Informasi Terpercaya Masa Kini

Mengapa Prasasti Pucangan Penting? Ternyata Soal Pemindahan Ibu Kota

0 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Setelah bertahun-tahun, pemerintah akhirnya menyatakan permintaan resmi pengembalian Prasasti Pucangan dari India. Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan hal ini di sela pertemuan G20 di Sao Paolo, Brasil, kemarin. Menbud Fadli Zon mengaku bertemu Menbud India terkait hal ini.

Apa itu Prasasti Pucangan yang sudah seratusan tahun ada di Kota Kalkuta, India? KBRI New Delhi, India, Kamis (23/12/2022) pernah menggelar diskusi daring bertajuk ‘Arti Penting Prasasti Pucangan dan Upaya Pengembaliannya’. Diskusi menghadirkan narasumber guru besar arkeologi Universitas Indonesia Agus Aris Munandar, peneliti Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Titi Surti Nastiti, dan Direktur Hukum dan Perjanjian Sosial Budaya Kementerian Luar Negeri RI V Hesti Dewayani. Diskusi dipandu oleh Kepala Fungsi Penerangan Sosial Budaya KBRI New Delhi Hanafi.

“Kami sudah melaporkan temuan Prasasti Pucangan ini pada April 2021. Semoga pertemuan selanjutnya sudah ada langkah lebih maju untuk pemulangan,” kata Hanafi, kemarin. Dalam diskusi sempat ditunjukkan foto foto kondisi Prasasti Pucangan di Museum Kalkuta, India. Ada dua foto yang dibahas. Foto pertama menunjukkan prasasti yang ditemukan di sekitar Gunung Penanggungan, Jawa Timur ini, teronggok di sudut sebuah ruangan yang menyerupai gudang. Foto kedua kemudian memperlihatkan prasasti yang berasal dari era Raja Airlangga, Mataram Baru, ini sudah dipindahkan ke ruangan khusus dan sudah memiliki kuratornya. Ada staf KBRI yang berfoto bersama staf musim di samping prasasti tersebut. 

Prasasti Pucangan adalah prasasti yang dipahat disebuah lempengan batu besar. Prasasti ini ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dan bahasa Sanseskerta. Prasasti ditulis dengan menggunakan aksara Jawi. Prasasti ditemukan di era Gubernur Hindia Belanda Thomas Stanford Raffles, yang kemudian mengirimkannya ke Lord Minto di India. 

Prasasti, menurut Agus Aris Munandar, berisi informasi yang amat penting bagi benang merah sejarah peradaban Indonesia. Prasasti itu menjelaskan kondisi geopolitik Jawa Tengah-Jawa Timur. Karena memuat informasi perpindahan kekuasaan dari Mataram Kuno di Jawa Tengah ke Mataram Baru di Jawa Timur yang diinisiasi Mpu Sindok. “Agak gelap kondisi di abad ke-10 dan abad ke-11 tanpa informasi yang diperoleh dari Prasasti Pucangan,” kata Agus Aris. 

Agus Aris lalu menjelaskan muasal kata ‘Pucangan’. Prasasti ini mengacu pada lokasi pertapaan Raja Airlangga. Pucangan dalam bahasa Jawa Kuno bisa diartikan sebagai tumbuhan pinang. Lokasi pertapaan Raja Airlangga yang tempatnya subur ditumbuhi pohon pinang. Pohon pinang ini, sambung Agus Aris, ternyata kerap muncul dalam nama nama tempat di daerah lain yang juga bersejarah. Ia mencontohkan Prasasti Kanjuruhan, kata ‘Kanjuruhan’ mengacu pada kata ‘juruh’ atua air legen dari Pinang. Kemudian di Muarojambi, di mana kata ‘Jambi’ sendiri adalah sama artinya dengan pinang. Lalu di Kerajaan Pakuan Pajajaran di Bogor di mana kata ‘Bogor’ mengacu pada pohon pinang yang sudah ditebang ‘pagogoran’. “Di Sumatra pun kata Pinang terus digunakan seperti Pangkalpinang dan Tanjung Pinang,” papar Agus Aris. 

Peneliti dari Puslit Arkenas Kemendikbudristek, Titi Surti Nastiti, mengatakan pemerintah harus mengupayakan pemulangan Prasasti Pucangan. Titi sepakat dengan penjelasan Agus Aris soal pentingnya informasi di dalam prasasti tersebut bagi sejarah peradaban di Jawa. “Bagi India prasasti ini mungkin tidak ada historisnya sama sekali. Tapi bagi Indonesia ini sangat penting,” kata Titi. Ia lalu memaparkan sejumlah langkah pemerintah yang berhasil memulangkan artefak asal Indonesia yang disimpan di luar negeri. Dimulai dari insiatif Prof Muhammad Yamin yang memulangkan Kitab Negarakertagama dan arca Prajnaparamitha yang disimpan di Belanda. Kemudian disusul pemulangan ratusan benda dari museum di Belanda beberapa tahun lalu. 

Leave a comment