Warganet Malaysia Meradang Pasukannya Diserang Israel, Menyesal Selamatkan AS
REPUBLIKA.CO.ID, PUTRAJAYA – Serangan Israel di wilayah Sidon, Lebanon pada Kamis (7/11/2024) melukai enam pasukan penjaga perdamaian Malaysia. Warganet negara tetangga meradang mengingat peran tentara mereka menyelamatkan pasukan Amerika Serikat di Somalia pada 1993 lalu.
Dilaporkan South China Morning Post, komentar yang mengutuk serangan Israel itu dengan cepat membanjiri media sosial Malaysia. Banyak yang memanjatkan doa untuk keselamatan pasukannya dan mempertanyakan mengapa Israel bisa dibiarkan melakukan serangan terus-menerus tanpa mendapat tamparan keras dari negara-negara Barat.
“Kami akhirnya pasrah saja. Sebab, anak emas AS tidak bisa diganggu. Terkadang saya bertanya-tanya apa gunanya tentara Malaysia menyelamatkan tentara AS di Mogadishu,” tulis salah satu pengguna di Facebook, Mohd Ihsan. Ia merujuk pada pembebasan pasukan komando Ranger dan Delta Force AS selama Pertempuran Bakara di Somalia tahun 1993.
Pasukan Malaysia berperan penting dalam penyelamatan 70 tentara AS yang terjebak dalam pertempuran melawan pemberontak Somalia. Tentara Malaysia Mat Aznan Awang gugur dalam operasi tersebut, yang diabadikan dalam film Hollywood tahun 2001, Black Hawk Down.
Pemerintah Malaysia telah menyatakan kemarahannya atas cedera yang dialami tentara negara tersebut dalam serangan pesawat tak berawak Israel di Lebanon. Serangan pada Kamis (7/11/2024) itu menargetkan dan meledakkan kendaraan yang berada di dekat konvoi pasukan penjaga perdamaian dari Malaysia pada Kamis.
Dilansir media Malaysia the Star Seorang tentara mengalami patah tulang di lengan kirinya sementara lima lainnya mengalami luka ringan dalam serangan itu, menurut angkatan bersenjata Malaysia. Dilaporkan bahwa satu korban dengan cedera tangan sedang dirawat di Rumah Sakit Hamood di Saida sementara lima lainnya dengan luka ringan berhasil mencapai Kamp Marakah dengan selamat.
Serangan itu terjadi di kota Saida alias Sidon ketika batalyon Malaysia sedang dalam perjalanan menuju markas mereka di Marakah di Lebanon Selatan untuk memulai tur mereka sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian di bawah Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL).
“Ledakan tersebut menargetkan kendaraan lain yang sedang dalam perjalanan ke Beirut tetapi akhirnya merusak bus yang mengangkut anggota MALBATT 850-12,” kata angkatan bersenjata Malaysia dalam sebuah pernyataan Kamis malam, merujuk pada batalion yang terkena dampak.
Tiga warga Lebanon yang mengendarai mobil yang menjadi sasaran serangan pesawat tak berawak itu gugur sementara tiga tentara Lebanon yang berjaga di pos pemeriksaan di lokasi serangan juga terluka, kata tentara Lebanon seperti dikutip oleh Reuters.
Pemerintah Malaysia mengutuk serangan Israel tersebut yang melukai enam anggota tim Batalyon Malaysia (Malbatt) 850-12 yang merupakan bagian dari misi penjaga perdamaian PBB. Juru bicara pemerintah Fahmi Fadzil mengatakan Kabinet membahas insiden tersebut pada pertemuan pada Jumat, dan menambahkan bahwa tindakan Israel tidak dapat diterima.
Paramedis dan tentara Lebanon memeriksa lokasi serangan Israel terhadap kendaraan, di Sidon, Lebanon, 7 November 2024. – (EPA-EFE/STR)
Fahmi juga mengecam serangan berulang-ulang Israel di Lebanon sejak September. “Pemerintah Malaysia mengutuk keras tindakan kejam rezim Zionis Israel. Ini tidak bisa diterima. “Dalam hal perencanaan setelah ini, semua tindakan akan dirujuk ke Kementerian Pertahanan,” katanya pada konferensi pers di sini.
Pada Rabu (6/11/2024), pengerahan Malbatt 850-12 pertama yang terdiri dari 220 perwira dan personel dikirim ke Lebanon untuk upaya penjaga perdamaian. Dijadwalkan secara bertahap mulai 6 hingga 18 November, pengerahan penuh akan memiliki total kekuatan 854 perwira dan personel, termasuk tim dari tim Angkatan Bersenjata Kerajaan Brunei dan seorang perwira sipil.
Sementara itu, pemerintah mempunyai rencana darurat jika situasi di Lebanon selatan memburuk dan UNIFIL memutuskan mundur dari negara tersebut. Menteri Pertahanan Datuk Seri Mohamed Khaled Nordin mengatakan bahwa Malaysia dan negara-negara lain tetap berkomitmen untuk mengirimkan personel militer ke Lebanon.
Dia menambahkan bahwa kementeriannya melakukan kontak erat dengan UNIFIL untuk mengetahui perkembangan situasi dan juga berkonsultasi dengan negara lain yang memiliki personel militer di sana.
Pada Selasa lalu, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengumumkan bahwa Malaysia sedang dalam proses menyusun resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA), mengusulkan Israel didepak dari organisasi tersebut. Pengusiran Israel itu diusulkan jika terjadi pelanggaran hukum atau masalah yang mempengaruhi Palestina.
Dilaporkan kantor berita Malaysia, Bernama, langkah ini ini menyusul pengesahan undang-undang Parlemen Israel pekan lalu yang melarang Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Israel pada Senin juga telah mengirim surat resmi ke PBB menegaskan pemutusan hubungan dengan UNRWA.
Anwar mengatakan resolusi yang diusulkan tersebut diharapkan akan segera diajukan ke Majelis Umum PBB untuk disetujui, yang dapat memberikan dasar hukum bagi UNRWA untuk terus memberikan layanan dasar kepada lebih dari enam juta pengungsi Palestina.
“Antara lain, rancangan resolusi tersebut menyarankan agar Israel dikeluarkan dari anggota organisasi tersebut jika terjadi pelanggaran hukum, peraturan dan keputusan dalam isu-isu yang melibatkan Palestina,” Anwar melanjutkan.
UNIFIL telah mencatat lebih dari 30 insiden pada bulan Oktober yang mengakibatkan kerusakan properti atau cedera pada tentaranya, di tengah seruan berulang kali Israel kepada pasukan penjaga perdamaian untuk meninggalkan posisi mereka.
Israel melawan PBB – (Republika)
Dari 30 insiden bulan ini, “sekitar 20 di antaranya dapat kami kaitkan dengan tembakan atau tindakan [militer Israel], dan tujuh di antaranya jelas-jelas disengaja,” kata juru bicara UNIFIL Andrea Tenenti pada konferensi pers pekan lalu.
Sekitar 12 insiden lainnya, asal muasal tembakan tidak dapat ditentukan. “Yang sangat memprihatinkan adalah insiden di mana pasukan penjaga perdamaian yang melakukan tugas pemantauan mereka, serta kamera, penerangan, dan seluruh menara pengawas kami, dengan sengaja menjadi sasaran [militer Israel],” kata Tenenti. “Yang jelas, tindakan [militer Israel] dan Hizbullah membahayakan pasukan penjaga perdamaian,” tambahnya.