Studi: Menumbuhkan Empati Anak Melalui Dongeng & Cerita Rakyat
Empati merupakan kemampuan penting dalam perkembangan sosial dan emosional anak. Empati membantu anak untuk memahami perasaan orang lain, merespons secara tepat, dan menciptakan hubungan yang positif.
Dalam konteks ini, dongeng dan cerita rakyat telah lama dianggap sebagai alat yang efektif untuk mengembangkan empati pada anak.
Studi yang terbit dalam International Journal of Islamic Educational Psychology (2024) menunjukkan bahwa penggunaan cerita rakyat sebagai metode penceritaan dapat meningkatkan perilaku empatik pada anak usia dini.
Penelitian ini menunjukkan bahwa melalui penceritaan berbasis cerita rakyat, anak-anak dapat lebih memahami perasaan orang lain dan merespons dengan cara yang lebih empatik. Cerita-cerita ini tidak hanya membantu anak-anak untuk belajar nilai-nilai moral, tetapi juga memberikan mereka kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai emosi dan perspektif yang akan berguna dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Artikel ini akan membahas bagaimana dongeng dan cerita rakyat dapat berperan dalam menumbuhkan empati anak, didukung oleh temuan penelitian ini dan berbagai kajian psikologi anak.
Baca juga: The Chapter: Ayo Dongeng Indonesia Mulai Mendunia
Mengapa Dongeng dan Cerita Rakyat Efektif?
Dongeng dan cerita rakyat adalah bagian dari warisan budaya yang mengandung banyak nilai moral. Sebagai cerita yang sering melibatkan karakter dan situasi yang penuh dengan konflik emosional, dongeng dapat menjadi jendela bagi anak untuk belajar tentang perasaan dan respons sosial yang berbeda.
Cerita rakyat seperti Si Pitung, Keong Mas, dan Lutung Kasarung sering kali menyampaikan pesan moral yang dapat memupuk pemahaman anak tentang keadilan, kebaikan, dan kepedulian terhadap orang lain.
Penelitian Sekaringsih Angrenggani Cahyanti Putri yang terbit dalam International Journal of Islamic Educational Psychology (2024) menemukan, cerita-cerita ini tidak hanya menarik imajinasi anak, tetapi juga memperkenalkan mereka pada berbagai perspektif dan situasi yang mungkin belum pernah mereka alami.
Dengan demikian, anak-anak mulai belajar untuk menempatkan diri mereka dalam posisi orang lain, yang merupakan inti dari empati. Mereka dihadapkan pada tantangan emosional yang dialami oleh karakter dalam cerita, seperti ketidakadilan, kehilangan, atau penderitaan, yang memicu respons empatik dalam diri mereka.
Hasil Penelitian: Pengaruh Penceritaan Berbasis Cerita Rakyat Riset menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam perilaku empatik pada anak-anak taman kanak-kanak yang mengikuti sesi penceritaan berbasis cerita rakyat.
Penelitian yang dilakukan oleh Sekaringsih Angrenggani Cahyanti Putri ini menggunakan metode eksperimen dengan desain Non-Equivalent Control Group di dua taman kanak-kanak di Yogyakarta.
Anak-anak di kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan mendengarkan 6 cerita rakyat, yaitu Si Pitung, Keong Mas, Pulau Kapal, Danau Toba dan Pulau Samosir, Ikan Mas dan Pohon Ajaib, dan Lutung Kasarung yang disampaikan pesan tentang empati, sedangkan kelas kontrol belajar seperti biasa tanpa metode penceritaan.
Hasilnya menunjukkan bahwa skor empati anak-anak di kelas eksperimen meningkat secara signifikan setelah mengikuti enam sesi penceritaan. Skor pretest di kelas eksperimen adalah 15,50, sementara skor posttest meningkat menjadi 28,70. Sebaliknya, kelas kontrol hanya menunjukkan peningkatan minimal dari 16,10 menjadi 16,90. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan nilai signifikan 0,005 (p < 0,05), yang menunjukkan bahwa penggunaan cerita rakyat sebagai metode penceritaan memiliki efek positif pada perilaku empatik anak.
Studi ini menekankan pentingnya menggunakan cerita rakyat yang kaya akan nilai moral sebagai alat untuk merangsang perkembangan emosional dan sosial anak-anak. Dalam cerita rakyat, anak-anak tidak hanya mendengarkan kisah-kisah yang menarik, tetapi juga terlibat dalam proses belajar yang mendalam tentang bagaimana memperlakukan orang lain dengan baik.
Baca juga:
- Dongeng Timun Mas Singkat, Rangkuman Cerita, dan Pesan Moral
- Ingin Otak Anak Lebih Peka? Berikan Dongeng dan Cerita!
Peran Dongeng dan Cerita Rakyat dalam Perkembangan Emosi Anak
Dr. Zakia Tasmin Rahman dan koleganya dalam penelitian mereka yang berjudul An Analytical Study on the Significance of Folk and Fairytales on the Psychology of Young Children menyebutkan bahwa dongeng dan cerita rakyat memiliki peran pedagogis dan psikologis yang sangat penting.
Dongeng, terutama yang sarat dengan nilai-nilai moral, dapat membantu membentuk karakter anak sejak usia dini. Dalam konteks psikologi anak, dongeng berfungsi sebagai alat untuk menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, seperti empati, kejujuran, dan tanggung jawab.
Anak-anak yang tumbuh dengan mendengarkan atau membaca cerita rakyat cenderung lebih bertanggung jawab dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cerita rakyat mengajarkan anak untuk melihat dunia dari sudut pandang yang lebih luas.
Mereka belajar bahwa tindakan memiliki konsekuensi, baik positif maupun negatif, yang pada akhirnya membantu mereka memahami pentingnya menjaga hubungan yang harmonis dengan orang lain.
Namun, di era digital ini, anak-anak semakin terpapar pada media baru seperti permainan video dan film yang sering kali menampilkan konten kekerasan.
Menurut ketua peneliti, Dr. Zakia Tasmin Rahman, teknologi digital ini dapat memengaruhi perkembangan perilaku anak, seperti meningkatnya agresi, ketidakpekaan terhadap perasaan orang lain, dan kurangnya kesabaran.
Oleh karena itu, cerita rakyat dan dongeng menjadi semakin penting sebagai alternatif yang dapat membantu menyeimbangkan dampak negatif dari paparan media digital. Cerita-cerita ini menawarkan dunia yang penuh dengan pelajaran moral, yang memungkinkan anak untuk tumbuh menjadi individu yang lebih empatik dan beretika.
Baca juga: Studi: Money Can Buy Happiness, Uang Memang Bisa Memuaskan Kita
Manfaat Praktis Bagi Guru dan Orang Tua
Berdasarkan temuan-temuan di atas, penggunaan dongeng dan cerita rakyat sebagai alat pembelajaran memiliki implikasi praktis yang besar bagi guru dan orang tua.
Di lingkungan sekolah, guru dapat memasukkan cerita rakyat ke dalam rencana pelajaran untuk menumbuhkan empati di antara siswa. Dengan menggunakan media visual seperti gambar atau presentasi PowerPoint, seperti yang dilakukan dalam penelitian Putri et al. (2024), anak-anak dapat lebih mudah memahami pesan moral dari cerita tersebut.
Selain itu, orang tua juga dapat memanfaatkan waktu bersama anak untuk membacakan cerita rakyat di rumah.
Aktivitas mendongeng sebelum tidur misalnya, tidak hanya menciptakan momen yang menyenangkan bagi anak, tetapi juga membuka kesempatan untuk diskusi tentang nilai-nilai yang terkandung dalam cerita. Orang tua dapat bertanya kepada anak tentang perasaan karakter dalam cerita dan bagaimana mereka akan merespons jika berada dalam situasi yang sama.
Ini akan membantu memperdalam pemahaman anak tentang empati dan membuat mereka lebih peka terhadap perasaan orang lain.
Baik di sekolah maupun di rumah, dongeng dan cerita rakyat dapat digunakan sebagai media untuk mendidik anak tentang pentingnya berempati terhadap orang lain.
Dalam dunia yang semakin didominasi oleh teknologi digital, penting untuk memberikan anak-anak alternatif yang memperkaya perkembangan emosional mereka, dan cerita rakyat adalah salah satu cara yang efektif untuk melakukannya.
Dengan mengajarkan anak-anak untuk peduli dan berempati sejak dini, kita membantu mereka tumbuh menjadi individu yang lebih bijaksana dan bertanggung jawab di masa depan.
Baca juga: Cerita Binatang adalah Favorit Orang Indonesia Saat Mendongeng