Sosok Ifiana Anak TKI Penghafal Al-Qur’an yang Meninggal Jelang Wisuda di Unesa
KOMPAS.com – Nur Malinda mau jauh-jauh pergi dari Pulau Kangean ke Surabaya. Padahal, untuk ke Surabaya ia harus naik kapal.
Karena Pulau Kangean, terpisah dari Pulau Madura. Kurang lebih lima jam perjalanan ia habiskan untuk hadir di Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Nur Maulida, mewakili kakaknya yang meninggal. Padahal jika diberi umur panjang, kakaknya bisa hadir langsung ke acara wisuda periode ke-112 Unesa yang berlangsung di Graha Unesa, Kampus II Lidah Wetan, pada Rabu, 30 Oktober 2024.
Ia tampak tegar mewakili wisuda kakak kandungnya, Nur Ifiana.
Baca juga: Kisah Letkol TNI Yoga, Dosen Unhan yang Lulus S3 di KAIST Berkat LPDP
Nur Ifiana berhasil menuntaskan studi strata satu pada Prodi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB).
Ifi, nama akrab kakaknya dikenal sebagai sosok tekun dan bersemangat tinggi dalam mengejar cita-citanya.
Di balik senyum cerianya, Ifi telah berjuang melawan penyakit yang menggerogoti tubuhnya sejak tahun 2019.
Keduanya adalah anak TKW (Tenaga Kerja Wanita) yang bekerja di Malaysia. Tetapi mereka tak pernah ragu untuk terus mengejar ilmu.
Meskipun perjuangannya untuk meraih gelar sarjana terhenti, cita-citanya tetap terlaksana melalui kehadiran sang adik yang datang untuk menerima ijazah atas nama kakaknya.
“Mbak Ifi selalu bilang kalau dia baik-baik saja,” tutur Nur Malinda, katanya dilansir dari laman Unesa.
Baca juga: 7 Beasiswa S1-S3 Gratis ke Luar Negeri 2024-2025, Tanpa Minimal Usia
Meski dalam kondisi sakit, Ifi memilih untuk menyembunyikan penderitaannya dengan terus beraktivitas seperti biasa, seolah tidak ada beban berat yang menimpanya.
Ifi Pernah dapat beasiswa dan penghafal Al-Quran
Adiknya tak kuasa menahan air mata saat mengenang sosok kakaknya yang penyayang itu.
“Mbak Ifi itu lembut sekali, selalu sabar menasehati. Dia nggak pernah marah-marah, selalu mengajarkan kebaikan dengan cara yang halus,” kenangnya.
Perjuangan Ifi dalam meraih pendidikan patut diapresiasi. Berkat prestasi akademiknya, terutama sebagai penghafal Al-Qur’an, ia berhasil mendapatkan beasiswa dan diterima di dua perguruan tinggi ternama.
Pilihannya jatuh pada Unesa dengan harapan dapat berkontribusi bagi pendidikan di kampung halamannya, Pulau Kangean.
Ifi memiliki mimpi besar. Ia ingin membahagiakan orang tuanya yang bekerja sebagai TKW di Malaysia. “Mbak ini kan kejar ijazah sebagai hadiah untuk orangtua,” begitu kata Ifi yang kuat di benak adiknya.
Ia aktif di berbagai organisasi kampus dan jarang pulang kampung. Ia fokus pada studinya, berharap bisa segera menyelesaikan pendidikan dan membawa keluarganya ke Tanah Suci.
“Apa yang Mbak cita-citakan insya Allah aku lanjutkan,” ujar Malinda yang berkomitmen akan meneruskan cita-cita kakaknya untuk membantu memajukan pendidikan di Pulau Kangean.
Sosok Ifi juga dirindukan oleh sahabat-sahabatnya, salah satunya adalah Indah Kusumawati. Indah mengenalnya selama masa Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada 2023.
Kepergian Ifi sebelum sempat diwisuda adalah pukulan mendalam bagi Indah, yang telah berencana untuk berwisuda bersama.
“Padahal saya sudah menunda periode wisuda saya hanya demi dapat berwisuda bersama Ifi, tetapi takdir berkata lain,” tutur Indah sarat akan duka.
Indah mengenang Ifi sebagai sosok yang menyejukkan dan penuh senyum.
“Di dekatnya itu terasa seperti di bawah pohon dengan angin semilir menyejukkan,” ujar Indah.
Kepergian Ifi memang meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, sahabat, dan pimpinan dan keluarga besar Unesa. Namun, semangat dan kebaikannya akan terus menjadi inspirasi bagi mereka yang mengenal dan mencintainya.
Sebagai bentuk penghormatan atas perjuangan dan dedikasi Ifi selama menuntut ilmu di Unesa, Rektor Unesa Nurhasan memberikan santunan kepada keluarga almarhumah sebesar Rp 25 juta.
Santunan ini diharapkan dapat meringankan beban keluarga yang ditinggalkan dan menjadi bentuk apresiasi atas semangat juang Ifi dalam menuntut ilmu dan cita-cita mulia untuk orangtuanya.