Informasi Terpercaya Masa Kini

Review The Shadow Strays: “Seember Darah” untuk Perfilman Indonesia

0 6

Perfilman Indonesia butuh “seember darah”; lambang keberanian, kehidupan dan harapan. Kebutuhan ini tampaknya sudah dilengkapi oleh Timo Tjahjanto. Dia berhasil menumpahkannya ke dalam film original Netflix Indonesia terbaru, The Shadow Strays.

Berdurasi hampir 2,5 jam, film tentang perempuan pembunuh bayaran ini terinspirasi dari sistem kepemimpinan yang didominasi oleh perempuan, matriarkal.

Setiap menit dalam durasi film ini hampir selalu menampilkan sayatan katana, desingan peluru, dan hantaman pukulan yang keras dan ganas.

Darah mengalir deras, mengucur tak berhenti, seolah menegaskan bahwa laju cerita dan keajaiban dari tangan Timo akan terus mengalir di dunia perfilman Tanah Air.

Kisah tentang Perempuan yang Punya Kekuatan

The Shadow Strays mengisahkan perempuan muda pembunuh bayaran bernama 13, yang diistirahatkan setelah misinya berantakan.

Selama masa rehat, dia bertemu dengan Monji, bocah yang baru saja kehilangan ibunya karena sindikat kejahatan.

Namun, Monji menghilang setelah ibunya dibunuh dan dia dibawa kabur oleh sindikat kejahatan yang terdiri dari anak gubernur, polisi, dan pemilik kartel narkoba paling berpengaruh.

13 kemudian memulai pencarian untuk menemukan Monji. Upaya pencarian itu mengantarkannya bertemu dengan para villain. 13 bahkan melanggar aturan dari organisasinya bernaung, The Shadow, serta sang mentor, Umbra.

Opening Ciamik

The Shadow Strays mengandung rentetan adegan aksi yang mendebarkan, bahkan sejak opening. Timo paham betul bagaimana caranya menarik perhatian penonton.

Scene awal dibuka dengan kegarangan 13 (yang diperankan Aurora Ribero) dan Inspektur Umbra (yang diperankan Hana Malasan) dalam menumpas Yakuza.

Ganas dan tak terkendali. Mereka begitu sangar dengan setiap gerakan yang dikoreografikan dengan baik.

Teknik menampilkan adegan intens sejak opening adalah salah satu cara mengajak penonton tidak perlu banyak berpikir. Siapkan cemilan, duduk dengan manis, dan selamat menyaksikan “kekacauan yang indah” dalam film The Shadow Strays.

Dinamika Guru dan Murid

Jika diperhatikan, ada hal kontras dinamika antara guru dan murid bela diri yang berusaha ditampilkan Timo dalam film ini. Jelas, bahwa 13 memiliki keterampilan dan dapat mempertahankan kemampuannya.

Namun perbedaannya, Umbra punya emosi yang lebih matang dan dan tidak mampu menggunakan kekuatannya selain demi menjalankan misi. Umbra dingin dan penuh perhitungan.

Murid bisa melampaui guru. Umbra tetap takluk di tangan 13. Dinamika ini begitu menarik untuk terus diikuti.

Dalam pernyataannya, Timo mengaku terinspirasi dengan film bertema serupa. Penghayatannya soal hubungan antara guru dan murid bisa disejajarkan dan tersampaikan dengan baik lewat The Shadow Strays.

Akting Aurora Ribero

Sebagai 13, Aurora tampil gemilang. Dia memanfaatkan waktu latihan selama 4 bulan dengan sangat baik. Aurora adalah jangkar yang menarik di tengah semua kegilaan cerita yang mengelilinginya.

Dia menjadi dirinya, seorang perempuan yang punya kekuatan, sesuai dengan visi Timo Tjahjanto.

Chemistry Aurora Ribero dan Hana Malasan

Aksi gemilang Aurora Ribero sangat sempurna ketika dipasangkan dengan Hana Malasan. Keduanya menghasilkan cerita kemenangan, wanita yang kuat dan begitu visioner.

Cerita The Shadow Strays yang penuh kekerasan dan kehancuran bisa sedikit ditambal dengan aksi keduanya. Aurora dan Hana membuktikan bahwa aktris Indonesia juga bisa beraksi sekelas pemeran Hollywood, Scarlett Johansson, misalnya.

Durasi Kepanjangan

Durasi dalam film ini begitu lama, 2,5 jam. Di beberapa titik, The Shadow Strays terasa membosankan. Adegan berkelahi yang intens terasa begitu panjang dan rasa-rasanya bisa dipotong.

Namun, hal itu dilakukan Timo demi memperkenalkan karakter dan memperkuat cerita. Durasi dimanfaatkan oleh Timo untuk memperkuat elemen penegasan setiap detail karakter dan kekuatannya.

Berlanjut ke Sekuel dan Semesta Film Lain

Timo memastikan bahwa cerita The Shadow Strays belum selesai. Hal ini sebenarnya ditegaskan dengan kehadiran agent 14 dan sosok Yayan Ruhian di akhir cerita.

Ada beberapa pertanyaan yang juga belum terjawab dalam film ini. Seperti, bagaimana organisasi The Shadow dibentuk? Latar belakang karakter 13 dan Umbra juga perlu ditebalkan, sehingga penonton tahu, kenapa mereka begitu brutal dan sangat bergairah ketika membunuh?

Pada akhirnya, menonton The Shadow Strays seperti naik ke sebuah roller coaster kekerasan, pertumpahan darah, hingga aksi pembunuhan yang keji.

“Darah” yang ditumpahkan Timo ke dalam The Shadow Strays adalah sebuah harapan, titik kehidupan baru untuk film aksi Indonesia yang rasanya sudah naik kelas dan layak bersaing di industri internasional.

Leave a comment