yang tidak mendukung dan malah menyudutkan keputusan untuk berhenti mengikuti tren yang ada. Alhasil berbagai pandangan lingkungan harus diterima tanpa mengenal situasi. Bisa saja merasa tergiur untuk mengurungkan niat atau bahkan merasa sakit hati akan pandangan lingkungan.
Untuk mengikuti tren No Buy Challenge 2025 tidak hanya sekadar ikut-ikutan saja. Mencoba ikut tren ini tanpa dilandasi niat dan kesungguhan hati. Hasil yang maksimal tergantung pada perencanaan dan proses implementasinya. Maka dari itu, perlu persiapan yang matang untuk mngikuti tren No Buy Challenge 2025.
Pertama, niatkan dalam hati bahwa tren No Buy Challenge menjadi prinsip hidup yang baru. Pikirkan dengan matang segala pertimbangan yang menjadi dasar mengikuti tren No Buy Challenge. Dengan kesungguhan hati, penerapannya pun tidak akan dijadikan sebagai beban. Jauh lebih enjoy dan menikmati hari demi hari dengan prinsip yang baru.
Langkah kedua, buat daftar barang yang wajib dihindari untuk dibeli. Misalnya menerapkan menggunakan satu barang dengan kegunaan yang beragam atau membatasi hanya memiliki satu jenis barang saja.
Biasanya, terbiasa memiliki skincare dan make-up yang sangat banyak dari berbagai merek. Padahal kegunannya sama saja. Kebiasaan ini dirubah dengan prinsip menghabiskan yang ada sehingga tidak perlu memberi barang dengan kegunaan yang sama. Jika belum habis, tidak perlu beli dengan merek yang berbeda. Selama masih bisa digunakan, maka berdayakan yang ada saja.
Prinsip ini bisa diterapkan pada jenis barang lainnya. Mulai dari barang-barang yang digunakan sehari-hari. Seperti gadget, transportasi, fashion, dan printilan kecil lainnya.
Apabila terjadi kerusakan barang, pertimbangkan terlebih dahulu untuk membeli yang baru. Mencoba untuk mencari alternatif lain. Seperti meminjam kepada teman, memperbaiki barang yang rusak, membuat sendiri, atau bahkan membeli barang bekas yang masih layak. Alternatif-alternatif ini bisa dipertimbangkan jika dirasa lebih hemat dibandingkan membeli barang baru.
Terakhir, yang tidak kalah penting adalah mendapatkan dukungan dari orang-orang sekitar. Buat orang-orang sekitar mengerti tentang prinsip baru yang sedang dicoba. Berikan pemahaman sehingga mereka mudah memaklumi dan menerima perubahan yang ada.
Memang terdengar sulit untuk bisa mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar. Terlebih jika mereka adalah orang-orang yang memiliki pengaruh dan memberikan dampak besar terhadap kehidupan kita. Untuk itu, mari libatkan orang-orang sekitar untuk secara bersama-sama memecahkan tantangan ini. Tidak perlu dengan paksaan. Cukup dengan penjelasan singkat di waktu yang santai, dibarengi dengan gambaran diri yang jauh lebih bahagia dan tenang selama menjalani tantangan ini.
Bagaimana? Tertarik mengikuti tren No Buy Challenge? Tidak ada salahnya mengikuti tren. Selama tren itu baik dan mendatangkan kebaikan, tidak ada salahnya untuk dicoba. Selamat mencoba untuk menaklukkan tren No Buy Challenge 2025!