Proyek Innova BEV Masih Dikembangkan Toyota di Indonesia, Apa Selanjutnya?
Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) ternyata masih melanjutkan proyek Toyota Kijang Innova BEV (Battery Electric Vehicle) alias versi listrik murni di dalam negeri. Kendaraan hasil konversi itu disebut sebagai simbol diversifikasi teknologi elektrifikasi.
Wakil Presiden Direktur TMMIN Bob Azam mengungkapkan, pihaknya kini tengah mengejar perolehan data Innova BEV agar mencapai daya jelajah ratusan ribu kilometer. Gunanya untuk mengamati komponen penting di dalamnya.
“Jadi kita melihat sistem EV-nya. Entah itu baterai, motor penggerak, transaxle, dan lain sebagainya. Karena ini konversi yang kita ubah dari inisiatif kita sendiri, jadi belum ada data 100 ribu kilometer dan sedang kita kejar,” terangnya ditemui di Depok, Jawa Barat.
Toyota Kijang Innova BEV Prototype muncul pertama kali di hadapan publik Tanah Air saat lakoni pameran otomotif IIMS 2022 silam. Setelahnya, sejumlah unit dilepas untuk dilakukan uji coba yang salah satunya berada di sebuah hotel di Bali.
“Ada yang sudah 100 ribu (kilometer) itu kan ada beberapa unit, 10 unit yang kita coba. Lainnya masih ada yang 70 ribu kilometer, 80 ribu, dan sebagainya. Dari situ kita dapat feedback dan improve, yang di Bali juga masih (berjalan),” jelas Bob.
TMMIN juga sudah pernah mengirimkan dua unit Innova setrum hasil konversi itu ke luar negeri. Negara lain yang mendapat kesempatan itu adalah Thailand, Bob bilang proyek ini sebagai bentuk dukungan target Net Zero Emission (NZE) pemerintah.
TMMIN: Innova Jadi Contoh Diversifikasi Teknologi Elektrifikasi Toyota
Lantas, bagaimana nasib kelanjutannya? Lebih jauh, Bob mengatakan bahwa Innova yang sudah eksis lebih dari 20 tahun di Indonesia adalah perumpamaan tepat konsep multi-pathway Toyota yang bisa terefleksi dari satu model.
“Ya, makanya kan ada yang (versi) biofuel, ada juga nanti kombinasi biofuel dengan hybrid. Kemudian juga ada BEV dan ada yang konvensional, jadi bisa dilihat bahwa penerapan multi-pathway itu bisa terlihat di Innova kita,” paparnya.
“Yang belum kan tinggal hidrogen (Fuel Cell Electric Vehicle) sama PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle). Sebenarnya terlihat bahwa semua mobil itu bisa kompatibel dengan energi (sumber daya/bahan bakar) yang ada,” kata Bob.
Ketika disinggung realisasi model Innova akan lebih luas lagi, termasuk peluangnya hadir dalam versi listrik murni atau BEV, Bob bilang sebenarnya hal itu bisa-bisa saja dilakukan. Intinya, Toyota akan terus kembangkan teknologi yang dapat tekan emisi gas buang.
“Pastilah (ada peluang Innova jadi BEV dan FCEV), namanya juga bisnis harus melihat peluang. Paling penting kita harus berani masuk, yang perlu dilihat adalah maturity grade (teknologinya) akan berbeda. Misalnya ICE yang sudah matang,” pungkasnya.
***