Arkeolog Temukan Kota Peradaban Suku Maya yang Hilang di Meksiko
KOMPAS.com – Arkeolog menemukan kota besar Suku Maya yang hilang yang diberi nama dengan Valeriana di dalam hutan rimba di bagian selatan Campeche, Meksiko.
Penemuan tersebut diterbitkan di Cambridge University Press pada Selasa (29/10/2024). Kota tersebut ditemukan dengan menggunakan survei radar yang memetakan struktur di bawah vegetasi (lidar).
Dikutip dari BBC, sisa kebudayaan Suku Maya tersebut ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang mahasiswa pascasarjana Universitas Tulane, Amerika Serikat (AS), Luke Auld-Thomas.
“Kami tidak hanya menemukan daerah perdesaan dan permukiman kecil. Kami juga menemukan kota besar dengan piramida tepat di sebelah satu-satunya jalan di daerah itu, dekat desa tempat orang-orang telah aktif bertani di antara reruntuhan selama bertahun-tahun,” ungkap Thomas.
Dilansir dari DW, peneliti mengungkapkan, masih banyak lagi yang bisa ditemukan di Dataran Rendah Maya Tengah.
Wilayah tersebut berada di bagian selatan Semenanjung Yucatan yang meliputi bagian dari Guatemala, Belize, dan negara bagian Campeche dan Quintana Roo di Meksiko saat ini.
Baca juga: 5 Peradaban Manusia yang Hilang, Termasuk Suku Maya dan Viking
Awal penemuan
Penemuan tersebut berawal ketika Thomas bertanya mengenai penggunaan alat non-arkeologis dari pemetaan laser canggih (lidar) untuk membantu menemukan situs Suku Maya.
Lidar merupakan teknik penginderaan jarak jauh dengan menggunakan laser berdenyut.
Sementara itu, data lain diperoleh dari alat yang diterbangkan di suatu lokasi untuk menghasilkan informasi tiga dimensi tentang bentuk karakteristik permukaan.
Dilansir dari The Guardian, selama ini sampel dari peradaban Suku Maya luasnya hanya beberapa ratus kilometer persegi.
Sampel tersebut diperoleh oleh arkeolog dengan berjalan menelusuri hutan untuk melihat apakah ada bangunan yang ditinggalkan 1.500 tahun yang lalu.
Meskipun Thomas tahu bahwa alat itu dapat membantu, ia juga tahu bahwa alat itu tidak murah.
Para penyandang dana enggan membayar survei lidar di daerah-daerah yang tidak memiliki jejak jelas peradaban Maya.
Karena ada halangan tersebut, ia bersama dengan berbagai peneliti dari lembaga lain mulai mengidentifikasi data survei lidar yang sudah pernah dilakukan sebelumnya.
Data tersebut digunakan untuk menjelajahi 50 mil persegi atau 129,49 kilometer persegi wilayah Campeche, Meksiko yang belum pernah diselidiki arkeolog.
Baca juga: Jaringan Kota Kuno Ditemukan di Amazon, Diperkirakan Lebih Besar dari Peradaban Suku Maya
Apa isi Kota Valeriana?
Ketika Thomas mengolah data tersebut, ia menemukan sebuah kota kuno besar yang menjadi rumah bagi 30.000-50.000 Suku Maya antara tahun 750-850 Masehi.
Thomas dan rekan-rekannya menamai kota itu sebagai Valeriana, yang diambil dari nama laguna di dekatnya.
Dikutip dari The Independent, situs arkeologi tersebut memiliki kepadatan pemukiman sebesar 55,3 bangunan per kilometer persegi.
Sekitar 6.764 bangunan berhasil diidentifikasi oleh peneliti dan menunjukkan adanya kota kuno padat penduduk.
Kota Valeriana memiliki luas sekitar 16,6 kilometer persegi dan memiliki dua pusat utama dengan bangunan besar.
Bangunan tersebut berjarak sekitar dua kilometer dan dihubungkan oleh rumah-rumah padat dan jalan lintas.
Selain itu, di jantung kota tersebut terdapat dua lapangan dengan piramida kuil yang menjadi tempat Suku Maya beribadah.
Di dalam piramida juga menyimpan harta karun, seperti topeng giok dan kerangka bekas menguburkan orang mati.
Pada bangunan tersebut sana juga ditemukan sebuah lapangan tempat orang memainkan permainan bola kuno.
Baca juga: Penemuan Sampan Suku Maya di Goa Meksiko, Bisa Jadi Tanda Gerbang Dunia Bawah