Informasi Terpercaya Masa Kini

Labyrinth Art Centre Hadirkan Ruang Baru untuk Seni dan Budaya di Bali

0 13

Labyrinth merupakan pusat hiburan imersif pertama di Bali dan pada tanggal 21 November 2024, mereka mengundang dunia untuk menyaksikan sebuah transformasi magis yang menggabungkan seni, budaya, dan teknologi. Dua ruang ikonis resmi dibuka yaitu, The Dome dan Art Centre yang menghadirkan sebuah perjalanan sensori yang melampaui batasan ruang dan waktu. Terletak di tengah kota kreatif Nuanu yang dipenuhi oleh keindahan alam, Labyrinth mengundang setiap jiwa untuk meresapi kedalaman tak terhingga, menghadirkan harmoni antara kreativitas, spiritualitas, dan keberlanjutan.

BACA JUGA: Pengalaman Kuliner Luxury Group Dining Series di The St. Regis Bali Resort

Kota seluas 44 hektar tersebut didirikan dengan visi kehidupan yang seimbang, tidak hanya menjadi rumah bagi kreator dan pemimpin global, tetapi juga menjadi jantung dari perubahan positif yang mengalir melalui setiap kolaborasi. Sebagai bagian dari visi mulia ini, Labyrinth bekerja sama dengan Yang Mulia Shyalpa Tenzin Rinpoche, seorang vajra master Buddha Himalaya yang terkenal dengan ajarannya tentang kedamaian batin. Kolaborasi ini mengajak dunia untuk merayakan spiritualitas dan perdamaian global yang menyentuh setiap individu.

Salah satu sorotan utama dari pembukaan Labyrinth adalah peluncuran The Dome, sebuah ruang ikonis yang terinspirasi oleh keindahan bunga teratai yang menjadi simbol kebangkitan spiritual. Dengan layar kubah 360 derajat seluas 600 meter persegi dan dilengkapi dengan sistem suara canggih, The Dome dirancang untuk menyelenggarakan berbagai acara imersif, mulai dari pertunjukan budaya hingga konferensi internasional. Dengan kapasitas 500 orang, ruang spektakuler ini mengundang para pengunjung untuk melangkah ke dunia yang penuh dengan transformasi dan bersifat imersif, menjadikan setiap acara sebagai pengalaman yang tidak hanya sedap dilihat, tetapi juga membangkitkan setiap panca indera.

Foto: Courtesy of Labyrinth Art Centre

Di sebelah The Dome, Labyrinth Art Centre berdiri megah di atas lahan 3.000 meter persegi, menjadi pusat seni kontemporer yang futuristis serta rumah bagi Museum of Light yang inovatif. Galeri seni pertama di Labyrinth ini mempersembahkan pameran perdana The Paths of Silence, sebuah perayaan seni tradisional Indonesia yang mengangkat tema-tema universal tentang identitas, ketahanan, dan perlawanan budaya. Sementara itu, Museum of Light yang dijadwalkan dibuka pada tahun 2025 akan membawa Anda pada pengalaman visual yang menakjubkan, memperkenalkan seni digital dengan pendekatan inovatif yang menggabungkan teknologi dan kreativitas tanpa batas.

Foto: Courtesy of Labyrinth Art Centre

Labyrinth juga menghidupkan ruang spiritualitas melalui sesi yang dipimpin langsung oleh Yang Mulia Shyalpa Tenzin Rinpoche. Dalam ajaran Mantrayana yang disampaikannya, kedamaian batin menjadi jalan menuju harmoni global. Ketika matahari terbenam, suasana semakin hidup dengan penampilan DJ internasional, Nicola Cruz. Musiknya yang menggabungkan elemen elektronik dengan suara tradisional menghadirkan pertunjukan multisensori yang tidak hanya memikat, tetapi juga menyentuh jiwa. Sebuah pengalaman yang memadukan keindahan visual dan suara untuk menyelami kedalaman batin.

Labyrinth berkomitmen untuk terus menawarkan program-program yang menginspirasi, termasuk Bali Mystic, sebuah pertunjukan imersif yang memadukan seni tradisional Bali dengan teknologi modern. Penonton akan dibawa dalam perjalanan mendalam ke pada kekayaan budaya Bali dengan cara yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Selain itu, 432Hz Sound Healing sebuah sesi penyembuhan suara dengan visual spektakuler akan membawa pengunjung dalam perjalanan menuju keseimbangan tubuh, pikiran, dan jiwa, menawarkan kedamaian dalam bentuk yang benar-benar luar biasa.

Foto: Courtesy of Labyrinth Art Centre

Foto: Courtesy of Labyrinth Art Centre

Komitmen Labyrinth terhadap keberlanjutan juga tercermin dalam langkah-langkah nyata yang diambil. Lima persen dari pendapatannya akan disisihkan untuk proyek-proyek lingkungan dan masyarakat, sementara lima puluh persen dari keuntungan akan dialokasikan untuk mendukung inisiatif lokal, mempererat hubungan dengan komunitas Bali, serta memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan bagi lingkungan sekitar.

Dengan hadirnya Labyrinth di Nuanu, Bali tidak hanya semakin diperkuat sebagai pusat kreativitas global tetapi juga menjadi jembatan antara tradisi lokal dan inovasi dalam seni serta teknologi. Labyrinth lebih dari sekadar ruang seni dan budaya, ia adalah platform internasional yang mendorong kolaborasi, pertukaran gagasan, dan penciptaan karya-karya luar biasa yang melampaui batasan konvensional. Sebagai simbol masa depan yang penuh harapan dan keajaiban, Labyrinth mengundang dunia untuk merasakan pengalaman yang tak terlupakan.

BACA JUGA: 

Merayakan Festive Season di W Bali – Seminyak

Gulungan Kuno Bali Diwarnai Feminisme Karya Citra Sasmita

(Penulis: Halimatu Sadiah; Foto: Courtesy of Labyrinth Art Centre)

Leave a comment