Apa Itu Food Waste? Ini Dampak dan Cara Menguranginya
Pertanyaan apa itu food waste sering muncul ketika membahas isu lingkungan dan pengelolaan sumber daya pangan. Pasalnya, dampak food waste memang tidak bisa dianggap remeh karena bisa merusak alam sekitar.
Food waste atau sampah makanan sudah menjadi hal lumrah bagi masyarakat dunia. Menurut laman Harvard, food waste adalah komponen terbesar dari sampah kota di wilayah Amerika, yakni mencapai 21% dari total sampah yang ada.
Food waste memberikan beban berat pada lingkungan karena menghasilkan emisi gas rumah kaca berbahaya. Padahal, mengurangi food waste sebesar 15% saja diperkirakan sudah bisa memberi makan lebih dari 25 juta orang setiap tahun.
Oleh karena itu, penting untuk memahami apa itu food waste dan cara menguranginya. Hal ini agar masyarakat mampu mengolah makanan dengan lebih bijak dan berperan dalam menciptakan masa depan yang berkelanjutan.
Baca juga: Menabung Sampah Memanen Rupiah Apa itu Food Waste?
Food waste adalah makanan yang dibuang atau tidak dimanfaatkan lagi, baik yang masih layak konsumsi maupun tidak layak makan karena sudah basi. Jika membuang sisa makanan seperti ini terus dilakukan, maka food waste akan menumpuk dan merusak lingkungan.
Ada banyak contoh food waste dalam kehidupan sehari-hari, berikut beberapa contohnya:
- Makanan sisa yang tidak habis dimakan, misalnya nasi atau lauk pauk yang dibuang setelah selesai makan. Biasanya hal ini terjadi karena memasak terlalu banyak atau mengambil porsi yang terlalu besar di satu piring.
- Sayuran dan buah-buahan yang terlalu lama di kulkas dan membusuk hingga akhirnya dibuang.
- Makanan yang melewati tanggal kedaluwarsa, misalnya roti, susu, telur, atau makanan lainnya yang tidak segera dikonsumsi sehingga terbuang sia-sia.
- Hidangan makanan di restoran, hotel, atau katering dengan sistem prasmanan yang terlalu banyak dan akhirnya dibuang karena tidak habis dimakan oleh pelanggan.
Fenomena food waste dapat terjadi karena beberapa faktor, salah satunya karena perencanaan yang buruk terkait manajemen pangan. Misalnya membeli bahan makanan terlalu banyak, memasak secara berlebihan, atau mengambil makanan dalam porsi besar di satu piring.
Kesalahan cara penyimpanan makanan juga bisa menjadi penyebab food waste. Contohnya tidak memperhatikan suhu kulkas sehingga bahan segar di dalamnya cepat busuk, atau menyimpan produk makanan kemasan di tempat yang panas sehingga mudah rusak.
Selain food waste, ada pula istilah food loss. Masyarakat terkadang kesulitan membedakan apa itu food waste dan food loss sehingga keduanya sering tertukar atau bahkan dianggap sama.
Pada dasarnya, food waste dan food loss sama-sama merujuk pada bahan pangan yang terbuang. Hal yang membedakan keduanya adalah di mana tahapan tersebut terjadi.
Food waste mengacu pada makanan yang siap dikonsumsi, tapi akhirnya dibuang, baik oleh pihak penjual maupun konsumen. Sementara itu, food loss terjadi sebelum makanan sampai ke tangan konsumen.
Food loss dapat diartikan dengan hilangnya atau terbuangnya makanan sebelum makanan tersebut mencapai konsumen akhir. Hal ini biasanya terjadi selama proses produksi, panen, penyimpanan, pengolahan, hingga distribusi. Contohnya hasil panen rusak akibat hama atau penyimpanan yang buruk.
Baca juga: TNGR: Sampah Hasil Pendakian di Gunung Rinjani Capai 31 Ton
6 Dampak Food Waste Setelah mengetahui apa itu food waste, maka kita juga harus tahu bagaimana sampah makanan bisa menimbulkan dampak besar bagi kehidupan manusia. Dampaknya pun sangat luas karena mencakup aspek lingkungan, ekonomi, hingga sosial.
Berikut dampak food waste dari berbagai sisi yang harus jadi perhatian khusus:
1. Pemborosan Sumber Daya Alam (SDA)
Membuang makanan berarti membuang-buang sumber daya alam. SDA yang dimaksud bukan hanya tumbuhan dan hewan yang dijadikan bahan pangan, tapi juga SDA lain seperti air dan bahan bakar.
Dikutip dari laman Earth.org, air dibutuhkan untuk seluruh tahapan produksi di semua jenis pangan. Sebagai contoh, pertanian memanfaatkan 70% air yang digunakan di seluruh dunia. Air juga dibutuhkan untuk peternakan, perkebunan, bahkan dibutuhkan dalam proses pengolahannya.
Dengan membuang-buang makanan, berarti kita juga membuang-buang air. Membuang 1 kg daging sapi setara dengan membuang 50.000 liter air, sedangkan membuang segelas susu sama dengan membuang hampir 1.000 liter air. Ironisnya, di luar sana masih banyak daerah atau negara yang justru krisis air bersih.
Selain soal air, saat ini industri dan pengolahan bahan pangan masih menggunakan bahan bakar fosil yang jumlahnya terbatas. Jadi, membuang makanan berarti juga menyia-nyiakan bahan bakar yang sebenarnya sangatlah mahal.
2. Perubahan Iklim
Salah satu dampak lingkungan dari food waste yang jadi perhatian khusus adalah terjadinya perubahan iklim. Limbah makanan yang menumpuk di tempat sampah akan membusuk dan melepaskan metana, gas rumah kaca yang 25 kali lebih kuat daripada karbon dioksida.
Gas metana akan bertahan hingga 12 tahun dan memerangkap panas matahari di permukaan bumi. Food waste sendiri diketahui menyumbang 20% emisi gas rumah kaca global. Sementara menurut penelitian yang dilakukan Consultative Group on International Agricultural Research (CGIAR), sepertiga dari emisi GRK justru berasal dari food waste.
3. Degradasi Lahan
Food waste juga dapat menyebabkan degradasi lahan. Proses produksi pangan menggunakan lahan yang tidak sedikit, baik itu lahan subur untuk pertanian dan perkebunan maupun lahan tak subur yang bisa dimanfaatkan untuk peternakan.
Penebangan pohon dan penggunaan bahan kimia seperti pupuk untuk pertanian hanyalah contoh kecil dari aktivitas manusia yang bisa menyebabkan degradasi lahan. Sementara itu, permintaan pangan terus meningkat sehingga lahan alami pun akan terus berkurang.
Di sisi lain, food waste juga membutuhkan lahan tersendiri sebagai tempat pembuangan sampah. Ketika food waste menumpuk, maka lahan untuk tempat pembuangan juga harus semakin besar. Hal ini juga akan menyebabkan degradasi lahan dan semakin minimnya tanah subur yang produktif.
4. Ancaman terhadap Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati merujuk pada berbagai jenis spesies dan organisme yang membentuk suatu ekosistem di alam. Proses produksi dan pengolahan bahan pangan sudah umum diketahui dapat berpengaruh pada ekosistem sekitar, sedangkan food waste juga memiliki dampak serupa terhadap keanekaragaman hayati.
Sampah yang terus menumpuk membutuhkan lahan yang besar sehingga perlu membuka lahan yang lebih luas. Selain itu, pencemaran air dan udara akibat food waste juga bisa berpengaruh pada lingkungan dan merusak ekosistem di sekitarnya.
5. Dampak Ekonomi
Membuang makanan sama saja dengan membuang-buang uang. Bayangkan saja kita membeli makanan dalam jumlah banyak, tapi akhirnya tidak dimakan dan berakhir di tempat sampah, maka kita mengalami kerugian finansial yang cukup besar jika dilakukan secara berulang.
Di beberapa negara maju, food waste juga bisa berpengaruh pada kebijakan harga barang karena dikaitkan dengan permintaan pasar. Semakin tinggi food waste, harga bisa semakin meningkat sehingga semakin sulit dijangkau oleh kalangan ekonomi bawah.
Tak hanya itu, pengelolaan sampah dan limbah makanan juga memerlukan biaya khusus. Pemerintah harus mengeluarkan lebih banyak biaya operasional untuk menangani sampah yang akhirnya akan berpengaruh pada perekonomian suatu negara.
6. Dampak Sosial
Food waste menyebabkan dampak sosial dengan memperburuk ketimpangan akses pangan, menimbulkan masalah etis, dan menciptakan beban sosial di masyarakat. Sementara jutaan ton makanan terbuang setiap tahun, jutaan orang di berbagai belahan dunia masih menderita kelaparan dan kekurangan gizi.
Hal ini merupakan cerminan dari ketimpangan sosial sekaligus menimbulkan perdebatan moral tentang tanggung jawab individu dan kolektif dalam mengelola sumber daya makanan.
Sementara itu, masyarakat dan pemerintah juga memiliki beban sosial akibat adanya food waste. Mereka harus bekerja keras menangani dampak food waste melalui berbagai program dan kebijakan yang harus menguntungkan masyarakat dan lingkungan.
Cara Mengurangi Food Waste
Memahami apa itu food waste tidak akan lengkap jika tidak menerapkan langkah-langkah untuk mengatasinya. Demi mencegah dampaknya yang berbahaya, masyarakat perlu mengurangi sampah makanan, caranya mulai dari perencanaan belanja hingga pengelolaan sisa makanan.
Berikut beberapa cara mengurangi food waste seperti yang dianjurkan oleh Mayo Clinic Health System:
1. Perencanaan Belanja Sebelum berbelanja bahan makanan, cek dapur atau isi kulkas untuk mengetahui bahan makanan apa saja yang sudah habis dan ingin dibeli. Perencanaan belanja membantu kita untuk tidak membeli barang secara berlebihan dan hanya membeli bahan makanan yang memang dibutuhkan.
2. Buat Meal Plan Meal plan atau rencana makan dapat dibuat selama beberapa hari ke depan, misalnya selama satu minggu. Rencana makan ini dapat menjadi patokan saat berbelanja dan memastikan seluruh bahan makanan benar-benar digunakan tanpa sisa.
3. Simpan Makanan dengan Benar Ketahui bahan makanan apa saja yang mudah busuk dan awet berhari-hari. Bahan makanan seperti kentang dan bawang bisa dimpan di tempat yang sejuk dan tidak terkena sinar matahari. Telur pun tidak perlu dimasukkan ke kulkas asalkan bisa habis dalam waktu kurang dari 1 minggu.
Sayur dan buah yang mudah busuk bisa disimpan di lemari es dengan suhu yang tepat. Jika ada bahan makanan yang harus disimpan di freezer, atur suhunya dan beri label waktu/tanggal penyimpanan di wadahnya.
4. Simpan Sisa Makanan Apabila ada sisa masakan yang belum termakan, simpanlah di dalam kulkas atau freezer sehingga bisa dimakan lagi keesokan harinya. Menyimpan sisa makanan pun sebaiknya tidak terlalu lama, maksimal tiga hari saja dengan suhu pendingin yang tepat.
5. Ubah Sampah Makanan Menjadi Kompos Sisa dan sampah makanan, termasuk kulit buah atau daun sayuran yang tidak terpakai, dapat dibuat kompos. Selain mengurangi food waste, membuat kompos juga bisa menyuburkan tanah halaman rumah.
Memahami apa itu food waste menjadi langkah pertama untuk menyadari bahaya dari sampah makanan. Dengan mengurangi food waste, maka kita ikut mencegah dampak negatifnya terhadap lingkungan, ekonomi, maupun sosial, sekaligus berkontribusi menciptakan masa depan yang lebih baik.
Baca juga:
- Darurat Sampah Makanan di Indonesia
- Jumlah Sampah Plastik Indonesia Naik Terimbas Kebijakan Cina
- Pemerintah Perlu Tegas & Kolaboratif Atasi Sampah Makanan